Part 11

326 59 10
                                    

Felix dan Hazel sudah siap dengan pakaian rapi mereka. Setelah sarapan, mereka akan pergi mengunjungi orang tua Hazel. Felix dan Hazel hadir di meja makan bersamaan. Di sana sudah terdapat Arabella dan Cliff.

Wanita paruh baya itu melirik penampilan Hazel. Lalu, ia terlihat sinis pada istri Felix itu.

"Selamat pagi, Ibu,"sapa Hazel.

Arabella tersenyum."Halo, silakan duduk. Ayah sebentar lagi akan turun."

"Iya, Bu."

Arabella berdehem, memandang Hazel seperti tidak suka."Kudengar kau menghabiskan banyak uang kemarin."

"Iya, Ibu, aku berbelanja. Aku menghabiskan uang suamiku." Hazel tersenyum dengan tenang.

"Baru sehari menjadi menantu, tetapi, kau sudah menghabiskan banyak uang. Bagaimana dengan bertahun-tahun? Bisa habis uang keluarga ini." Arabella membuang pandangannya.

Felix melirik ke arah Hazel.  Istrinya itu tetap terlihat tenang walau mendapat komentar pedas dari mertuanya.

"Ibu, yang kuhabiskan adalah tabungan suami. Bukan tabungan Ibu. Suamiku tidak keberatan. Iya, kan, suamiku?" Hazel menatap Felix dan memegang tangannya.

"Aku tidak masalah, Ibu. Yang terpenting Hazel bahagia." Felix angkat bicara. Sepertinya sang istri ingin ia membelanya.

Cliff melihat Hazel dan Felix yang terlihat canggung. Namun, sepertinya mereka saling menyukai.

Arabella bersedekap sembari memandang rendah Hazel."Jadi, kebahagiaan Hazel adalah uang. Bagaimana jika tiba-tiba kau tidak punya uang dan kekuasaan, Felix? Dia akan mencari yang lebih kaya. Dia tidak bisa jika tidak ada uang."

"Aku tidak akan kehilangan dua hal tersebut. Aku akan bekerja lebih keras, Ibu,"balas Felix. Kali ini ia memiliki keberanian meskipun saat ini tangannya tengah gemetar.

"Ibu kebahagiaanku memang uang. Apa Ibu bahagia apa bila tidak punya uang?" Balas Hazel dengan tatapan mengejek."

"Kebahagiaan tidak selalu dinilai dengan uang, Hazel. Jangan terlalu menilai semuanya dengan uang dan harta,"balas Arabella tak suka.

"Jika memang tidak selalu tentang harta dan uang, bagaimana kalau Ibu serahkan harta Ibu padaku."

Felix terbelalak sekaligus merasa lucu dengan jawaban Hazel.

"Lihatlah, kau sangat tidak sopan!" Arabella memukul meja dengan pelan.

Cliff tidak tahan dengan semua ini."Kakak, tolong bersikap baik pada Ibu."

Hazel menatap Cliff yang tiba-tiba ikut ingin menyerangnya."Aku akan bersikap baik pada orang baik. Itu berlaku sebaliknya, Adik ipar. Apa yang kita tanam, itu yang akan kita terima."

Cliff memandang Hazel datar. Wanita itu ternyata pintar berbicara sampai melawan Ibunya. Cliff hampir saja membalas ucapan Hazel. Dominic muncul sehingga membungkam semua mulut mereka dan sarapan dengan tenang.

Setelah sarapan, Hazel dan Felix pergi. Kali ini mereka hanya pergi berdua tanpa sopir.

"Maaf atas apa yang terjadi saat sarapan tadi."

"Tidak apa-apa."

"Itu pasti tidak pernah terjadi di keluargamu, ya?"
Felix tertawa kecil.

Hazel terkekeh."Betul. Dan itu selalu terjadi di keluargamu?"

"Iya."

Hazel mengusap lengan Felix."Jika mereka kurang ajar padamu, kau harus melawannya."

"Aku melawannya karena aku memiliki kekuatan darimu. Aku malu mengakuinya karena itu artinya aku adalah lelaki lemah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEACHY BITCHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang