بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
÷
اللهم صلى على سيدنا محمد، وعلى ال سيدنا محمد
÷
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 56)÷÷÷÷÷÷÷
Sepi, suasana itu yang kini menggambarkan siang hari di ponpes Al-Mukhtar. Hanya menyisakan beberapa santri saja yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Namun lebih dominan mereka menyempatkan untuk tidur siang dan bangun disaat azan dhuhur tiba. Seperti si kecilnya ponpes Al-Mukhtar, siapa lagi kalau bukan Gus Jauzan atau sering dipanggil bocil kematian oleh para santri. Saking tingkahnya yang MasyaAllah. Kini bocah kecil itu tengah berjalan-jalan sendirian menuju kawasan komplek santriawan. Keberuntungan sedang menyapanya, karena keluarga ndalem tidak menyadari dirinya yang menghilang dari kediamannya. Lebih tepatnya diam-diam kabur sih.
“Alhamdulillah, Uzan bisa keluar dan menghirup udara segar,” ucap sikecil disertai kedua telapak tangan yang diusapkan ke wajahnya.
“Huh! Kalau Ummah marah ... Eh, gak bakalan deh,” kembali lisannya berucap dengan raut wajah yang berubah-ubah.
“Udahlah, mending kita pikirin sesuatu. Emm ... Kira-kira apa yaa?” Tangan kecilnya pun mengetuk-ngetuk dagunya sembari pikirannya yang memikirkan sesuatu.
Langkah kecilnya terus saja menyusuri jalanan berpaving. Dengan pikiran yang akan sesuatu dia perbuat. Tak lama beberapa menit berjalan, bocil itu kini sudah sampai didepan sebuah kamar asrama santri putra. Mungkin, jika bisa diperkirakan tingkahnya akan segera beraksi. Beruntungnya pintu itu terbuka lebar, hingga memudahkannya untuk masuk kedalam.
Sebelum hal itu, pupilnya pun terus bergerak mewaspadai sekitar. Takut-takut tingkahnya kepergok santri lain. Tak lupa ditangan kanannya memegang bulu ayam. Entah dapat dari mana anak itu. Kaki kecilnya mulai mengendap-endap masuk kedalam kamar asrama yang pintunya sudah terbuka dihadapannya. Pemandangan yang dia lihat pertama adalah para santri putra yang tengah pada tidur.
“Ck, ck, ck ....” Gus Jauzan berdecak ketika melihat orang-orang yang ada disana. Tak lupa dengan kepala yang terus menggeleng-geleng.
“Bisanya pada tidur Akang akang santri ini. Kasih tahu Abi baru tahu,” ucapnya. Setelahnya langkah kecil itu mulai mendekati orang yang dekat dengan posisinya sekarang. Bocil itu pun langsung menjongkokkan tubuhnya dekat kepala Akang santri yang akan menjadi korban pertamanya.
Senyum manis tersungging di bibirnya dengan lebar. Ralat jika yang melihat hal ini, mungkin senyuman manis yang dimiliki bocah itu akan diartikan senyuman maut yang sangat menyeramkan. Bulu halus yang dipegangnya mulai didekatkan pada sang empu, lalu Setelahnya bulu itu digerakkan didekat hidung sang korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
27 Days [In The Month Of Ramadhan] TERBIT
Spirituale÷÷÷÷÷÷÷ Ini mengisahkan tentang seorang gadis remaja yang baru lulus dari Madrasah Aliyah beberapa bulan lalu, yang akan mengikuti pesantren kilat selama bulan Ramadhan di pesantren sahabat Abahnya, ponpes Al-Jauhar. Sekaligus ada hal yang haru...