30. CEPAT LAKU

25 1 0
                                    

Saking asiknya Syarif dan Syaqila mengobrol. Aprizal pun datang sambil menegur Syarif.

"Asik banget, kalian lagi bahas apa? Jangan bilang, Rif. Kalau kamu mau selingkuh dengan istriku di belakang, maka aku tak segan membunuh mu," ucap Aprizal dengan mengancam Syarif.

"Astagfirullah, jangan salah paham dulu, Zal. Aku management mungkin mau ber selingkuh dengan istriku. Aku kan sudah punya anak dan istri," balas Syarif, agar tidak menimbulkan fitnah.

"Halah, bilang aja kamu mau nambah istri. Zaman sekarang, sudah banyak beredar tentang selingkuh teman sendiri."

"Ya Ampun, sumpah demi Allah, aku nggak berniat untuk selingkuh. Kalau mau ber selingkuh mungkin sebelum menikah, tapi kamu sahabat ku, maka ku bantu kamu."

Aprizal pun diam. Syaqila pun juga tidak diam saja, sebab ia tak mau Aprizal bertengkar dengan Syarif.

"Sudah, Mas. Hentikan perdebatan ini dan berhentilah untuk cemburuan. Aku tidak akan selingkuh sama Mas Syarif. Mas Syarif datang hanya ingin membicarakan hubungan kita. Ditambah aku nggak akan selingkuh, sebab punya Mas Rizal kan besar!" Syaqila nan langsung menghentikan perdebatan mereka berdua.

Aprizal dan Syarif pun diam. Kemudian Aprizal menjawab, "Baiklah, Sayang. Maaf kan mas, yang cemburuan ini. Sebenarnya mas takut kehilangan mu. Haha ... tolong untuk ucapan itu disensor sedikit, soalnya mas malu."

Syarif pun kaget, melihat Aprizal yang mendadak berubah, ketika mengobrol dengan Syaqila.

Saat mendengarkan obrolan mereka berdua. Syarif keroncongan, sebab perutnya belum terisi.

"Zal, Qila. Maaf yah, aku mau makan dulu. Ini perutku mau di isi," ucap Syarif.

"Iya, Rif. Maaf kan aku sebab telah menuduh mu. Selamat menikmati sate ayam," balas Aprizal.

"Iya, Mas. Gara-gara Mas Rizal, mas jadi kelaparan. Selamat menikmati makanan nya," tambah Syaqila.

Syarif mengangguk tersenyum. Selanjutnya Syarif mencari tempat duduk, dengan melahap sate ayam.

Usai keberangkatan Syarif. Aprizal datang mendekat dengan menghampiri Syaqila, sembari mengelus perut Syaqila.

"Ututu ... anak ayah, jangan marah-marah yah. Tadi ayah, nggak sengaja marah pada ibu dan paman mu," ucap Aprizal dengan berbicara di perut Syaqila.

"Ih, geli lho mas. Emang anak kita bakalan dengar, kan masih di dalam perut mas," tanggap Syaqila.

"Duh, maaf sayang. Emang nggak bakalan terdengar. Tapi, mungkin saja anak kita di dalam perut mu, bisa mengerti," balas Aprizal.

"Oh begitu yah, Mas. Jujur yah mas, aku bangga punya suami seperti mas. Selain menjadi abdi negara, mas juga pembisnis dan mendadak menjadi dokter. Aku yang hanya tamat SMP juga, tidak tahu apa-apa."

Aprizal pun langsung diam, lalu Aprizal terkekeh-kekeh, "Apa maksud mu, Sayang. Mas menjadi abdi negara, sebab melaksanakan tugas negara dan mencari uang untuk kebutuhan kita. Pembisnis, ini cuman kerja sampingan sayang. Mendadak menjadi dokter, ini mas pernah dengar aja, sebab teman mas ada istrinya yang kerja sebagai bidan."

"Oh begitu. Hehe ... maaf mas, aku nggak tahu."

Selama mereka berdua sibuk mengobrol. Kini pembeli datang untuk membeli roti bakar, lalu Aprizal menghentikan obrolan pada Syaqila, "Sayang, mas mau layani pembeli dulu yah."

"Iya, Mas. Semangat cari uangnya."

Aprizal mengangguk tersenyum. Melihat Aprizal dan Syaqila mengobrol, kini Syarif sudah selesai menyantap sate ayam. Kini Syarif malah kekenyangan, dan ia malah ingin tertidur.

Love and Destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang