CHAPTER 1|| Awal

255 46 20
                                    

Timi harap, kalian masih bersama Timi. Karena cerita ini, akan di mulai.

Kita mulai dari awal, ya?

•Dapat cerita ini dari mana?

•Asal mana?

•Kalau boleh tau. Umur berapa di tahun 2025?

Jangan khawatir, walaupun hobi aku hiatus dan selingkuh naskah. Cerita ini bakalan tamat sampai akhir, doain ya, biar kita bisa sama-sama sampai akhir. Walaupun cerita ini bakalan sepi :( mangkanya tolong promosiin:)

Tidak ada yang lebih menegangkan daripada menunggu akhir dari cerita 'kan?

Terima Kasih sudah ingin menjadi salah satu pembaca, HELLO, HAPIS!

H E L L O, H A P I S !


☜☆☞

"Bu, liat jepit rambut Andin nggak?" Gadis dengan tinggi sekitar 160 cm itu tampak berjalan kesana-kemari, mencari sesuatu dengan gelisah.

"Udah lah, Andin! Kamu niat sekolah nggak sih? Ini hari pertama kamu masuk sekolah, masa udah mau telat?" ucap wanita paruh baya yang sedang memotong sayuran, sedikit kesal.

"Gak bisa, Bu. Itu jepitan kesayangan Andin." Andin masih terus mencari benda kesayangannya, tak peduli dengan waktu yang terus berjalan.

"Kenapa sih, Din?" Jayden yang baru saja datang, mengambil segelas minuman dari meja dan segera meneguknya hingga tandas. Melihat ekspresi Andin yang panik, ia berjalan mendekat, melirik adiknya yang sibuk mencari benda kecil itu di meja makan.

"Jepitan gue woy, perasaan tadi gue letak di sini deh?" jawab Andin, matanya masih mencari-cari di sekitar meja dan kursi makan.

Jayden tertawa geli melihat adiknya yang terlihat panik. Dengan santai, ia mengambil sebuah jepitan rambut yang tergeletak di meja. "Nih." Ia mengacungkan jepit rambut itu dengan ekspresi jahil.

"Heh! Lu nggak usah main-main sama gue!" Andin mencengkeram erat kerah baju Jayden, kesal.

"Ini juga bisa kan? Kan cuma beda warna doang," jawab Jayden santai, sambil menaikkan satu alisnya seakan meledek Andin.

Andin selalu mengenakan jepit rambut berkepala kelinci warna pink kemana pun dia pergi. Jepitan itu adalah hadiah dari ayahnya yang penuh kenangan, sebuah benda yang sudah menemaninya sejak kecil. Jepit kelinci itu bukan hanya sekedar aksesoris, tapi juga simbol kasih sayang dan kenangan indah dari ayahnya. Tanpa jepit itu, Andin merasa ada yang kurang.

Andin hampir membuka mulut lagi untuk melanjutkan debat, tapi matanya tiba-tiba tertuju pada sesuatu yang membuatnya terdiam sejenak. Di sudut ruangan, Mengky----kucing kesayangannya----sedang duduk dengan ekspresi polos, menggigit dan menarik-narik jepit rambut kelinci yang tadi pagi baru saja dipakainya.

"Ah, gak mungkin!" Andin langsung bergerak cepat ke arah kucing itu, tak peduli dengan Jayden.

"Eh, jangan mainin itu!" Andin hampir teriak, melihat Mengky terus menggoyang-goyangkan jepit rambut kesayangannya itu.

Jayden yang melihat reaksi Andin, tertawa kecil. "Lo liat tuh, kucing lo mainin jepit rambut lo. Lo kan tau dia emang suka main sama barang-barang lo." Andin menatap Jayden dengan serius, lalu memasangkan kembali jepit rambut kelinci itu di rambutnya. "Lo gak usah ngomongin gue, Jay. Gue gak peduli apa kata lo."

HELLO, HAPIS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang