6-Barbeque pt.2

473 29 2
                                    

Acara barbeque itu diselingi dengan canda tawa dari semua orang, termasuk Caine yang merupakan pencetus rencana barbeque ini.

Caine tersenyum senang melihat anak-anaknya yang tertawa satu sama lain. Juga Rion yang tak luput dari perhatiannya, dia terus memandangi Rion yang sedang asik membakar daging itu dengan intens.

"Mami, Mami!" Teriak orang yang berada di samping Caine. Orang itu melakukannya bukan karena sebab, alasannya melakukan itu karena Caine yang sedari tadi ia panggil tidak kunjung menjawab.

"Eh iya, kenapa?" Caine yang kembali tersadar sontak menoleh ke arah orang yang memanggil, menatapnya dengan bingung juga heran.

Orang itu kemudian membalas; "itu dagingnya udah mateng, kalau ga diangkat nanti gosong. Dari tadi aku panggilin Mami, tapi Mami ga jawab-jawab." Orang itu menunjuk ke arah daging di atas pemanggangan yang sudah berubah warna.

"Oh iya!" Caine langsung menatap daging itu, dengan panik ia mengangkatnya dan menaruhnya di piring yang sudah disediakan.

Orang itu nampak penasaran, dia kemudian bertanya; "emang Mami tadi mikirin apa? Sampe Selia panggil berkali-kali ga nyaut?" Ya, orang itu Selia.

"Ga. Mami ga mikirin apa-apa," jawabnya dengan dibarengi melirik sesekali ke arah Rion.

Selia menyadari lirikan itu, ketika ia mengikuti arah lirikan itu senyumnya yang condong ke mengejek mengembang.

"Pantesan. Ngeliatin Papi ternyata," balasnya dengan niat iseng. Caine yang mendengar itu langsung gugup dengan telinga yang mulai memerah. Ia dengan cepat-cepat membalas, "engga, siapa juga yang ngeliatin Rion."

"Mang eak?" Masih dengan niat iseng, Selia terus menggoda Maminya yang sudah "tercyduk" itu.

"Iya, Mami ga ngeliatin Papimu. Ga percaya sama Mami?" Jawab Caine lagi berusaha mengelak.

Selia yang sudah puas menjahili Maminya kemudian mengangguk-angukan kepalanya, "iya-iya, Selia percaya deh sama Mami."

Di tengah perbincangan hangat itu, seseorang menghampiri keduanya dengan semangkuk daging di tangannya. Orang itu berdiri di samping Caine dan memperhatikan keduanya yang sedang berbincang.

"Dih, kok ada lu di sini sih Pi? Di sini cuma buat gua sama Mami!" Komentar Selia dengan galak. Ia tak terima ketika menyadari keberadaan Papinya itu ada di antara ia dan Mami tercintanya.

"Ya emang napa sih? Gue mau deket sama calon bini gue doang," jawab Rion tak kalah galak. Ia merasa kesal karena baru datang justru langsung diusir oleh orang yang sayangnya anaknya.

"Cailahh, calon bini katanya!" Ulang Selia dengan nada mengejek namun juga terselip kekesalannya.

"Napa sih lu? Sensi amat gue liat, lagi pms ye?" Rion balas mengejek lagi.

Caine yang melihat pertengkaran keduanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan tanpa niat melerai. Selia yang semakin kesal kemudian memutuskan untuk pergi, "dahlah anying, gue pergi aja!" Katanya sebelum membiarkan kedua pasangan itu berduaan.

Rion sontak tertawa karena merasa menang, sedangkan Caine masih diam. Merasa heran dengan Rion yang suka sekali bertengkar dengan anaknya.

"Kenapa sih kamu suka banget berantem sama anak-anak? Heran aku tuh sama kamu ... kalian udah kayak Tom and Jerry aja, setiap ketemu berantem," tanya Caine, ia sudah terlampau heran juga pusing menghadapi laki-laki bersurai ungu yang sangat hobi bertengkar dengan anaknya ini.

"Yang mulai mereka. Aku cuman ngeladenin mereka aja," jawab Rion tak mau salah. Caine yang mendengar itu menghela nafas, "tapi 'kan tetep aja—ah udahlah, kamu kalau aku kasih tau juga bebal."

Noir Familia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang