Saat Ram pulang dari acara seminar, dia langsung mampir ke restoran. Di sana, dia kaget pas lihat mantan pacar lagi bareng cowok.
Flashback:
Ram, waktu SMA, tuh anak pinter, rajin banget belajar. Sampe-sampe hidupnya kayak rumus matematika, susah-susah tapi seru. Tapi, di balik itu semua, dia punya kenangan manis sama Yeva.
Suatu hari, di taman sekolah, Ram nekad ngungkapin perasaannya ke Yeva. Dengan muka merah, dia ngomong, "Aku, aku... Aku suka sama kamu, Yeva. Setiap kali deket kamu, jantung gue kayak mau copot. Aku udah ga tahan lagi."
Yeva dengerin dengan serius, terus senyum sambil jawab, "Wah, makasih ya, Ram. Aku juga ngerasa ada sesuatu di antara kita. Yuk, kita jalan bareng, biar lebih kenal."
Akhirnya, mereka jadian! Ram seneng banget, semua usaha dia ngungkapin perasaannya terbayarkan. Mereka berdua mulai pacaran, dan masa-masa SMA mereka jadi lebih berwarna.
"Ram, kamu lagi ngapain?" Yeva tiba-tiba muncul di samping Ram yang lagi asyik ngerjain soal matematika. "Lagi ngerjain PR, nih. Soalnya susah banget, kayak mau pecah kepala aku," jawab Ram sambil menggaruk kepalanya.
"Hahaha, kamu tuh pinter kok, Yang. Jangan ngeluh terus," kata Yeva sambil mencubit pipi Ram pelan.
"Ih, kamu mah ngeledek aja. Ntar kalau kamu yang ngerjain, pasti langsung ngeluh," balas Ram sambil tersenyum.
"Eits, jangan salah. Aku juga pinter kok. Cuma, aku lebih suka ngobrol sama kamu daripada ngerjain PR," kata Yeva sambil mengedipkan matanya.
Ram pun tersenyum. Dia merasa beruntung punya Yeva di sisinya. Yeva selalu bisa bikin Ram ngerasain bahagia, meskipun kadang ngeledeknya lumayan nyebelin.
Setelah lulus SMA, Yeva tiba-tiba dijodohkan oleh orang tuanya saat memasuki masa kuliah. Ram merasa sangat sedih dan terhantam keras oleh kabar tersebut. Emosinya kacau balau, ia sulit menerima kenyataan tersebut.
"Ram, kamu harus ngomong sesuatu sama kamu," kata Yeva, suaranya kayak mau nangis. "Orang tua aku udah ngasih tau, aku dijodohin."
Ram langsung diem, mukanya langsung pucet. "Kamu... Kamu serius?" tanyanya, suaranya gemetar.
Yeva ngangguk, matanya berkaca-kaca. "Aku... Aku gamau ninggalin kamu, Ram. Tapi, aku gak bisa lawan keputusan orang tua aku."
Ram merasa dunianya runtuh. Enam tahun mereka menjalin hubungan, semua kenangan manis, semua mimpi yang mereka rajut bersama kayak lenyap dalam sekejap mata. Seolah-olah semua itu hanyalah mimpi yang tak akan pernah terulang.
"Kenapa harus sekarang sih? Kita baru aja masuk kuliah, kita baru aja mulai jalanin hidup bareng," kata Ram, suaranya bercampur dengan kekecewaan yang mendalam. Dia merasa terluka dan kehilangan arah tanpa Yeva.
Yeva menangis lagi, air matanya menetes membasahi pipinya. Dia menahan rasa sakit yang menyerang hatinya, rasa sakit kehilangan seseorang yang sangat dia cintai. Dia tak mau kehilangan Ram, dia tak mau melepaskan seseorang yang telah menghiasi hidupnya selama enam tahun ini.
"Aku... Aku gak mau kehilangan kamu, Ram," kata Yeva sambil tersisak. "Aku sayang banget sama kamu." Suaranya bergetar dan menandakan betapa dalamnya perasaannya terhadap Ram.
Ram merasakan sesak di dadanya mendengar kata-kata Yeva. Dia tak bisa membayangkan hidup tanpa Yeva. Semua mimpi yang pernah mereka rencanakan bersama, semua cita-cita yang pernah mereka bagikan, seolah lenyap bersama dengan perpisahan ini.
"Aku juga sayang sama kamu, Yeva," kata Ram, suaranya bergetar karena kesedihan. "Tapi aku ga bisa ngelawan takdir. Semoga kamu bahagia." Dia mencoba mengucapkan kata-kata itu dengan tegas, tapi suara getarnya mengungkapkan betapa patah hatinya.
Yeva mengangguk pelan, matanya masih berkaca-kaca. Mereka berdua diam, hanya suara isakan Yeva yang menyeruak di antara keheningan yang mencengkeram hati mereka.