1; tragedy

643 56 0
                                    

Happy reading!

Na Dohyun adalah seorang yatim piatu yang sejak bayi tinggal di panti asuhan. Sampai sekarang dia tidak tahu rupa, nama, ataupun silsilah dari kedua orang tuanya. Lelaki malang itu ditemukan sembilan belas tahun lalu, saat masih berwujud bayi merah, di depan sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Ibu panti yang baik hati langsung mengangkatnya menjadi anak asuh dan diberi nama Na Dohyun, sesuai isi surat yang sengaja ditinggalkan di atas tubuh Dohyun kecil.

Sejak kecil, Dohyun hidup serba pas-pasan. Dia terbiasa berbagi dengan saudara se-panti. Meski hidup dalam kondisi seperti itu, semangat belajarnya sangat tinggi. Ia bahkan rela menabung sedikit demi sedikit untuk membeli buku sekolah. Dia bercita-cita ingin sekolah setinggi-tingginya.

Dohyun sadar jika dia tidak berjuang keras maka cita-citanya akan mustahil tercapai. Karena itulah, dia begitu giat belajar dan berusaha menjadi siswa berprestasi. Hingga perjuangannya membuahkan hasil dan saat kelulusan, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi yang cukup ternama di kota Seoul. Dia juga diberi tunjangan hidup yang membuatnya tanpa ragu memilih keluar dari panti dan hidup terpisah. Itu dirinya lakukan untuk mengurangi beban dari ibu panti.

Saat berkuliah, Dohyun bertemu gadis cantik dan gadis itu juga yang selalu memberi dia semangat saat dirinya merasa lelah dan ingin menyerah. Lambat laun, Dohyun merasa tertarik dan perasaannya kian bertambah besar hingga membuatnya memberanikan diri untuk menyatakan cinta.

Kabar baik bersambut. Gadis bernama Yerin itu menerima cinta Dohyun dan mereka pun berkencan. Hari demi hari berlalu dan Dohyun semakin jatuh hati kepada kekasihnya. Apapun dia lakukan agar sang kekasih bahagia. Dohyun yang pintar mendadak menjadi bodoh ketika berhadapan dengan Yerin.

Malam itu, Dohyun membeli sebuah kue berukuran kecil karena sang kekasih berulang tahun. Dia sengaja tidak memberitahu Yerin dan bersikap seolah-olah melupakan hari istimewa ini. Namun, Yerin juga sepertinya lupa akan ulang tahunnya sendiri karena sejak pagi gadis itu tidak pernah membahasnya.

Dohyun melangkah dengan riang menuju gedung apartemen Yerin. Dia bersenandung dan terkadang terkekeh kecil membayangkan reaksi apa yang akan ditunjukkan Yerin nanti. Namun langkahnya memelan ketika melihat seseorang yang tampak tidak asing. Ia lantas melipir untuk menguping pembicaraan kedua orang itu.

“Bagaimana jika dia tiba-tiba muncul dan memberimu kejutan?”

Terlihat Yerin tertawa. "Ya, jika itu terjadi, aku akan kembali berakting."

Setelahnya kedua orang itu tertawa. Keduanya tidak sadar jika Dohyun berada di dekat mereka.

"Sampai kapan kau berhubungan dengan lelaki miskin itu? Sungguh, apa kau tidak malu berkencan dengannya?"

Yerin mengangkat bahu acuh tak acuh seraya merangkul pundak temannya. "Yaa sampai aku puas memanfaatkan kepintarannya. Kau tidak tahu rasanya mendapat nilai sempurna tanpa harus pusing-pusing memecahkan rumus."

"Memang bagaimana rasanya?"

"Puas, tentu saja. Apalagi kau hanya perlu melempar tugas ke wajah cupunya dan dia akan mengerjakan semua sampai selesai. Aku benar-benar beruntung bisa membuat si miskin itu tunduk di bawahku."

"Ahh, hebat sekali. Jika kau bosan, lempar saja dia padaku! Aku akan ganti memanfaatkannya."

"Tentu."

Cukup. Telinga Dohyun rasanya sudah panas akibat ocehan itu. Sialnya, ocehan itu adalah fakta. Fakta bahwa selama ini Yerin tidak tulus padanya.

Dengan amarah yang mulai menguasai, Dohyun keluar dari tempat persembunyian dan menghampiri Yerin yang masih berbincang dengan Bora, temannya.

"Yerin!"

Panggilan barusan membuat dua gadis itu berbalik secara bersamaan. Terlihat jelas raut kaget di wajah keduanya. Belum sempat Yerin bersuara, kejadian selanjutnya langsung mencuri perhatian orang-orang di sekitar mereka.

Dohyun melempar kue ke wajah Yerin tanpa raut bersalah!

"Gadis menjijikkan!" umpat lelaki itu seraya berbalik pergi dari sana. Tidak ia sangka gadis secantik Yerin ternyata memiliki hati yang sangat busuk.

Dohyun berjalan dengan sorot mata kosong. Diam-diam, dia menyalahkan takdirnya yang sangat buruk. Apa Tuhan begitu membencinya sampai tidak memberikan dia kesempatan untuk bahagia?

Setelah cukup lama berjalan, Dohyun memilih duduk di halte. Saat sedang melamun, ponselnya tiba-tiba berdenting. Ia lantas mengecek benda persegi panjang itu dan dahinya mengerut ketika melihat notifikasi terbaru. Dia memastikan di kalender dan benar hari ini tanggal 27. Bukankah novel yang ia ikuti akan update setiap tanggal 9, 19, dan 29?

Apalagi saat melihat tulisan 'Last Episode' Dohyun semakin terkejut, namun juga penasaran. Tidak disangka novel itu akan tamat malam ini. Dohyun mengenyahkan rasa sakit hatinya dan memilih fokus membaca chapter terakhir. Duduk sendirian di halte dengan mata fokus menyorot layar ponsel.

Beberapa menit kemudian, bibirnya menyunggingkan sebuah seringai. Wajahnya tampak puas ketika mengetahui si antagonis mati di tangan suruhan suaminya sendiri. Memang harus seperti ini mengingat tokoh Na Jaemin benar-benar tidak masuk akal dan tidak waras. Ini memang ending yang pas.

Puas mengumpati si Jaemin sialan, Dohyun menyimpan ponselnya ke saku celana lalu beranjak. Dia ingin cepat-cepat pulang ke flat sederhananya lalu beristirahat. Persetan dengan rasa sakit hati ke Yerin! Dia akan sama tidak warasnya seperti tokoh Jaemin jika sampai gagal move on dari gadis ular itu.

Dohyun berjalan di trotoar seraya memasukkan kedua tangan ke saku hoodie. Malam itu suasananya sunyi dan udara terasa dingin menusuk. Tak berselang lama, perasaan Dohyun tiba-tiba berubah tidak enak. Ia mempercepat langkah ketika merasa ada yang mengikuti. Di sela melangkah, lelaki itu melirik ke belakang dan matanya membola ketika melihat ada dua orang yang seperti sengaja membuntutinya. Karena panik dia refleks berlari.

Merasa jika kedua orang itu semakin mengejar, Dohyun semakin mengencangkan otot betis dan keringat mulai keluar membanjiri tubuhnya. Di saat seperti ini kenapa situasi malah mendadak sepi dan tidak ada satu pun kendaraan yang terlihat. Karena itulah dia memilih menyeberang tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu.

Namun naas, sebuah mobil putih tiba-tiba melintas dengan kecepatan tinggi dan ketika Dohyun menoleh bertepatan dengan tubuhnya melayang lalu jatuh ke aspal. Darah mulai keluar menghantarkan aroma amis pekat. Napasnya tersengal dan tubuhnya terasa sangat-sangat sakit. Sebelumnya, dia tidak pernah merasa sesakit ini.

Ketika matanya perlahan mulai menutup, Dohyun teringat kejadian tadi. Di saat sekarat, ia bergumam dalam hati, meratapi kisah cintanya yang berakhir tragis dan nasibnya yang harus meninggal dalam keadaan miskin.



to be continued ✺

See you, ahay!

Villain to HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang