10. TIDAK DIRESTUI

56 2 0
                                    

Sudah berkali-kali Syaqila menelpon Aprizal, kini ia tidak mendapat respon Aprizal sama sekali.

Syaqila merasa kesal dan terus menangis. Syaqila takut kalau Aprizal sengaja meninggalkan nya, setelah diusir dari rumah.

"Mas, tolong diangkat. Mengapa mas tak mengangkat telepon ku? Apa mas tega tidak bertanggung jawab padaku," ucap Syaqila yang sering kali membasahi wajah nya.

Sepuluh menit berlalu. Tiba-tiba Syaqila menerima panggilan dari Aprizal. Syaqila bersemangat mengangkat telepon Aprizal.

"Hallo sayang, ada apa kamu menelpon ku? Maaf yah, baru balas. Mas nggak tahu kalau kamu sudah menelpon sepuluh kali, tadi mas lagi makan siang," panggil Aprizal.

"Mas, aku diusir dari rumah. Bibi tak mau merestui ku, gara-gara hubungan kita beda keturunan, terus bibi menyuruhku untuk mengugurkan anak kita. Tapi, aku nggak mau melakukan nya. Mas, tolong bawa aku pergi untuk bersama mu," balas Syaqila.

"Ya Allah, baiklah sayang. Maafkan mas telah melakukan hal yang melanggar itu, yah. Mas, terima kasih sudah mempertahankan anak kita. Oh iya, sekarang kamu ada di mana? Nanti mas jemput sebentar lagi."

"Iya mas, tidak apa-apa. Lagipun sekarang aku tak punya keluarga lagi, hanya mas satu-satunya yang ku percaya. Aku ada di halte depan rumah. Tolong jemput aku sekarang yah mas, aku sudah kedinginan di sini."

"Baiklah sayang, tunggu sebentar. Mas mau pinjam mobil teman dulu."

"Iya, Mas."

Setengah jam berlalu, Syaqila menunggu di halte dan hujan makin deras - ia nampak kedinginan. Tak lama kemudian sebuah mobil pick up berhenti di depan halte.

Kemudian Aprizal yang mengenakan pakaian loreng keluar dari mobil dengan menjemput Syaqila.

"Sayang, maaf yah sebab terlalu lama menunggu. Mas tadi minjam mobil pick up punya teman," ucap Aprizal.

"Iya mas, aku pikir mas nggak akan menjemput ku. Terima kasih sudah hadir dan maaf sebab merepotkan," balas Syaqila.

"Ya Ampun, Sayang. Kan mas sudah bilang, mas janji akan bertanggung jawab untukmu. Heh, barang mu tinggal segini yah, mas kira banyak," heran Aprizal.

"Yah, emang segini mas. Kan aku merantau juga. Selepas ayah sama ibu meninggal aku ikut bibi dan paman tinggal di sini. Eh paman malah meninggal, jadi tinggal sama bibi dan Icha."

Aprizal diam saja dan merasa kasihan terhadap Syaqila. Syaqila sudah ditinggali oleh kedua orang tua nya, sekarang malah bibi nya. Sedangkan Aprizal masih bisa bersyukur punya ayah kaya raya, meski ibu sudah lama meninggal.

Kemudian Aprizal mengambil tas milik Syaqila, lalu meletakkan nya di belakang. Selepas itu, Aprizal mengajak Syaqila duduk di depan.

Selama masuk ke dalam mobil, kini Syaqila bertanya, "Mas, kita mau ke mana?"

"Kita akan menikah, Sayang. Sekarang kita temui ayah mertua, agar merestui hubungan kita," balas Aprizal.

"Terus wali keluarga ku, bagaimana?"

"Apakah kamu punya keluarga? Terus mengapa kamu bisa diusir. Begini saja, anggap saja kamu tidak punya keluarga lagi." Aprizal menyarankan hal negatif pada Syaqila.

"Baiklah, Mas. Aku hanya percaya padamu saja."

Aprizal mengangguk tersenyum. Selepas mengobrol mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju rumah Aprizal.

Selama Aprizal mengendarai mobil. Syaqila tak berhenti tersenyum sambil memandang Aprizal yang begitu serius.

"Masyallah, ganteng sekali calon suami ku ini. Aku sangat bersyukur bisa dipunyai mu, Mas," batin Syaqila.

Love and Destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang