Chapter 07.

7.2K 602 10
                                    

Ada sedikit revisi latar cerita. Kalau di bab 1 itu kota bandung aku ganti jadi Barion.

Setelah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh morning sickness, Saina sudah tidak mendapat gangguan lagi. Sampai siang hari, sepasang suami istri tersebut hanya berdiam di kamar bahkan tak ayal baik Saina maupun Saka sama-sama mengeluh bosan.

"Aku gak bisa kalau cuma diam begini," keluh Saka yang mendapat anggukan setuju dari Saina.

Wanita itu melempar ponsel yang ada di tangannya ke atas kasur seraya berbaring telentang. "Aku juga, biasanya aku bakal jalan sama teman-teman aku," sahutnya.

Saka tak lagi berujar, pria itu mengatupkan bibirnya, memperhatikan wajah rupawan milik istrinya dari samping. Masih tidak menyangka seorang pemilik warung kecil sepertinya bisa menikahi seorang gadis cantik yang terlahir dengan sendok emas, ditambah lagi gadis itu adalah gadis yang ia cintai sejak awal pertemuan mereka di Fakultas yang sama.

Tiba-tiba dering ponsel dari laci meja memecah keheningan membuat atensi pasangan itu teralihkan. Saka bangkit dari posisinya kemudian membuka laci. Sebuah ponsel ia dapati di sana, ponsel yang belakangan ini jarang ia buka bahkan rasanya Saka seperti tidak mempunyai ponsel.

"Siapa?" tanya Saina penasaran.

"Maxel," ucap Saka.

"Maxel? Anak fakultas Manajemen yang biasa satu kelas sama kita?" tanya Saina.

"Iya, katanya dosen buat kelas mendadak tiga puluh menit lagi," jelas Saka dengan wajah menggelap kesal. Ia memang bosan tetapi jika dihadapkan dengan pilihan harus berjauhan dengan Saina tentu saja ia memilih untuk tidak kuliah.

"Eits, kenapa wajahnya jadi jelek gitu. Udah sana kuliah, demi masa depan kita." Tampaknya, Saina tak merestui Saka untuk bermalasan di rumah, ia terus memaksa pria itu sampai akhirnya, mau tak mau Saka berangkat menuju Universitas.

"Ngapain ya, enaknya?" Saina bergumam bosan. Ia saat ini di rumah sendirian, tidak ada Saka seperti sebelumnya untuk menemani. Ia memilih meraih ponsel yang terletak di atas kasur kemudian membuka sebuah aplikasi sosial media.

Saina sedikit terkejut melihat lambang pesan di aplikasi tersebut tertera angka cukup banyak membuatnya lekas membuka pesan-pesan tersebut satu per satu. Perlahan, matanya bergulir membaca pesan yang ternyata sebagian besar berasal dari teman satu kampus yang terbilang sering mengobrol dengannya.

Berbagai harapan agar Saina baik-baik saja dan bisa segera kembali mengikuti kelas seperti biasa membuat sang empu merasa terharu. Ah, ia baru ingat nomornya sudah diganti sebelum menikah itulah sebabnya laman media sosialnya dipenuhi oleh notifikasi pesan.

Alasannya karena tidak mau teman-temannya tahu tentang pernikahannya bersama dengan Saka karena perlu diketahui, Saka salah satu murid yang biasa dikucilkan karena pria itu pintar. Aneh sekali bukan? Tetapi, bagi mereka, orang pintar harus dari keluarga konglomerat sedangkan hal tersebut tidak ada di diri suaminya. Tak mau menyangkal, Saina pun pernah menjadi salah satu orang yang mengolok-olok pria itu meskipun dilakukan secara tidak langsung.

Jempol Saina mulai berkutat mengetik balasan pesan untuk teman-temannya. Satu per satu mulai ia balas sampai akhirnya tangan gadis itu berhenti pada sebuah pesan. Pesan itu milik teman dekatnya--Vera, yang isinya sukses membuat Saina kesal. Ia tersadar jika ia telah melupakan satu hal. Anak perempuan  ayahnya yang selama ini hilang telah ditemukan tepat pada hari ini!

Di masa lalu, Saina dan Kakaknya tidak akur dan hal tersebut karena kakaknya adalah anak kandung dari wanita yang sekarang menjadi istrinya. Ya, ayahnya menikah lagi setelah ibu Saina meninggal. Ia menikahi mantan kekasihnya yang dulu mereka bahkan pernah membuat anak dan menghasilkan Cecilia--kakak tirinya.

Sebenarnya bukan karena hal itu saja penyebab hubungan buruk yang terjalin dengan kakaknya. Sifat dari Cecilia membuat Saina benar-benar muak, selain kasih sayang kepada Saina semakin menghilang terlebih setelah Saina menikah, Cecilia juga seperti menganggapnya saingan serta selalu ingin menang darinya. Ditambah lagi dukungan penuh dari ayah serta ibunya yang lebih mengutamakan Cecilia membuat gadis itu semakin semena-mena.

Memikirkannya saja membuat Saina pusing. Andai saja ia bisa mencegah datangnya Cecilia pasti hidupnya jauh lebih tenang. Saina mencoba untuk meredakan kesalnya dengan membuat mencari sesuatu untuk di makan, namun tampaknya sesuatu membuat perempuan itu semakin kesal.

"Datang ke acara makan malam. Malam ini di rumah. Biar Ayah bisa lihat suami kamu." tulis notifikasi yang muncul di ponsel tersebut dengan nama kontak 'berengsek.'

"Ah, sial banget. Pasti dia mau ngenalin si Cecilia itu," gumam Saina.

TBC.

EnervateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang