Chapter 7

5 2 0
                                    

Terimakasih banyak sudah mau menghadirkan banyak rasa baru dalam hidupku yang sudah lama semu

-Naila Azalea🍒

****
    

      Hari ini adalah hari yang beberapa bulan kemarin sangat ku tunggu-tunggu. Hari dimana Masa Pelantikan Tamu Ambalan (MAPELTA) kelas 10 akan di laksanakan. Pukul 7 pagi, anak-anak kelas 10 dan panitia dari kelas 11 maupun kelas 12 sudah ramai berkumpul disekolah. Menyiapkan segala perlengkapan untuk dibawa ke lokasi bumi perkemahan nanti. Lokasi Bumi perkemahan tahun ini cukup dekat dengan sekolahku. Jadi setidaknya memudahkan untuk kami pulang jika terkendala sesuatu.

Sekitar pukul 9 siang, kami sudah sampai lokasi yang telah di tentukan. Meski beberapa drama harus aku lewati terlebih dahulu, seperti menunggu anak-anak yang datang tidak tepat pada waktunya alias ngaret. Ditambah drama dalam perjalanan karena aku tidak membawa motor. Mau tidak mau aku harus naik mobil truk untuk mendampingi peserta kelas 10.

Aku membantu beberapa regu-regu putri untuk mendirikan tenda milik mereka. Kemudian, menyiapkan beberapa masakan yang harus aku olah bersama panitia konsumsi untuk makan siang kami di hari pertama kemah ini. Tapi, aku teringat sesuatu. Sebentar, sepertinya sejak tadi aku lupa untuk mengabari seseorang.

"Aku udah sampai di Buper kak".
"Mau ganti baju dulu ini, maaf baru ngabarin ya".
Aku mengirim pesannya dengan cepat. Karena sejak tadi, aku sudah di tunggu teman-teman lain untuk segera berganti pakaian. Tidak mungkin juga kami akan memasak menggunakan baju Pramuka lengkap seperti ini.

"Teh Naila, tadi ada Kak Abyan ngechat aku di Facebook". Ucap Sheila teman se-organisasi ku juga teman kelas di 11 IPA 1. Aku memang punya panggilan yang beragam di kelas dan tentunya aku nyaman-nyaman saja.

"Iyah Tah? Ngechat gimana emang Sheila?" Jawabku
.

"Katanya titip Naila, jangan sampai kenapa-kenapa". Mendengar itu jantungku rasanya berpacu lebih cepat dari biasanya. Meskipun sedang di jauh, kak Abyan berhasil membuatku salting brutal seperti ini.

"Ya Ampun, maaf ya sheila. Aku udah gede gini, masih aja di titipin kaya anak kecil aja". Ucapku setelah berhasil menutupi salah tingkah yang mati-matian ku tahan.

"Berarti kak Abyan sesayang itu sama teteh. Dia peduli banget, sampe aku di suruh jagain teteh".

"Iyah, tapi aku yang malu dan bisa jaga diri juga". Sheila hanya menanggapi ucapku dengan tertawa tipis. Setelah itu, tidak ada percakapan lagi karena kami fokus untuk membereskan barang-barang dan bergegas menuju lapangan.

   Setelah mendirikan tenda dan mengemasi barang-barang, kegiatan pertama yang kami lakukan adalah upacara pembukaan. Siang ini matahari benar-benar terik. Berada di lapangan seluas ini rasanya seperti dibakar hidup-hidup. Syukurnya, angin masih memberi ruang kami untuk mendapatkan kesejukan.

Aku termasuk anak yang sering merasa homesick dimanapun itu. Baru berapa jam di tempat yang baru, pasti sudah berpikiran ingin pulang. Beginilah jika belum terbiasa jauh dari rumah. Menjelang malam hari, perasaan itu semakin menggebu-gebu. Kadang yang paling ku benci dari mental block ini adalah memikirkan pulang sampai aku tidak bisa tidur.

Karena merasa mataku tidak bisa terlelap. Aku memutuskan untuk membuka HP yang akhirnya bisa aku mainkan setelah seharian sibuk dilapangan. Melihat chat yang tidak dibalas oleh kak Abyan, aku beranikan diri untuk menghubungi adik perempuannya yang kakak kelasku juga.

"Teh Nisa, maaf ganggu waktunya".

"Iyah, kenapa Naila?". Balas Teh Nisa dengan cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semoga Yang Sederhana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang