01. Gavendra National School

23 8 6
                                    

Hari ini adalah hari dimana MPLS akan dilaksanakan pertama kalinya di Gavendra National School. Sekolah yang terdapat di perdalaman. Banyak orang yang tidak mengetahui sekolah itu.

Ketujuh lelaki remaja memasuki gerbang sekolah yang sangat mewah itu. Mereka tampak sangat senang dan bersemangat, karena ini hari pertama mereka memasuki jenjang SMA.

Seluruh siswa di kumpulkan di lapangan. Siswa nya tidak terlalu banyak. Dan hanya ada 3 kelas di sini. 1 kelas berisi 30 orang.

Ini waktunya pembagian kelas, 7 laki-laki remaja itu berharap sekelas, tetapi ternyata mereka tidak sekelas.

"Selamat pagi semuanya, selamat datang di Gavendra National School. Selamat, kalian sudah menjadi bagian dari sekolah ini." ucap Kepala Sekolah.

Murid-murid langsung bertepuk tangan dengan keras.

"Kita akan mulai pembagian kelas ya, kalau saya sebut namanya, langsung ke kelas nya masing-masing, ya."

"Jaidan Alvino, Caiden Nathanio, 11 IPA 1"

Jaidan dan Caiden saling menatap, lalu mereka mengikuti beberapa murid yang sekelas dengan mereka.

"Marvel Abraham, Haifa Shakala, 11 IPA 3"

Haifa tampak sangat senang bisa sekelas dengan Marvel. Akhirnya mereka pun menuju kelasnya.

"Jefano Sebastian, Rakha Arkana, 11 IPS 3"

Jefano dan Rakha pun pergi ke kelasnya. Kini hanya tersisa Zhafir dan beberapa murid lagi.

"Zhafir Elvino, 11 IPS 4"

Zhafir akhirnya menuju ke kelas itu sendirian.

***

Saat Zhafir sampai di kelas itu, kelas nya.. Tampak sangat berbeda dengan kelas yang lain. Kalau kelas yang lain sangat mewah, kelas yang Zhafir dapat ini sangat kotor. Lantainya sudah berkerak, dindingnya sudah lusuh. Dan juga memakai bangku yang terbuat dari kayu.

Zhafir duduk di barisan ke-2 dan urutan ke-3 dari depan. Ia memandang sekelilingnya, tampak murid-murid lain hanya memandang kearah depan dan sangat diam. Berbeda dengan di SMP, dulu di SMP, teman kelas Zhafir sangat tidak bisa diam.

Beberapa menit pun, wali kelas mereka akhirnya datang. Tapi.. Ada yang aneh dari guru tersebut. Guru itu sangat diam, dan ia langsung duduk di meja guru. Dan berkata, "nama saya Heliza, senang bertemu kalian." Ia mengucapkan itu tetapi wajahnya sangat datar. Tidak ada ekspresi sama sekali. Dan murid-murid pun hanya diam. Itu membuat Zhafir merasa aneh.

"Baiklah anak-anak, tulis nama kalian masing-masing di kertas, ya. Dan kumpulkan." ucap Bu Heliza.

Zhafir langsung mengambil satu buku tulis dan tempat pensil dari dalam ransel nya. Ia merobek kertas di tengah halaman buku tulis itu. Lalu ia mengambil pulpen, tapi saat ia mengambil pulpen, ia menyenggol buku tulis yang berada di sampingnya. Dan buku itu terjatuh.

Zhafir akhirnya menunduk dan mengambil buku itu. Saat ia melihat dari bawah meja... Ia melihat kalau guru dan teman di depannya itu tidak ada kakinya. Zhafir sangat terkejut, dan ia langsung duduk tegak dan melihat sekelilingnya. Saat ia melihat sekelilingnya, tampak seperti normal. Tidak ada yang aneh.

Zhafir mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu, dan dia kembali menulis namanya di kertas.

Tak lama kemudian, ia maju kedepan untuk mengumpulkan kertas itu ke Bu Heliza. Saat ia meletakkan kertas itu di meja Bu Heliza, ia menatap wajah Bu Heliza sebentar.

Ia melihat wajah Bu Heliza di penuhi dengan darah, dan benar, saat ia memandang kearah kakinya, Bu Heliza tidak mempunyai kaki.

Kelas lain

Kelas Zhafir (11 IPS 4)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas Zhafir (11 IPS 4)

Kelas Zhafir (11 IPS 4)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  ***


HALOOO! JANGAN LUPA VOTE NYA YAAAA 🖤🖤
06/07/24

Gavendra National SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang