PROLOG

434 60 26
                                    

HALLO 👋 PERKENALKAN AKU TIMIRA, PANGGIL AJA TIMI. TIMI! NO, KAK TIMI! NO, AUTHOR! INGAT! TIMI, T-I-M-I.

EKHEM, SEBELUMNYA, KALIAN DAPAT CERITA INI DARIMANA? ATAU... ADA YANG NGAWAL DARI MASA-MASA ZIDARRH?  KALAU ADA, DI SINI TIMI BUAT ALUR YANG BEDA, YA. GAK ADA  PERSAHABATAN MEREKA BERTUJUH, TAPI CUMAN ANDIN DAN ZHAFIF.

DAN INI BENAR-BENAR MURNI IDE PIKIRAN CERITA TIMI YA.

SEBELUMNYA, TERIMAKASIH UDAH MAU JADI BAGIAN DARI TIMI. SELAMAT MEMBACA...

H E L L O, H A P I S!


☜☆☞

"Didin tau gak? Kenapa langit itu cantik?"
Anak laki-laki yang berusia sekitar 6 tahun itu sedang asyik mendorong ayunan yang diduduki oleh gadis cantik dengan surai rambut indah. 

Dia Andini Hermazana, gadis kecil yang mengenakan gaun putih dan kulit seputih susu, membuatnya tampak seperti seorang putri kecil dari kerajaan fantasi. 

"Gak tau, emangnya kenapa, Hapis?" tanyanya dengan tampang polos. 

"Karena saking cantiknya langit itu, setiap Hapis melihatnya, Hapis selalu mengingat Didin," ujar Hapis sembari tersenyum, menatap langit. 

Andin turun dari ayunan dan berjalan ke bawah pohon, diikuti oleh Zhafif yang duduk di sampingnya. 

"Janji yah, kita sahabatan selamanya?" Andin mengacungkan jari kelingkingnya tepat di depan wajah Zhafif. 

Zhafif tidak langsung menjawabnya, ia termenung sejenak sebelum menjawab."Hapis gak bisa janji, Didin. Kata Bunda, cewek dan cowok itu gak boleh sahabatan, harus tau batasan." 

"Terus? Kenapa Hapis mau sahabatan sama Didin?" tanya Andin, mengedipkan mata kecilnya berkali-kali. Sungguh imut.

"Karena kita belum baligh, Didin. Kalau kita udah baligh, kita gak bisa lagi. Seperti kisah Fatimah dan Ali." 

"Fatimah? Ali? Mereka siapa?" tanya Andin yang tidak tahu siapa mereka. 

"Kata Bunda, Fatimah itu anaknya Rasulullah. Waktu mereka kecil, Fatimah dan Ali juga sering bermain bersama, kayak kita. Tapi pas udah dewasa, mereka menjaga jarak. Didin tau gak? Pas udah gede, Fatimah dan Ali saling mencintai dalam diam, hingga Allah menyatukan mereka dalam ikatan halal. Hapis tau itu dari cerita Bunda." 

"Oh iya? Kalau gitu, Hapis mau gak jadi raja? Didin jadi permaisurinya, nanti kita tinggal di istana yang besar sekali..."

Zhafif tersenyum, ia menatap Andin yang bercerita antusias, seakan itu adalah sebuah mimpi baginya. "Didin, deketan sini."

Andin yang mendengar ucapan Zhafif, mendekatkan wajahnya ke wajah Zhafif. 

Cup!

Kecupan singkat berhasil mendarat di pipi Andin. "Didin, kalau kamu udah gede, Fatimahkan ya dirimu, biar aku juga me-Alikan diriku."

"Kalau aku tidak bisa?" 

"Aku yang akan men-Fatimahkan dirimu."

Andin tersenyum, lalu melepaskan gelang berwarna hitam yang berbandul tiga bintang. Ia memasangkan gelang itu di tangan kiri Zhafif. "Hapis, jaga gelang dari Didin ya. Kalau kita pisah, Didin bisa ngenalin Hapis dari gelang itu." 

Zhafif menatap lama gelang berbandul bintang itu yang sudah terpasang di tangan mungilnya. Ia merogoh kantong saku, mengambil kalung perak dengan bandul inisial huruf Z. Ia memasangkan kalung itu di leher Andin. 

Andin memegang kalung yang bertuliskan inisial huruf Z itu. Ia menatap Zhafif dengan senyuman semringah hingga matanya menyipit. "Didin bakalan jaga kalung dari Hapis. Nanti kalau udah gede kita nikah ya, jangan nikah sama yang lain. Nanti Didin sakit hati."

╭∩╮┌∩┐┌∩┐

"DIKIT BANGET TIM?"

NAMANYA PROLOG SENG.
NANTI MALAM ATAU BESOK KITA LANJUT KE CHAPTER 1 YA. AYO KOMEN DAN VOTENYA!!

KALIAN TAU KASUS PALAGIAT KAN? NAAH TIMI SEDIKIT TERGANGGU, TAKUT KALAU CERITA TIMI DI PALAGIAT, ATAU GAK DI TUDUH PALAGIAT KAlAU SEMISALNYA ADA SEDIKIT KEMIRIPAN DI SALAH SATU CHAPTER.

TERPUBLIKASI 06-07-2024
Selasa.


HELLO, HAPIS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang