II. KILAS KUASA MASA LALU

98 14 0
                                    

"Mengapa kau harus memohon untuk sesuatu yang mustahil, Jenderal Yoon? Seseorang yang aku kenal tidak pernah menundukan kepala pada siapapun, kini, harus berlutut bahkan merangkak demi sebuah batu nisan dan nama"

"ITU BUKAN HANYA 'SEBUAH', JENDERAL CHOI! Kaukau tidak akan pernah mengerti. Mereka yang berasal dari keluarga budak maupun buruh, aristokrat maupun cendekiawan, mereka sama saja. Semuanya... semuanya menumpahkan darah dan mengayunkan senjata di medan perang. Dan aku, aku adalah jenderal yang memimpin mereka!"

Sudah tiga hari berlalu sejak apa yang Jenderal Choi lalui di Pengasingan Hwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari berlalu sejak apa yang Jenderal Choi lalui di Pengasingan Hwa. Tiga hari pula, pria dengan alis tebal dan tatapan mata tajam itu tidak menginjakan kakinya lagi di area Istana. Ia hanya fokus pada dirinya sendiri di hunian Choi, di Choi Manor. Beberapa kali, Jenderal Choi sekadar berkirim pesan pada penasihat kerajaan, memberikan kabar dari laporan yang telah dikirimkan oleh pasukannya yang masih berjaga di perbatasan Utara.

Udara dingin ternyata semakin menusuk saat Desember menjelang tiba. Pun, salju pertama diprediksi akan turun malam ini atau esok subuh.

Jenderal Choi tidak begitu menyukai salju. Menurutnya, banyak hal yang harus ia buang ketika salju turun. Entah itu noda karena tetes salju yang mencair atau kenangan masa lalu yang terlalu pekat. Dua hal tersebut membuat Jenderal Choi cenderung muak terhadap salju.

Tiga hari telah berlalu, tapi sama seperti rasa bencinya pada salju yang tidak pernah menghilang. Kini, rasa penasaran akan apa yang terjadi pada Yoon Jeonghan sehingga ia kehilangan pengelihatan sekaligus internal core-nya sampai hancur lebur. Jenderal Choi membenci fakta bahwa, sedikit pun, bahkan setitik saja, ia tidak dapat merasakan energi spiritual milik Jeonghan malam itu. Seolah pria dengan balutan kain putih lusuh itu hanyalah pria biasa yang tidak pernah belajar kultivasi atau ilmu bela diri sebelumnya.

Mungkin, satu-satunya orang yang dapat menghapuskan rasa penasaran milik Jenderal Choi adalah Tetua Luo, orang yang telah memberikan informasi kepadanya terkait keberadaan Yoon Jeonghan.

Maka, di sinilah Jenderal Choi sekarang, di pekarangan hunian keluarga Luo, duduk di sebuah Taman Zen sembari menikmati teh hijau hangat di tengah dinginnya cuaca. Tetua Luo menuangkan teh ke dalam cangkir porselen untuk dirinya dan Jenderal Choi, membuat Jenderal Choi merasa sedikit sungkan karena seharusnya dirinyalah yang menuangkan teh untuk yang lebih tua.

"Udara akan semakin dingin, tapi teh ini tidak akan mengecewakanmu." Ujar Tetua Luo yang kemudian mengangkat cangkirnya dan menikmati hangat serta 'ketenangan' yang diberikan oleh teh hijau tersebut. Jenderal Choi masih diam, ia tidak ada keinginan untuk berlama-lama di sini. Pun, ia tidak pernah suka harus berada di hunian keluarga lain, selain Choi Manor dan Kim Manor.

Kim Manor, tempat Yoon Jeonghan dulunya bernaung dan menuntut ilmu.

"Jadi, kedatangan Jenderal Choi kemari adalah untuk...." Tetua Luo tidak melanjutkan, mata tuanya menatap tepat ke manik kelam milik Jenderal Choi.

A Frozen Flower (A JeongCheol Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang