17. BELAJAR MASAK

32 2 0
                                    

Saat sampai di dapur, kini Syaqila bergegas membuka rantang dan memindahkan makanan ke dalam mangkuk.

Selama Syaqila sibuk membuka rantang. Aprizal yang baru saja selesai buang air besar, memperhatikan Syaqila yang sedang melakukan sesuatu.

"Itu rantang dari siapa, Sayang?" tanya Aprizal.

"Ini rantang dari anak perempuan di depan itu, Mas. Aku nggak tau siapa namanya, tapi dia cantik dan imut, rasanya pengen punya anak perempuan," balas Syaqila.

"Anak perempuan. Ambar bukan? Duh, semoga keinginan mu, cepat terwujud yah sayang. Mas juga pengen punya anak perempuan."

"Aku nggak tau, Mas. Soalnya aku baru datang ke sini. Coba mas cek di depan."

"Baiklah, Sayang."

Aprizal langsung membuka hordeng, lalu melihat Ambar yang berdiri di depan. Kemudian Syaqila berhasil membuka isi rantang.

"Mas, ternyata isi rantang ini. Nasi goreng sama telur goreng tiga buah, mana bawah sekali bakwan goreng," ucap Syaqila.

"Oh, Alhamdulillah. Sayang, ternyata benar yang ngasih itu adalah Ambar, anak Mbak Narti. Kalau mas dikasih rantang begini, biasanya ganti uang. Alasan mas ganti uang, sebab mas nggak bisa masak. Ngomong-ngomong sayang bisa masak?" balas Aprizal, lalu bertanya.

Kini Syaqila diam saja sambil mendengarkan balasan Aprizal, lalu ia membalas pertanyaan Aprizal, "Oh begitu, yah mas. Ternyata Ambar anaknya Mbak Narti. Aku bisa masak sih mas, tapi aku takut rasanya malah nggak enak."

"Iya, Sayang. Anaknya Mbak Narti, ada dua. Satunya Ahmad masih kelas empat SD sedangkan Ambar tahun ini mau masuk TK. Sayang nggak usah takut, yang penting kita bisa balas kebaikan Mbak Narti. Mas mah setiap hari, menerima rantang dari Mbak Narti ketika mas masih bujang, ada rasanya keasinan maupun hambar juga tetap dimakan."

"Wah, sepasang yah mas. Kayaknya enak punya anak sepasang begitu. Ya sudah kalau begitu mas, nanti aku usahakan masak buat balas kebaikan Mbak Narti. Ututu ... yah sudah, aku bakalan masak makanan terenak untuk mas setiap hari, jadi kasihan kalau mas makan makanan hambar."

"Em, ngode lagi nih. Mas juga mau. Tetap semangat yah sayang. Alhamdulillah, akhirnya mas punya istri yang bisa masak. Selain itu juga cantik dan pengertian."

"Yah, namanya juga mau berusaha mas. Punya mas kan lebih besar, jadi bikin nagih. Iya mas, aku akan berusaha lebih baik."

Selama sibuk mengobrol, kini Syaqila tak berhenti memindahkan nasi goreng, telur dan gorengan pada piring masing-masing.

Usai memindahkan makanan. Syaqila pergi ke kamar mandi dengan mencuci rantang, lalu kembalikan pada Ambar.

"Nak Ambar, nih rantang nya. Terima kasih yah, terus bilangin sama ibumu," ucap Syaqila.

"Ah, baiklah tante. Ngomong-ngomong habis sekolah, aku boleh main ke tempat tante?" balas Ambar, lalu bertanya.

"Tentu saja, boleh. Rumah ini selalu terbuka buat semua orang."

"Hore, Terima kasih tante. Oh ya, nama tante siapa?"

Syaqila mengangguk, kemudian membalas pertanyaan Ambar, "Panggil aja Tante Qila."

"Ok, siap Tante Qila. Akhirnya aku punya teman dekat."

"Iya, Nak Ambar."

Selesai berbincang dengan Ambar. Kini Ambar berpamitan sambil membawa rantang, meski jarak rumah hanya beberapa langkah. Melihat Ambar berbicara membuat Syaqila merindukan Icha.

Walaupun Ambar tak seumur dengan Icha, sudah membuat Syaqila sedikit rindu. Namun, ia tak bisa pulang, sebab bibi akan melarang Syaqila pulang ke rumah.

Love and Destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang