8. Aman Aja

176 31 3
                                    

Usai mendapatkan pesan dari salah satu teman di masa sekolahnya dulu, kini Jimin terdiam menatap kosong layar ponselnya yang menampilkan nama sang suami di sudut layar benda pipih tersebut. Jemarinya seakan kaku, bingung ingin mengetik apa dan berakhir terdiam seperti saat ini.

"Minta izin gak ya? Tapi, percuma juga..." Jimin menggigit ujung jarinya, gelisah yang dirasakan.

"Kenapa? Kok keliatannya bingung gitu." Wanita tua itu mengusap lembut kepala Jimin. Ia sudah memperhatikan menantunya ini sedari sang empu tengah duduk dengan tenang sambil membaca buku, namun tiba-tiba ia melihat Jimin terdiam dan bukan buku lagi yang berada di tangannya tetapi ponsel. Tentu hal tersebut menimbulkan pertanyaan di benaknya dan takut suatu hal telah terjadi.

"Ini Mah, aku dapet undangan pesta ulang tahun dari temen aku." Jimin menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pesan undangan yang telah dikirimkan.

"Oh, bagus dong! Datang aja," Wanita tua itu terlihat antusias mendengar kabar tersebut, "kapan acaranya dimulai?" Ia bertanya dan ikut duduk di samping Jimin.

"Malam ini, Mah, tapi aku ... aku bingung..." lirih Jimin.

Sang Mamah tertawa pelan dan lagi-lagi mengusap kepala Jimin yang tertunduk lesu. "Bingung gimana bilangnya ke Yoongi, ya?" Tebakan itu ditanggapi anggukan kepala dari Jimin.

"Nggak usah bilang biar Mamah yang izinin kamu buat ikut pergi." katanya membuat Jimin sedikit terkejut.

"Ta-tapi, Mah nanti kalo Mas Yoongi—"

"Nggak usah dipikirin anak itu biar Mamah aja yang urus. Kamu juga pasti mau ngerasain kumpul bareng lagi sama temen-temen yang lain kan? Sekarang waktunya, Mamah kasih izin kok sayang."

Jimin memberikan tatapan tak percaya tapi tak mampu menahan senyum bahagianya juga. Memang jika sudah bersama sang ibu mertua pasti semuanya akan dipermudah. Terkadang ia masih heran melihat dirinya selalu diperbolehkan untuk melakukan apapun itu yang dilarang Yoongi dan Yoongi sendiri pun sudah memberitahu hal itu pada sang Ibunda, namun nyatanya wanita tua tersebut selalu berpihak padanya.

"Minji gak usah ikut ya? Biar kamu bisa lebih bebas main sama temen-temen kamu. Kalo nanti Yoongi ngomelin kamu, aduin aja ke Mamah ya sayang." Ia kembali tertawa pelan melihat Jimin menganggukkan kepala.

Lagi-lagi, ia mengusap kepala Jimin dengan penuh kasih sayang serta tatapan sendu. Ia sengaja melakukan hal ini agar Jimin tidak merasa dikekang oleh putranya yang melarangnya melakukan ini itu meski untuk kebaikannya juga, namun jika dilihat dari sisi lain itu bukanlah hal yang tepat. Dirinya yang pernah merasakan hal tersebut dari sang suaminya dulu, tentu tidak mau menantu kesayangannya ini merasakan hal yang sama juga.

Sifat Yoongi memang turun dari sang Ayah.

»»——⋇⋆✦⋆⋇——««

Tidak terasa malam sudah tiba dan inilah saatnya Jimin bisa kembali berkumpul bersama teman-teman semasa sekolahnya dulu, bukan hanya Taehyung dan Jungkook saja yang terkadang ia juga bosan melihat mereka berdua yang kerap kali membuatnya naik darah. Usai berpamitan dengan perasaan senang yang tak dapat terbendungkan lagi, kini Jimin berada di dalam mobil yang sedang menuju ke acara itu.

"Berani juga lo minta izin ke kak Yoongi." Taehyung tertawa pelan. Ia melihat Jimin sekilas lewat spion dalam mobil yang berada tepat di atas kepalanya dan kembali fokus menyetir.

"Apa gue bilang, dicoba dulu..." timpal Jungkook.

Jimin menghela napas lelah. "Siapa juga yang minta izin ke Mas Yoongi." kata Jimin acuh membuat seisi mobil seketika menjadi hening.

"A-apa? Gimana maksud lo?" Jungkook yang duduk di samping kursi kemudi itu langsung berbalik badan menghadap ke arah Jimin. Ia meminta penjelasan lebih lanjut yang sempat membuat jantungnya ini berhenti berdetak sejenak.

Taehyung menoleh menatap sang kekasih lalu menggeleng pelan. Ia sudah siap untuk apa yang akan terjadi nanti. "Udah sayang, kita lagi ini mah yang kena." lirihnya pasrah.

Jimin tertawa sendiri di belakang sana sambil bertepuk tangan dengan pelan. Ekspresi mereka berdua benar-benar membuatnya tak bisa berhenti tertawa bahkan sekedar menahan tawanya sendiri pun ia tak bisa. Jimin menghela napas pelan, mencoba menetralkan kembali dirinya sebelum semakin tertawa tak terkendali.

"Iya, gue gak izin sama Mas Yoongi tapi gue izin ke Mamah dan dibolehin. Lebih tepatnya sih Mamah duluan yang ngasih izin sebelum gue minta izin." jelasnya.

Jungkook menghela napas lega, juga caranya duduk tidak setegang sebelumnya. "Oke. Berarti, nanti kalo ada apa-apa jangan minta tolong sama kita ya? Awas aja." Ia memincingkan matanya menatap Jimin kesal.

"Sesampainya di pesta nanti lo tetap jadi tanggungjawab kita sampai pulang lagi ke rumah. Setelah sampai di rumah, kita angkat tangan, jadi kalo lo ketauan sama Kak Yoongi karena pergi tanpa seizinnya meskipun Mamah ngizinin lo pergi dan kalian ngeributin masalah kecil ini, jangan bawa-bawa gue sama Jungkook." timpal Taehyung dibalas anggukan kepala Jimin.

"Aman aja selama gak ketauan." katanya sambil mendekatkan diri merangkul kedua sahabatnya tersebut yang duduk di kursi depan.

Taehyung yang sedari tadi fokus menyetir, kini tertawa pelan kala mendengar sang kekasih dan sahabatnya ini membicarakan suatu hal yang menurutnya sedikit konyol. Ia tersenyum dengan wajah tenangnya yang kembali fokus dan tetap ikut mendengarkan.

Ada kalanya Taehyung menjadi jauh lebih tenang seperti ini terlebih setelah dirinya memberitahu Jimin bahwa ia tetap berada di bawah pengawasan dirinya dan juga sang kekasih, yang secara tak langsung melarang Jimin untuk tidak menjauh dari mereka berdua selama masih berada di pesta malam ini.

Pasalnya bukan sekali dua kali dirinya dan sang kekasih terlibat dalam pertengkaran rumah tangga sahabatnya ini yang menurutnya adalah masalah kecil, namun ia sadar dan tahu mengapa masalah itu hadir bagai tamu tak diundang. Perbedaan usia yang terlampau jauh dan pola pikir pasangan itulah yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya masalah. Masalah memang selalu hadir di mana pun itu tanpa mengenal tempat dan waktu.

Taehyung bukan tidak setuju kedua insan itu menjadi pasangan, justru ia sangat bersyukur ada seseorang yang memperlakukan sahabatnya itu dengan baik dan sabar menganggapi segala tingkah lakunya, yang tentu saja dirinya dan sang kekasih jauh lebih mengetahui akan hal tersebut sebelum mereka menjadi pasangan dulu dan membangun bahtera rumah tangga.




Btw, seng, ke depannya bakal ada banyak narasi buat ngejelasin suatu 'masalah' itu sendiri biar lebih jelas dideskripsikannya. Semoga kalian tetap enjoy ya bacanya♡

Baby Pumpkin II [Yoonmin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang