5; bercerai

586 66 0
                                    

Happy reading!

Jeno mengernyitkan dahi ketika melihat Jaemin berbaring di sofa. Saat tanpa sengaja beradu pandang, lelaki carrier itu segera membuang muka.

“Aku akan tidur di sofa,” ujar Jaemin dengan nada sedikit ketus.

Meski merasa aneh, namun Jeno tidak berpikir panjang. Yang ada dominan itu malah memasang raut puas dan mengangkat bahu acuh tak acuh.

Kembali ke Jaemin yang tengah mencari posisi nyaman. Jika ada yang mengatakan bahwa tidur di sofa nyaman, maka Jaemin akan mencari orang itu lalu menamparnya bolak-balik karena berani berucap omong kosong.

Padahal sofa tempat Jaemin berbaring sekarang pasti harganya sangat mahal, namun tetap tidak bisa menggantikan kenyamanan dari kasur.

Jaemin terus bergerak ke sana ke mari yang hal itu tanpa sadar membuat Jeno kehilangan fokus dan kini kembali menatapnya. Dominan itu berdecak.

“Tidurlah di ranjang!” ujar Jeno dengan nada dingin.

Jaemin langsung diam dan memutar kepala, menatap Jeno. Sebenarnya Jaemin sedikit luluh atas tawaran itu. Namun saat mendengar nada Jeno yang terkesan tidak ramah, membuatnya ragu. “Tidak.” Pada akhirnya dengan berat hati, Jaemin menolak. Sungguh, Jaemin ingin menangis akibat penolakannya sendiri.

“Aku tidak akan memberikan tawaran dua kali.”

Jaemin mencengkeram sisi selimut. “Meski kau memberi tawaran tiga kali, aku akan tetap tidur di sofa.”

Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Jeno fokus dengan laptop-nya dan Jaemin sibuk dengan pikirannya sendiri. Terlalu lama berpikir membuat rasa kantuk Jaemin mulai datang dan tak berselang lama, lelaki manis itu terlelap.

✺✳ ┅ ⑅ ┅ ✳✺

Saat jam menunjukkan pukul dua pagi, Jaemin terbangun seraya mengusap perutnya yang dalam waktu dekat akan membuncit.

Jaemin lapar.

Jaemin bangkit dari sofa dan duduk sebentar. Kepalanya menoleh, menatap Jeno yang tertidur nyenyak di atas ranjang. Jika kehidupan pernikahan mereka berjalan normal pasti Jaemin akan membangunkan Jeno dan memaksa dominan itu untuk menemaninya makan. Lalu Jeno akan bangun, mengusap perut Jaemin, dan menggenggam tangan Jaemin menuju dapur.

Jaemin sontak melotot. Ia refleks memukul kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia memikirkan skenario barusan?!

Tak ingin berlama-lama, Jaemin menyingkirkan selimut dan pergi untuk mencari makanan. Jaemin menahan napas ketika melihat lorong lantai dua yang begitu remang dan sepi. Ya ... lagipula mana ada pelayan yang berlalu lalang jam segini. Jika pun ada, pelayan itu pasti akan dicurigai.

Jaemin mempercepat langkah menuju anak tangga, namun langkahnya tiba-tiba memelan ketika akan melewati kamar Yejun. Perasaan Jaemin tiba-tiba berubah aneh yang membuatnya berhenti dan menatap pintu besar di hadapannya dengan ragu.

Setelah berpikir agak lama, Jaemin memilih untuk mengecek kondisi Yejun sebentar, mengingat bocah itu juga masih belum sehat. Biasanya saat seseorang sedang tidak enak badan, akan muncul mimpi-mimpi aneh sekaligus menyeramkan juga sangat mudah berhalusinasi saat tidur.

Villain to HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang