maaf

7 2 0
                                    

Tidak, dia tidak menemukan murid baru itu. Bahkan Haechan menunggunya di depan gerbang sedari tadi. Sang supir pun sudah meminta perempuan itu untuk segera pulang, namun Haechan memaksa untuk kembali menunggu.

Cuaca sudah mulai gelap, murid yang eskul pun sudah bubar. "Cha? Kamu nunggu siapa?"

Haechan tidak menjawab. "Cha, ayo pulang. Sungchan anterin, mau?"

Mata indah itu terus saja melirik kepenjuru pintu masuk sekolah. Tidak ada orang lagi? Ayolah, padahal Haechan menunggunya sedari bel pulang belum berbunyi.

"Cha?"

Haechan tersadar ternyata Sungchan ada di hadapannya. "Ya?"

"Kamu nunggu siapa? Ini udah mau malem. Ayo pulang? Kasian supirnya nunggu kmu terus tuh."

"Nggak Sungchan, Cha mau tunggu seseorang."

"Siapa? Di dalam nggak ada siapa-siapa Cha."

"Beneran? Uchan gak bohong kan?"

"Hm, sejak kapan aku pernah bohong ke kamu?"

Kenapa? Padahal Haechan benar-benar ingin meminta maaf. Apakah Haechan harus ungkapkan besok saja ya?

"Yaudah, Cha pulang ya Uchan."

"Hm, hati-hati ya."

Haechan masuk kedalam mobilnya, dan melambaikan tangan kepada Sungchan. Setelah mobil itu hilang dari pandangan, seorang pria keluar dari dalam sekolah.

"Kenapa kak? Dia nunggu kakak dari tadi."

Mark terdiam, wajah pucatnya yang tidak pernah hilang dari wajah tampannya itu menunduk.

"Aku tidak ingin terlalu dekat dengannya."

"Ck, kenapa emangnya? Dia baik kak, lagian aku nggak bakalan marah kok kalau kakak mau rebut dia. Haechan itu udah aku anggap sebagai teman, bahkan adik aku sendiri."

"Aku tidak menjamin untuk selalu hidup, aku takut jika aku mati, dia akan sedih."

Sungchan melirik penuh sang kakak. Kenapa kakaknya ini selalu berkata seperti itu. Mana jiwa semangat untuk melawan penyakit itu? Sungchan merasa kesal, kenapa kakaknya menjadi lemah.

"Kenapa kakak lemah? Huft... emang ya, harusnya tuhan itu ambil kakak besok aja, biar Haechan nggak sedalam itu buat peduli ke kakak."

Di alihkannya pandangan dari sang kakak, Sungchan melirik kearah gerbang. "Ah nggak, harusnya tuhan itu ambil kakak saat kecil saja, jadi aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai kakak, begitu dengan ayah dan ibu, mereka akan sepenuhnya sayang kepadaku dan mewariskan hartanya kepadaku dengan penuh."

Bugh!

"Shh..."

"Tarik kata-katamu Sungchan."

Sungchan berdiri, sudut bibirnya berdarah. " kenapa?! Bahkan kau tidak semangat untuk hidup dan sembuh! Lalu untuk apa aku menarik kata-kataku, hah?!"

Ditariknya kerah seragam Sungchan oleh Mark. "Bahkan jika tuhan mengambil nyawa ku sekarang, aku tidak perduli. Tapi jangan kau sakiti ibu dan ayah."

Bugh!

Mark tersungkur. Sebenarnya Sungchan tidak bisa memukul sang kakak, karena dia sayang kepada kakaknya. Tapi karena dia kesal, dan ingin membuat sang kakak sadar akan penyakitnya yang harus dilawan, jadilah Sungchan melakukannya.

"Aku akan kabulkan permintaan mu, aku akan membuatmu untuk di jemput tuhan sekarang juga."

Bugh!

Senior || MH GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang