Eja beneran keluar malamnya bersama teman-teman terdekatnya. Tidak jauh, hanya ke warung kopi terdekat, minum kopi sembari merokok sudah hal yang paling nikmat baginya sekarang. Apalagi semenjak kematian kedua orang tuanya, intensitas Eja pergi ngopi dan merokok semakin meningkat. Teman-temannya pun mengerti mengapa Eja bertindak demikian. Bagi mereka, kejadian yang menimpa Eja sangatlah berat, bisa jadi kalau mereka ada di posisi Eja, mereka akan ikut mati bersamaan dengan orang tuanya.
Padahal sebenarnya, Eja pun ada niatan demikian. Saking sakitnya rasa kehilangan itu, Eja bahkan merasa ikut mati. Apalagi saat awal-awal mereka meninggalkan Eja sendiri, sangat sulit bagi Eja menerima itu semua.
Eja tidak lama berada di luar, setelah ia merasa cukup dengan kopi dan rokoknya, Eja kembali ke rumah. Sepi dan keheningan melanda selama Eja berada di rumah. Rumah ini dulunya sangat hangat, Eja merasa sangat betah. Namun sekarang, tidak ada lagi rumah hangat yang biasa menyambutnya ketika pulang. Kini rumah itu terasa begitu sepi dan hampa. Eja merasa begitu kesepian. Meski kadang ia kepikiran bagaimana nanti menghadapi hari-hari ke depan sendirian. Eja harus survive sendiri, menanggung kerasnya kehidupan sendiri.
Hah ... Menjadi manusia kesepian ternyata cukup sulit.
Eja yang terbiasa bercerita, terbuka pada bunda, menceritakan semua hal yang ia alami selama masa hidupnya, kini terpaksa diam. Tidak ada lagi manusia yang mau dengan sabar mendengarkan ceritanya. Eja malah kebanyakan berbicara sendiri. Apa pun ia lakukan sendirian sekarang. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, selama sebulan ini ia melakukan itu semua. Definisi belajar mandiri dari kehilangan pilar hidup tertinggi.
Sekarang Eja malah kepikiran bagaimana kehidupan ke depannya. Eja masih punya cukup uang untuk melanjutkan hidup, namun jika memutuskan untuk kuliah, Eja belum tentu sanggup. Uang yang ada saat ini, hasil dari tabungan orang tuanya, asuransi yang kemarin ia dapatkan dengan ke sana kemari mengurusnya, beberapa aset yang kedua orang tuanya tinggalkan memang sangat cukup untuk hidup sendiri setidaknya setahun ke depan. Tapi setelahnya, Eja tidak tahu harus bagaimana. Kuliah tanpa beasiswa mungkin akan sangat sulit untuknya.
Lagi-lagi Eja hanya bisa memikirkan ini semua sendirian. Sudah tidak ada lagi yang bisa ia ajak diskusi mengenai masa depannya. Kemungkinan terbesar, Eja harus memendam mimpinya sekarang. Tidak apa-apa bekerja, atau mungkin mencari kampus yang dekat dari sini dan biaya kuliah yang tidak begitu mahal. Entahlah, Eja masih belum tahu bagaimana ke depannya. Sebenarnya Eja bisa saja mengajak sepupunya berdiskusi. Namun jarak di antara mereka yang cukup jauh, apalagi sepupunya juga sudah memiliki keluarganya masing-masing membuat Eja merasa sangat segan merepotkan mereka dengan urusannya sendiri.
Eja sudah kelas tiga SMA beberapa bulan lagi ia menghadapi berbagai macam ujian sekolah dan ujian kelulusan, sampai sekarang pun Eja masih bingung akan tujuan hidupnya ke depan. Ada banyak sekali kemungkinan yang akan terjadi dan ia masih belum tahu akan mengambil keputusan seperti apa.
Ternyata dipaksa dewasa oleh keadaan rasanya sesulit itu.
🏚️🏚️🏚️
Eja masuk ke dalam kamar orang tuanya lagi. Setelah dibersihkan ia berani memasuki kamar ayah bundanya. Mungkin malam ini Eja memutuskan tidur di kamar ini. Ada banyak hal yang sedang Eja pikirkan, ia harap tidur di sini akan membuatnya tenang meski sejenak.
Tapi ternyata Eja malah tidak bisa lekas tidur. Ia menatap langit-langit kamar dengan mata sendu. Menangis pun rasanya ia sudah lelah sekarang. Ada banyak kekhawatiran yang ia rasakan. Tentang masa depannya, tentang bagaimana hidupnya ke depan. Ada banyak sekali, namun Eja tak bisa mengungkapkannya pada siapa-siapa. Dalam benaknya, ia hanya sendirian di dunia ini. Hanya tinggal ia seorang yang masih hidup dan menjalani hari-hari ke depan. Kendati sebenarnya masih ada sang kakak, kebencian masih mengakar di hati Eja. Apalagi sejak kedua orang tuanya meninggal dan orang itu masih tidak muncul juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's No Place Called Home (END)
Teen FictionBatsaya Mahija yang biasa dipanggil Eja tiba-tiba kehilangan orang tuanya di saat yang bersamaan akibat kecelakaan maut. Eja yang terbiasa bersama kedua orang tuanya, seketika menjadi sebatang kara. Namun ternyata Eja salah, orang yang paling ia ben...