"Akhir-akhir ini ada stalker di apartemen saya." Dagyeom memegang pergelangan tangan (Name) dengan erat.
"Idol kok tinggalnya di apartemen, di penthouse dong." (Name) mendengus geli.
"Saya juga punya penthouse, kamu mau kesana?" Dagyeom menghentikan langkahnya kemudian berbalik memandangi (Name).
"Duh, salah ngomong." (Name) menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak mau, pasti banyak jin qorinnya."
"... Sekaya apa kamu sampai-sampai bicara seperti itu?"
"Justru karena aku bukan sultan kayak kakak makanya aku bicara begini."
"Ada ya, yang seperti itu?"
"Ada, 'kan aku yang bicara. Ngapain sih datang kemari? Ku kira kita akan pergi untuk membeli sepeda fixie." (Name) menggaruk tengkuk lehernya malas.
"Kamu berjaga disini," Dagyeom membuka pintu apartemennya dan bersiap untuk menutupnya sebelum (Name) sempat masuk kedalam.
"HAH? ENAK SAJA, NGGAK MAU AH! LEBIH BAIK AKU REBAHAN DI RUMAH SAMBIL SCROLL TIKTOD!!" (Name) melotot kesal sambil menahan pintu apartemen Dagyeom.
"Beberapa minggu ini, saya diikuti oleh seorang stalker. Saya takut jadi—"
"Urusannya denganku apa? Kalau begitu aku pulang saja!"
"Kamu hanya perlu berjaga disini selama seminggu sebagai ganti rugi sweater saya dan— saya akan memberikan bayaran. Saya akan menghubungi kakakmu." Dagyeom mengunci pintunya tidak memperdulikan (Name) yang protes di depan apartemen nya.
"APALAH COK AKU DISURUH COSPLAY SATPAM!! SEHARI BAYARANKU 1M GA MAU TAU!!" (Name) menendang pintu apartemen Dagyeom, sesaat kemudian dia menjadi tenang, karena Dagyeom benar-benar memberinya uang di aplikasi dana miliknya.
"... Aku sih rela begini terus jika bayarannya mantap macem ni." (Name) tersenyum lebar. Waktu berlalu hingga tiga jam kemudian, (Name) yang terfokus pada ponselnya mengalihkan pandangan nya kearah cewek yang membawa kunci apartemen milik Dagyeom, (Name) mematikan ponselnya lalu memasukkannya kedalam saku celananya.
"Maaf, anda siapa ya?" (Name) tersenyum ramah, meski terpaksa.
"A-aku pemilik ruangan ini." Stalker itu terlihat tidak tenang.
"Ah masa? Aku nggak percaya tuh. Coba ku tanyakan pemilik apartemen ini dulu—"
"T-tunggu! Kamu sebenarnya siapa? Kenapa berada di depan kamar DG suamiku?" Stalker tersebut menarik kerah jaket milik (Name).
"Santai dong, aku ini istrinya kak Dagyeom. Coba tanya ke dia 'siapa istrimu?' pasti nanti dia akan menjawab 'istriku Na (Name)' kalau tidak percaya yasudahlah."
"A-apa? T-tidak mungkin! Kau jangan berbohong!! Istri DG hanya aku!!" Stalker itu ingin menangis, (Name) menarik sudut bibirnya semakin keatas menikmati menggoda stalker yang berada tepat di depan matanya ini.
"Kau ini bagaimana sih, kerjaanmu 'kan jadi stalker, kenapa yang begini saja tidak tahu?" (Name) menatap stalker itu dengan alis tertekuk dan sudut bibir melengkung kebawah.
"DG ITU CUMA MILIKKU!! DASAR CEWEK SIALAN—"
BRAKK!!
"Suaramu kecilkan, nanti orang lain malah berkumpul disini." (Name) membanting stalker itu kemudian menginjak punggungnya. (Name) menggedor-gedor pintu apartemen Dagyeom dengan kuat padahal disebelah pintu ada bel, tetapi (Name) lebih memilih memukul pintu apartemen Dagyeom.
"Cepat buka b*ngsat. WOI JAMET!"
Cklek!
Dagyeom menundukkan kepalanya menatap stalker itu dengan ngeri. (Name) tertawa pelan, sebuah ide muncul dibenaknya. "Kau ku lepaskan, nih, suamimu."
"J-JANGAN DILEPASKAN!! NANTI SAYA TAMBAH DEH UANG JAJAN KAMU!!" Dagyeom memegang lengan (Name) disertai ekspresi panik bukan main.
"Oke, mantap." (Name) segera menelepon pihak yang berwajib, setelah stalker itu dibawa pergi, (Name) mengalihkan pandangan kearah Dagyeom. "Mana uang tambahannya?"
"Nanti ya ..." Dagyeom memijat pelipisnya sambil menghela nafas lega, sekarang sudah tidak ada lagi manusia-manusia menakutkan seperti stalker karena sejujurnya dia paling takut dengan yang namanya stalker. Masalahnya yang ini ngejar, jadi ya gitu deh.
"Sekarang, aku sudah mau pulang. Aku juga belum sarapan, nanti aku dimarahi kakakku." (Name) menatap Dagyeom dengan kesal. "Minta bantuan sana-sini bayarannya lambat banget, apa maksudnya begitu? Jika tahu begini kubiarkan saja stalkernya berkeliaran disini. Biar kakak di grepe-grepe sekalian."
"Kenapa pikiranmu isinya uang, uang, dan uang?"
"Mending uang, daripada laki-laki."
"Terserah kamu, saya capek."
"Kalau capek bundir aja kak, dijamin masuk neraka."
"Mulutmu kurang ajar banget ya?"
"Lha kok ngatur? Mana uangnya cepat!"
"Sebenarnya dia ini manusia apa bukan? Aku rasanya kayak lagi ngomong sama tembok China." Dagyeom menjentikkan jarinya ke dahi (Name), dia mentransfer uangnya ke rekening gadis itu.
"Terimakasih, semoga kakak masuk surga, kalau nanti betulan masuk neraka artinya itu takdir. Selamat tinggal— eh tunggu dulu. Artinya aku tidak perlu cosplay sebagai penjaga apartemen kakak selama seminggu 'kan?"
"Sebagai gantinya kamu harus mau jadi trainee di agensi saya." Dagyeom menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil saat memandangi wajah (Name).
"Nyanyi saja suaraku kayak petir, nggak mau."
"Harus mau."
"Nggak,"
"Baiklah, kalau begitu kembalikan uang saya."
"IYA-IYA MAU, CURANG BANGET SIH BAWA-BAWA UANG! DASAR NGGAK IKHLAS!" (Name) mengepalkan kedua tangannya sambil menatap Dagyeom dengan kesal. "Sudahkan? Nih nomor telponku. Aku mau pergi liat cosplay mahoraga."
"Saya ikut,"
"NGGAK! NGGAK BOLEH! KALAU KAKAK IKUT KUPANGGIL LAGI STALKERNYA!" (Name) berlari pergi.
"Dia suka anime? Masa tipenya mahoraga?" Dagyeom memegang dagunya dengan dahi berkerut penasaran.
TO BE CONTINUED . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐎𝐍𝐍𝐄𝐂𝐓 , kang dagyeom
Romansa── 𝗸𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗴𝘆𝗲𝗼𝗺 𝗳𝘁. Fem! readers 𐙚˙ 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ; harsh words, bad temper, violence. © 𝗽𝘁𝗷