Partner Enemy 5

14 3 0
                                    

Begitulah yang terjadi selama satu pekan kemudian. Rombongan Edia dan Shuma terus berpindah dari kota ke kota atau desa ke desa. Menciptakan jarak lebar antara pengejar dari utusan khusus kelompok kudeta Kerajaan Golderim. Yang melegakan bagi mereka adalah kebutuhan sementara ASI bagi bayi mungil itu masih terpenuhi dengan baik. Ada saja ibu-ibu yang mau bersedia menyusuinya selagi mereka singgah. Mengurangi sedikit rasa sedih dan bersalah Edia akan alur tragis yang kedua anak itu emban.

Satu pekan yang melelahkan membawa mereka ke Desa Oaku. Lokasi paling jauh dengan Kerajaan Golderim, tetapi hanya berselang belasan kota dengan Kekaisaran Andamant. Tidak bisa dikatakan dekat, tetapi cukup aman bagi mereka sekalipun Desa Oaku bukan wilayah yang dikelola Kekaisaran Andamant.

Dapat dikatakan bahwa Desa Oaku menjadi desa merdeka. Tidak berada dalam kekangan tiga wilayah besar di sekitarnya. Bukan bagian dari Kerajaan Golderim. Bukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Andamant. Tidak pula menjadi anak buah Republik Fhu. Sejak melihat peta dan membaca pembagian wilayah serta kebijakan-kebijakan yang dimiliki masing-masing tempat persinggahan, Edia menjatuhkan pilihan bahwa mereka akan menetap cukup lama di Desa Oaku.

"Menetap ... cukup lama? Apa maksudmu?" Salah satu pertanyaan Shuma saat mereka singgah di kota terdekat dengan Desa Oaku.

"Seperti yang kaubilang sebelumnya bahwa sangat berbahaya mengadakan perjalanan jauh dengan bayi baru lahir, aku pikir kita perlu menunggu sama Francetta memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melanjutkan ke Kekaisaran Andamant. Satu pekan selama kita kabur, sekalipun Francetta mendapatkan ASI, itu belum terlalu mencukupi kebutuhannya, Shu. Dia juga beberapa kali demam. Ditambah lagi, musim gugur akan memasuki puncak yang berlanjut musim dingin. Aku tidak bisa membiarkannya berlama-lama di luar, berada di gerobak kereta kuda, agar kita segera sampai di Kekaisaran Andamant. Tidak, tidak! Itu sangat berbahaya."

"Lalu, kenapa kau mengotot agar sepekan ini kita tidak segera berdiam di satu kota? Kenapa harus sampai ke Desa Oaku lebih dulu?"

"Aku punya alasannya, Shu. Akan kujelaskan setelah tiba di sana dan kita menemukan rumah atau penginapan yang bisa disewa untuk waktu lama."

Shuma tak lagi bertanya. Bocah lelaki bersama mereka pun tak banyak membuat drama meski sesekali bersikap mengesalkan. Dibanding awal-awal pertemuan, France telah banyak berubah. Tidak lagi murung. Tidak lagi suka menangis. Sebuah kemajuan yang baik. Hanya saja, caranya berbicara sedikit menyebalkan, terutama kepada Edia. Seperti ... bocah itu menyimpan dendam kepadanya, begitu yang Edia pikir.

Tergambar saat mereka singgah di warung makan perbatasan Desa Oaku. Perselisihan kecil antara bocah lelaki berusia sepuluh tahun dengan gadis yang sebentar lagi genap delapan belas tahun.

"Sudah kubilang, bukan? Aku tidak mau berbagi makanan. Milikmu adalah milikmu. Milikku adalah milikku. Persediaan koin kita tidak banyak. Kau harus menerima bahwa porsimu memang segitu."

"Aku masih lapar, Edia. Koin itu kan milikku. Aku bebas menggunakannya untuk apa pun."

"Milikmu? Bebas menggunakannya? Berhitung saja kau tidak becus, Bocah. Sudah betul aku yang menyimpannya. Bisa mati kelaparan sebelum sampai tujuan kalau koin-koin itu kau yang simpan."

"Kau pelit, Edia! Sangat-sangat pelit! Lakukan sesuatu kepadanya, Shuma!"

"Aku pelit agar kau belajar bagaimana bertahan hidup dalam keterbatasan. Dasar bocah tidak sopan! Seharusnya, kaupanggil aku Kakak. Kak Edia. Jangan cuma Edia, Edia, dan Edia saja."

"Kau bukan kakakku asal kauingat."

"Kau ini ...."

Sebelah tangan Edia hendak memberinya cubitan, tetapi rengekan Francetta menggagalkan. Setelah hanya memberi France pelototan dan dibalas dengan juluran lidah, Edia mengambil bayi perempuan itu yang sepanjang makan diletakkan dalam keranjang khusus bayi. Dia menemukannya di salah satu toko saat singgah di sebuah kota besar sebelum ke Desa Oaku. Dengan kemampuan menawar luar biasa, Edia hanya perlu menukar beberapa keping perunggu untuk keranjang tersebut--yang sebelumnya dibandrol seharga dua keping perak.

Best Enemy Best PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang