Tangan yang tengah memegang benda pipih yang ditempelkan ke telinganya, itu gemetar dengan kedua pipi dibasahi air mata. Sekuat tenaga ia menahan isak tangisnya agar tak ada seorangpun yang mendengar. Beruntung suara musik keras dari ruangan luas di dalam sana membantu menyamarkan suara tangisannya yang tak kunjung mereda.
"Kamu bahkan puji-puji dia."
"Mas itu bukan buat dia, pujian itu buat kamu..."
Suara Jimin semakin merendah setiap kali mencoba berbicara sembari menahan tangisannya sendiri. Suaminya ini sudah salah paham. Sementara di seberang sana, sang empunya menghela napas gusar lalu mendengus kesal.
"Jelasin semuanya gak usah pake acara nangis segala. Jangan harap dengan cara kamu nangis kaya gitu aku bakal luluh, Jimin."
Sebelum Jimin berada di tempat ini dirinya tengah asik berbincang dengan kedua temannya, Yashmine dan Gieyeong. Duduk santai dan menempati salah satu dari sekian banyak meja yang disediakan di ruangan sekaligus lantai gedung yang telah disewakan ini. Percakapan dengan berbagai topik dibicarakan dengan tenang, hingga bunyi dering ponsel terdengar dan menyita perhatian sang pemilik benda pipih tersebut yang dengan segera beranjak pergi dari meja itu menuju kamar mandi. Hal itu tentu membuat kedua temannya bertanya-tanya akan apa yang terjadi.
Kini, Jimin tengah berusaha untuk mengatur napasnya yang tersengal karena ia terus menahan tangisannya sendiri di tengah percakapan ini. Keceriaan dirinya hilang begitu saja usai mendapatkan pesan yang disusul dengan panggilan telepon secara mendadak dari sang suami, Yoongi. Namun selama Jimin mengandung ia menjadi lebih sensitif dan emosional, hal tersebut juga yang membuatnya terus menangis seperti saat ini.
"Mas, a-aku ... aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat—"
"Buat apa? Buat apa, sayang, hmm?"
Tanpa seizin sang empu Yoongi memotong ucapan Jimin. Suaranya terdengar tenang namun tegas, tetapi juga terdengar jauh lebih berat dari biasanya. Jimin tidak bodoh tentu ia tahu suaminya ini tengah menahan segala emosinya yang bisa saja meluap tak terkendali. Tak lama terdengar suara helaan napas berat sebelum Yoongi kembali berbicara di seberang sana.
"Aku gak ngerti kenapa kamu bisa jalan sama orang itu. Kenapa kamu bisa ada di tempat kaya gitu, bahkan sekarang suara musik keras dari tempat kamu masih tetap bisa aku denger. Apa lagi kamu pergi ke tempat itu dan minum—"
"Mas, aku masih waras! Mana mungkin aku ikut minum-minum!"
"Terus apa maksud kamu jalan sama orang lain tanpa seizin aku sebagai suami kamu, bahkan di saat kamu lagi mengandung anak aku. Nggak mungkin dia gak ngeliat perut kamu yang besar itu dan lupa kalo kamu udah bersuami."
Keadaan semakin di luar kendali. Jimin yang tanpa sadar meninggikan nada bicaranya pada Yoongi yang sekuat tenaga menahan emosinya. Ia menghapus air matanya dengan kasar lalu menggeleng tak terima mendengar segala argumen Yoongi terhadap dirinya dengan nada kemarahannya.
"There's only one question. How can you be with that fuck man?"
"Aku datang ke acara pesta ulang tahunnya cuma buat ngehargain dia, Mas, cuma itu. Aku gak ada minum sama sekali dan aku..." Jimin menarik napas dalam-dalam guna menetralkan napasnya yang tersendat karena terlalu banyak menangis.
"Aku apa?"
"...aku dapet izin ini dari Mamah."
Pernyataan itu nyaris tak terdengar setelah diucapkan namun benda pipih yang sedari tadi menempel pada telinga, tentu bisa membuat seseorang di seberang sana mendengarnya dengan sangat amat jelas. Keadaan menjadi hening seketika membuat Jimin semakin gelisah dan takut mendengar apa yang akan sang suami katakan selanjutnya.
"Aku udah gak bisa buat kamu selalu ikutin apa yang aku mau. Sekarang aku udah gak peduli lagi tentang hal itu, tapi permintaan aku cuma satu. Jaga anak-anak aku terutama anak yang ada di dalam kandungan kamu, jangan sampai melakukan hal yang bodoh lagi kaya dulu. Bayi yang gak berdosa itu bahkan harus mati karena ulah bodoh kamu."
Percakapan tersebut langsung berakhir tanpa persetujuan satu pihak lain yang kini tengah terdiam dengan sekujur tubuhnya menjadi kaku bak patung. Setetes air mata mengalir lagi mengikuti jejak air mata yang sama di pipi itu. Benda pipih persegi panjang pun tak lagi menempel pada telinga, Jimin hanya terdiam dengan tatapan kosong dan tangan gemetaran.
"...bayi yang gak berdosa itu bahkan harus mati karena ulah bodoh kamu..."
Ucapan itu terus terngiang di kepala. Isak tangis kesedihan yang menyakitkan terdengar begitu keras meski Jimin menutup mulutnya sendiri dengan tangan guna menahannya, namun semakin ditahan justru semakin sakit rasanya akan tetapi jauh lebih sakit saat ia mendengar apa yang sang suami katakan tadi. Luka lama di hatinya kembali terbuka, mungkin sudah berdarah-darah di dalam sana.
Jimin mengejapkan matanya cepat lalu mengusap kasar air mata yang terus saja memaksa menetes keluar. Ia mengatur napasnya yang masih tersengal, mencoba untuk terlihat baik-baik saja sebelum akhirnya ia membuka pintu bilik kamar mandi yang dirinya masuki ini. Namun, baru saja membuka pintu tersebut dirinya dibuat terdiam lagi melihat seseorang yang berdiri tepat di depan pintu.
"Are you okay?"
Pertanyaan dengan suara lembut yang terdengar itu membuat Jimin tanpa sadar menggeleng pelan. Kedua netra indahnya dibuat basah kembali lalu detik selanjutnya ia menangis sejadi-jadinya di hadapan pria itu. Jimin terus menunduk sembari meremas erat ujung bajunya, sementara pria itu sempat terdiam sejenak karena tak mengetahui apa yang sudah terjadi sebelum ia menarik Jimin ke dalam dekapannya.
"Kenapa tadi nangis di dalam sana? Ada apa?"
Yang ditanya hanya bisa menggeleng lemas. Semuanya terlalu sakit untuk dijelaskan. Kesepakatan dirinya dengan sang suami seakan dilupakan begitu saja. Mereka sudah sepakat untuk melupakan apa yang sudah terjadi pada insiden di hari itu, tanpa sebuah kesepakatan pun sudah seharusnya mereka melupakan dan mengikhlaskan dengan lapang dada.
Namun, yang tadi itu, entahlah, itu diluar kendali.
Jimin terlampau sakit mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Pumpkin II [Yoonmin]
AléatoireSemua lanjutan chapter dari cerita 'Baby Pumkin' yang sebelumnya, ada di sini. Selamat membaca kembali! ❗DISARANKAN MEMBACA 'BABY PUMPKIN I' TERLEBIH DULU ❗ Start : 2/7/2024 End : ?/?/?