2. Pertemuan

72 6 1
                                    

Setelah kejadian tadi, Adit kembali bergabung dengan ke 4 temannya.

"Lo kenapa dah? ribut lagi?" tanya Revan.

Adit menghela nafasnya, dan menatap ke arah Revan.

"Tau aja nih si curut, biasalah si Nino. Dia mesum lagi ke murid baru." jawab Adit.

"Lain kali kaga usah pake kekerasan, lo tau kan para OSIS itu rata - rata anak para guru." Timpal Diki.

"Lu lupa, kita pernah hampir di keluarin tahun lalu gara - gara ngehajar anak kepala sekolah, nama geng kita dah jelek di sekolah ini, Dit." Sambung AlFath.

Adit teringat kejadian satu tahun lalu, ketika mereka membuat keributan karena anak kepala sekolah yang semena - mena. Mereka hampir di keluarkan karena hal itu, namun mereka di bela oleh beberapa korban, jadinya mereka hanya di skor selama 1 minggu.

"Sebenarnya gua muak dengan sistem sekolah ini, yang mengharuskan para kalangan bawah tunduk pada kalangan atas." ucap Adit seraya memandang ke arah luar.

Terlihat para siswa-siswi baru yang sedang menjalani ospek.

"Gua juga aneh, masih ada sistem seperti itu di jaman modern ini, padahal menurut gua sekolah kan tempat menuntut ilmu, bukan tempat perbudakan." Sambung Revan.

"Lo tau kan? istilah lu punya duit dan lu punya kuasa? karena itu mereka haus akan penghormatan dan kekuasaan. Makanya semena - mena." Ucap Diki.

"Jadi langkah selanjutnya apa?" tanya Dedek.

Revan berbalik dan menatap dedek dengan tatapan tajam.

"Kita cari siswi gemes." jawab Revan yang seketika di hadiahi jitakan oleh ke 4 teman nya.

"Dedek gemes mulu pikiran lu!" sentak Adit.

Tak lama guru pun masuk dan pembelajaran pun di mulai.

Di sisi lain.

Para peserta mpls/mos kini sedang melakukan tugas mereka mencari tanda tangan OSIS, namun Zean dengan iseng menyuruh mereka untuk meminta tanda tangan dari geng yang terkenal di sekolah ini yang bernama sekawan 5.

"Kalian hati-hati, mereka adalah murid paling di takuti di sekolah ini, mereka juga terkenal gak pandang siswi atau siswa. Jadi semoga berhasil ya." Ucap Zean seraya kembali ke ruang OSIS.

Semua murid yang ada di sana merasa ketakutan, karena rumor tentang geng tersebut sudah menyebar di kalangan masyarakat sekolah.

Jam istirahat pun tiba, para murid di berikan waktu 1 jam untuk beristirahat, namun untuk para murid baru, mereka di tugaskan untuk mendapat tanda tangan dari geng tersebut.

Beralih ke 5 sekawan.

"Gila cok! pelajaran bu natalie emang gak ada obat." keluh Revan.

Diki yang mendengar itu hanya menghela nafas dan berjalan mendahului mereka.

"Lu mah fokus nya ke badan bu natalie doang, gue liat dari tadi weh." Timpal Adit.

"Ya gimana ya? abis badan bu natalie itu semok cuy, pikiran gua kemana-mana." Jawab Revan.
Tiba-tiba Alfath berhenti karena ia merasakan sesuatu yang mengintai mereka.

Saat mereka sampai di kantin, mereka menjadi pusat perhatian adik kelas, entah apa yang ada di pikiran mereka. Karena terlihat raut wajah ketakutan yang tergambar dari wajah para murid baru itu.

"Kok semuanya ngeliatin kita?" tanya Diki.

"Muka lu mirip kriminal." Jawab Revan seraya berjalan mendahului Diki.

5 SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang