Sedari tadi pintu rumah Zee diketuk oleh Adel namun tak mendapatkan jawaban dari dalam, ia berkali kali mengirim pesan kepada sang kekasih dan tak lupa meneleponnya, namun usaha nya gagal juga.
Adel hampir menyerah dan memutuskan untuk pulang, ia menaiki motor nya dan hendak memakai helm. Namun ia mendengar sebuah klakson mobil yang dibunyikan dari arah belakang, ia reflek menoleh dan mendapati sebuah mobil hitam yang sepertinya ia kenali.
Adel turun dari motornya, meletakkan kembali helm yang hampir ia pakai kembali dan menghampiri mobil tersebut. Mengetuk kaca mobil itu dan pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang sangat cantik dan awet muda, Adel menyalimi kedua tangan lembut itu dan tubuhnya dipeluk.
"Apa kabar nak? udah lama kamu ga kesini." Ucap wanita itu
Adel tersenyum, "Hehe maaf bun akhir akhir ini emang lagi sibuk sibuknya, Adel sehat bun." Ia membalas
"Kenapa sayang? Kamu lagi berantem sama anak bunda ya?" tanyanya
"Ah enggak kok bun." Elak Adel namun tak dipercayai
"Maafin Zee ya nak, dia emang gitu anaknya. Kalau ada masalah bukannya diomongin baik baik malah ngambekan gamau ketemu." Ucap Ibunda Zee seraya mengelus bahu lebar Adel
"Kamu enggak dibukain pintu ya sama dia? bunda bukain ya. Omongin sama dia kalau emang kalian ada masalah, jangan ambil keputusan buat akhirin hubungan kalian dahulu. Bunda udah setuju kalau kamu yang jadi menantu Bunda, masa enggak jadi." Lanjutnya sebelum Adel memotong perkataannya
Adel tersenyum canggung dibuatnya, ia hanya bisa mengangguk kepada bunda Zee. Tak lama pintu itu dibuka oleh Shani, ibunda Zee yang sedari tadi berbicara dengan pacar anaknya. Ia mempersilahkan Adel masuk dan menghampiri Zee dikamar yang berada dilantai atas.
Adel mengetuk pintu tersebut, sengaja tak memanggil nama sang kekasih agar dibukakan pintunya, karna ia tahu kekasihnya tak mungkin akan membuka pintu tersebut kala mengetahui bahwa itu adalah dirinya.
Pintu itu terbuka, seorang gadis yang masih mengenakan piyama biru navy dan rambut pendek yang sedikit berantakan, serta kacamata yang bertengger di hidungnya tampak seperti baru saja bangun tidur terkaget bahwa yang ia bukakan barusan bukanlah sang Ibunda yang baru saja pulang.
Sebelum berbicara dan menutup kembali pintu itu, ia didorong oleh Adel dan pintunya ditutup. Ia memegang pinggang ramping milik Zee seraya mengunci kamar itu, ia rengkuh dengan erat tubuh gadisnya walau sang empu melawan dan terus menerus mendorong tubuhnya. Ia menenggelamkan wajahnya pada bahu didekat leher Zee dan terus mengecupi nya, ia sangat merindukan gadisnya ini.
"Sayang aku kangen."
Zee kembali mendorong tubuh besar Adel, kali ini berhasil menjauhkan dari dirinya. Ia tatap dengan tajam kedua bola mata milik Adel
"Lo siapa main meluk gue? manggil manggil sayang."
"Aku pacar kamu." Adel mendekati Zee, hendak memeluknya lagi namun dengan cepat tangan itu ditepis olehnya.
"Gausah sok deket bisa? mana ada gue punya pacar. Udah putus kemaren." Sarkas Zee
"Kita gaada kata putus ya Zee, aku udah minta maaf berkali kali ke kamu. Kamu bisa gasih jangan kayak anak kecil? aku capek Zee."
Zee tak menyangka Adel akan menjawab dengan kata kata tersebut, ia menepuk tangannya
"Wow dell?? keren ya lo. Iya gue kayak anak kecil, gausah pacaran sama gue, sana sama Ashel aja. Gausah ngemis ngemis maaf ke gue lagi, gue udah ngelepasin lo nih, yaudah sana keluar. Jangan liatin muka brengsek lo itu lagi, Anjing lo del." Kalimat terakhir yang ia ucapkan mewakili isi hatinya, ia tak sengaja menumpahkan air matanya itu.
Adel menyesal, "Maaf, maaf Zee. bukan gitu maksud aku, aku gamau putus sama kamu Zee. Aku cuma cinta sama kamu."
"KELUAR ANJING." Ia berteriak sembari menangis, Adel sakit melihat air mata itu lolos melewati pipi gadis kesayangannya, ia sangat tidak suka jika Zee menangis apalagi karna dirinya.
Ia memeluk tubuh Zee, benar benar tak melepaskannya. Ia ikut menangis dengan hal itu, merasakan sakit hati yang juga Zee rasakan. Mengelus punggung itu menenangkan, ia ambil dua tangan Zee dan ia ciumi punggung tangan itu seraya meminta maaf
"Maaf Zee, aku brengsek. Maafin aku"
Ia membiarkan gadis itu mencaci maki dirinya serta memukul tubuhnya, ia tahu kekasihnya itu butuh pelampiasan atas kekesalannya. Ia tetap mengeratkan pelukan tersebut tanpa melepaskannya, membawa Zee dan dan duduk pada ujung kasur kamar Zee, tubuh Zee ia pangku.
Beberapa menit dengan posisi tersebut, Zee mulai tenang. Ia mengalungkan tangannya dileher Adel sementara Adel melingkarkan tangannya pada pinggang sang empu, Zee menyenderkan dagunya pada tangan miliknya yang berada diatas bahu Adel.
"Udah tenang sayang?" Adel mengelus pinggang itu
Zee mengangguk, dirinya lelah setelah menangis.
Adel menarik nafas panjang, "Aku minta maaf sama kata kata aku yang bikin kamu kepikiran sampe sekarang. Maaf aku udah kasar sama kamu, tapi aku bener bener gamau putus Zee. Aku sayang banget sama kamu, walau disana banyak yang ngejar aku tapi cuma kamu yang bisa dapetin hati aku. Jangan pernah pikirin kalau aku bakal suka sama orang lain ya? aku janji habis ini bakal ngehindarin orang lain yang ada niatan buat deketin aku, aku gamau kamu gini lagi." Adel mengangkat pipi Zee dengan tangannya, ia kecupi berkali kali bibir dan pipi tersebut penuh sayang
Zee kembali memeluk Adel, ia merasa dirinya sangat disayang oleh gadis itu. Sedikit menyesal telah meragukan cinta yang dimiliki Adel padanya.
"Aku sayang kamu." Satu kata keluar dari mulut Zee
Adel tersenyum mendengarnya, "Aku lebih sayang."
Zee memejamkan matanya, tertidur diatas pangkuan sang kekasih yang setia memeluknya. Adel yang sadar segera mengangkat tubuh Zee yang lebih kecil darinya dan merebahkan tubuh tersebut diatas kasur, memeluk tubuh itu untuk ikut ke alam mimpi.
_____________________________tbc
ciye jidel nya baikan
maafkan cerita ini yang kepending ya guys, btw mampir ke cerita ku yang lain dong 😻😻
join saluran di bio
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET (ZeeDel)
RomanceSeorang Ketos Dan Murid Biasa Yang Menjalin Hubungan Tanpa Diketahui Oleh Teman-Temannya