9-Pantai.

506 40 0
                                    

Matahari sudah menyembunyikan dirinya yang menandakan bahwa hari sudah hampir berganti malam, namun lelaki bersurai merah muda itu tampak enggan untuk masuk kedalam rumah.

Di pinggir pantai, dia duduk di atas pasir putih bersih itu sembari memandangi matahari yang hampir menghilang. Dia memeluk kakinya sendiri. Suasana hatinya tampak sedang tak baik —akibat kejadian pagi tadi, pertengkaran antaranya dengan Krow.

Di sisi lain, lelaki bersurai abu itu memandang lekat kepada Jaki yang tampak asik duduk di sana. Dia tau pasti Jaki masih marah padanya, dia tidak tahan melihat si Merah Muda bersikap begitu dingin dengannya.

Lantas saja, Krow mngambil inisiatif untuk meminta maaf. Dia mengambil beberapa cemilan dari dapur dan setelahnya dia menghampiri si Merah Muda.

Surainya yang berwarna merah muda itu melambai kesana-kemari lantaran angin yang menyapunya, angin sepoi-sepoi memang membuat seseorang kadang merasa nyaman dan sampai lupa waktu.

Si Abu mendudukkan dirinya di samping Jaki, dan membuat Jaki langsung saja mengalihkan pandangannya kepada orang yang baru saja tiba. Dan duduk di sampingnya itu.

Krow memberikan sekaleng soda kepada Jaki dan disambut baik olehnya. Keduanya enggan —ah ralat, lebih tepatnya belum mau membuka mulut, fokus melihat ke arah lautan yang berwarna merah keorenan sebab pancaran cahaya mentari sore.

Tak tahan dengan keheningan ini, Krow pun membuka pembicaraan; "Jak, lu marah sama gue?" Tanyanya.

"Hah? Engga kok," Sangkal si Merah Muda. Krow menatap dengan tatapan menyelidik, kalau tidak marah kenapa Jaki bersikap aneh seharian ini? Kenapa dirinya tidak menggoda Krow seperti biasa? —pertanyaan itu berlalu-lalang di pikiran Lelaki Abu itu.

"Ga usah boong, gue tau lu marah. Maafin gue ya Jak. Gue juga sadar kalau udah keterlaluan," sesal si Abu.

Hati Jaki menghangat ketika mendengar kalimat itu dari mulut orang yang terkenal susah sekali untuk meminta maaf dengan orang lain —siapa lagi kalau bukan Krow.

"Gue gapapa kok, cuma emang agak kesel doang sama lu. Gue ga nyangka lu bakal minta maaf," ucap Jaki dengan senyuman tipis di bibirnya itu. Suasana hatinya menjadi jauh lebih baik dari pada sebelumnya karna dalang dari itu semua sudah meminta maaf sebelum diminta.

"Udah bagus gue minta maaf, dari pada kagak kan?" Krow terkekeh pelan —jujur saja Krow juga tidak tau kenapa dia berinisiatif untuk meminta maaf... tapi rasanya aneh kalau sehari saja dirinya tak diganggu oleh si Merah Muda.

"Mending masuk rumah, mataharinya juga udah ga ada lagi tuh." Krow menunjuk ke arah lautan dengan menggunakan bibirnya.

"Eh iya. Gue ga nyadar," balas Jaki.

"Yaudah, dingin juga lama-lama." Jaki berdiri disusul oleh Krow yang juga ikut berdiri. Tidak tau karna apa tapi tampak sekali senyuman merekah di wajah Krow sekarang. Memandangi Jaki dengan begitu lekat. Namun, tak lama kemudian dia tersadar —merutuki dirinya sendiri dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Mereka berdua berjalan mengarah ke rumah, Jaki memimpin jalan dan Krow yang sentiasa mengikuti dari belakang.

Di sisi lain, Echi dan Selia melihat mereka berdua dari atas —merasa senang tidak tau kenapa. "Gila sekali. Krojaki is rill," ucap Echi dengan asal, dan dibalas oleh Selia; "Iya anjirr, harus diabadikan ini." Selia langsung mengeluarkan handphone lalu memotret dua sejoli itu.

Krow merasa dirinya diperhatikan, lantas saja dia mendongakan kepalanya —langsung melihat kedua gadis tersebut yang tampak sedang memotret dirinya itu.

"Woi! Kenape lu berdua?!" Teriak Krow, dirinya tak senang kalau dipotret sembarangan. Jaki yang mendengar teriakan Krow, sedikit kaget. Dia membalikan badannya melihat Krow dan ia juga mendongakan kepalanya melihat ke atas ketika melihat si Abu melakukan itu.

Noir Familia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang