bertemu

6 4 0
                                    

"Lo jangan urusin hidup gue, bisa?"

Sungchan menepuk pundak kakaknya. "Lo itu kakak gue, mana ada adek yang acuh terhadap kakakny?"

"Lo bukan adek gue."

Sungchan terdiam, baiklah-baiklah, kita balikan faktanya. Mereka berdua bukanlah anak kandung dari orang tuanya yang sekarang.

Mereka di ambil oleh suami istri yang kaya raya dari umur tujuh dan enam tahun, hingga akhirnya mereka hidup bersama dengan kemewahan. Sebenarnya mereka berdua segan untuk menganggap suami istri itu ibu dan ayahnya, tapi karena rasa sayang mereka benar-benar tulus, mereka bisa menerimanya saat mereka umur sepuluh dan sebelas tahun.

Hingga dewasa, rasa segan terhadap orang tuanya, malah kembali. Sebenarnya Sungchan pun merasakan segan, tapi dia sadar bahwa ibu yang mengangkatnya sebagai anak, dia adalah ibu yang butuh sosok anak.

"Lo kenapa sih? Bisa nggak, jangan sakitin mereka? Gengsi banget."

"Lo nggak ngerti."

"Pokonya lo harus pulang kerumah. Kalau nggak, gue bakalan bunuh diri."

"Gila."

"Ya, gue gila karena kakak gue jauh lebih gila."

"Terserah."

-🐻-


Satu minggu berlalu, Haechan sudah sehat. Dia sudah beraktifitas pada umumnya.

"Ya! Kalian ini kenapa sih?"

Jema dan Rere tersenyum gemas, sepertinya Haechan sudah kembali.

"Jema kangen, Chaca."

"Iya, Rere juga."

"Aish... kalian boleh kangen tapi jangan dempet juga. Pengap tau."

"Eh, Cha tau? Ada murid baru loh."

"Oh ya?" antusias Haechan.

Jema dan Rere mengangguk bersama. Haechan jadi teringat pria yang mendorongnya di kelas seminggu yang lalu.

"Dia ganteng, tapi mukanya putih banget. Kaya mayit hidup."

"Rere kira dia sakit, tapi kayanya nggak deh."

Haechan berdiri dari duduknya, dia akan mencari murid baru itu. Memastikan apakah dia yang mendorongnya atau bukan

Keluar dari kelas yang bising, Haechan melirik kekanan, kekiri. Haechan harus mencari satu orang di sekolah yang luas ini.

"Cha? Mau kemana?"

Kaki kecil itu menjauh, dia tidak menjawab pertanyaan Sungchan dikoridor. Hingga akhirnya kaki kecil itu berhenti di depan mading.

Pria yang dia cari, apakah dia? Foto yang terpajang di mading, dengan tulisan murid baru. Sama dengan pria yang kini menatap foto itu juga.

"Hi."

Haechan berusaha menyapa tapi pria itu tidak membalasnya. "Kakak murid baru itu ya?"

Tatapan pria itu tidak beralih dari bibir Haechan, dan entah mengapa Haechan merasa bahwa pria itu bisu.

"Kakak yang dorong aku di kelas, kan?"

Senior || MH GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang