90 Days After I Met You: Bab 2

543 88 17
                                    

Jennie menunggu di bawah langit yang mulai memerah dengan sinar matahari yang mulai meredup. Daun-daun kering berguguran perlahan-lahan dari pepohonan yang mulai kehilangan daunnya. Angin sepoi-sepoi musim gugur bertiup lembut, mengibaskan rambut Jennie dengan lembut.

Sebuah mobil sedan berwarna merah tiba di hadapannya, namun tak membuat Jennie sadar dari lamunan panjangnya. Seorang wanita cantik yang berpenampilan lebih dewasa darinya itu lekas turun dengan persiapan yang matang untuk mengomelinya. Akan tetapi, Jisoo Wechsler dengan cepat mengubah sikapnya ketika dia menyadari ekspresi murung di wajah Jennie.

"Apa sesuatu terjadi padamu?"

Jennie akhirnya tersadar. Sedikit terkejut ketika dia melihat Jisoo sudah berdiri tegap dengan gayanya yang elegan seperti biasa.

"Kau membuatku khawatir setiap kali kau menelepon ku seperti itu." Jisoo akhirnya mengungkapkan kekesalannya namun tidak dengan nada yang menekan.

"Aku baik-baik saja, ayo kita pulang."

Awalnya dia tidak ingin percaya, tetapi saat dia melihat senyum cerah di bibir Jennie akhirnya dia memilih untuk mempercayainya.

"Kau seharusnya tidak pergi sendirian." Jisoo mengacak rambut Jennie dengan gemas. Sedangkan Jennie hanya merespons nya dengan senyuman nakal.

"Baiklah, ayo. Kurasa kita perlu membeli sesuatu untuk makan malam."

"Setuju. Aku ingin mandu dengan sup daging pedas."

"Oke."

Di sepanjang jalan, lampu-lampu jalan mulai menyala, menciptakan suasana yang tenang namun juga sedikit melankolis. Warna merah keemasan dari matahari terbenam mulai memantulkan warna-warna indah di langit sore itu. Udara pun mulai terasa sejuk, dan Jennie kembali termenung.

Dalam keheningan senja yang memukau, mobil merah milik Jisoo melaju perlahan-lahan, meninggalkan jejak cahaya lampu di jalanan yang mulai gelap. Suara gemerisik daun kering yang terinjak ban mobil itu menambah kesan damai namun penuh perenungan. Semua elemen alam turut menyumbang dalam menciptakan suasana senja yang penuh makna dan emosional bagi Jennie.

"Ada yang kau pikirkan?" Tetapi keheningan itu terpecahkan oleh pertanyaan Jisoo yang mendadak.

"Bagaimana caranya meminta maaf, pada seseorang yang mengatakan bahwa dia tidak ingin kita menemuinya lagi. Aku juga yakin dia tidak akan merespon panggilanku."

Jisoo agak sulit memproses kata-katanya, tetapi dia cukup paham maksudnya. Tangan kirinya refleks menggaruk keningnya, memikirkan jawaban apa yang kira-kira bisa dia berikan atas pertanyaan membingungkan itu.

"Apa kau baru saja melakukan kesalahan fatal?" alih-alih menjawab, Jisoo malah memberikan pertanyaan balik karena dia sendiri tidak bisa memikirkan jawabannya sekarang. "...jika seseorang itu tidak ingin kau menemuinya lagi, itu berarti kesalahan yang besar. Tak peduli seberapa marahnya dia padamu, jika dia tidak membencimu, kau hanya butuh waktu untuk membiarkannya berdamai dengan perasaannya terlebih dahulu."

Jennie merenungkan ucapan Jisoo. Antara benar atau tidak, Jennie rasa ada dua alasan yang tepat mengapa Lisa tidak ingin bertemu dengannya lagi. Yang pertama sudah pasti, Lisa tidak ingin terlibat dengan dirinya lebih jauh. Yang kedua, semoga saja Lisa tidak membencinya. Jennie yang tak merespons pertanyaan Jisoo kini bersandar sambil melemparkan tatapan ke luar lagi.

Di saat itu, Jisoo dengan bijak memahami bahwa Jennie perlu waktu untuk merenungkan dan mengatasi pikirannya sendiri. Dengan penuh pengertian, Jisoo membiarkan Jennie bergelut dengan keheningan dalam dirinya, sementara dia sendiri fokus menyetir mobilnya di bawah langit senja yang sudah mulai menggelap.

90 DAYS | JENLISA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang