Saat ini Javier berada di markas tempat biasa ia dan teman-temannya berkumpul. Rumah bertingkat yang tak terlalu besar dengan tanaman disekeliling halaman serta pohon mangga yang berbuah lebat. Tak ayal mereka yang ada disana memetik dan memakannya jika sudah matang.
Dilantai satu terdapat ruang yang pas untuk mereka berkumpul dengan satu set sofa, satu buah tv, dan tiga kamar. Diujung juga ada dapur dan ruang makan. Yahh seperti rumah pada umumnya.
Sedangkan dilantai atas itu hak paten milik Javier, tidak ada satupun yang ia perbolehkan untuk menaiki atau menginjakkan kakinya ke lantai atas. Terdapat satu kamar dan dua pintu entah apa isinya, hanya ia saja yang tau.
Saat ini Javier berada disalah satu ruangan yang terdapat berbagai macam komputer yang menyala, satu buah kursi dan jangan lupakan cahaya yang tak terlalu terang mengisi ruangan yang tak terlalu besar ini.
Jari jemari nya bergerak lincah di atas papan keyboard.
Jika kalian bertanya apa yang sedang dilakukan nya? Tentu saja mencari identitas seseorang yang disebutkan oleh sang tunangan. Setelah mendapatkannya ia pun mulai membaca dengan seksama tanpa terlewat sedikit pun. Setelah selesai ia pun kembali mengetik untuk mencari informasi lainnya dan mengambil cctv yang sempat dihapus dengan mudahnya. Lalu Javier menyalin semua yang telah ia dapatkan dan mengirimkannya ke laptop.Pagi hari pun tiba. Javier menuruni tangga satu persatu dan dapat ia lihat teman-temannya yang masih tertidur. Ada yang tidur diatas sofa, di karpet, ada juga tidur saling berpelukan bahkan yang tidur dilantai tanpa alas apapun.
Melihat kesekelilingnya, Javier berdecak. Bagaimana tidak sampah makanan yang berserakan dimana-mana, sofa yang sudah tidak teratur dan meja yang terbalik. Entah apa yang mereka lakukan semalam.
Hari ini hari minggu, Javier beserta temannya sudah sepakat untuk menginap di markas setiap minggunya.
Tanpa repot-repot membangunkan mereka Javier lebih memilih untuk pergi dan menghubungi seseorang. Mematikan telpon dan menaiki mobilnya, ia pun melaju dijalan raya yang tidak terlalu ramai karna jam masih menunjukkan pukul 05.49.
Setelah sampai di sebuah taman, ia pun menghampiri seorang gadis yang terlihat sudah menunggunya.
"Ada apa memanggilku, Javier?" tanya gadis itu ketus saat Javier sudah sampai didepan nya.
Sebelum menjawab, Javier mengacak surai gadis itu yang langsung ditepis oleh sang empu. Javier terkekeh kecil.
"Aku ingin kau mematai wanita ini." Ucapnya sambil memberikan sebuah foto polaroid kepada gadis didepan nya yang terlihat terkejut karna mengenal wanita di foto itu.
"Untuk apa aku mematai-nya? Sudah seperti tidak punya kerjaan saja!"
"Dia ada kaitannya dengan Allena." Kini suara Javier yang tadi nya lembut menjadi tegas dan menyorot tajam kedepan.
"Allena?"
✰✰✰
"Non bibi mohon bangun, non. Jangan tinggalin bibi" lirih seorang wanita yang menatap sendu dengan lelehan air mata pada seorang gadis yang setia menutup matanya diatas brankar.""Bi Wati? Safira disini bi, tunggu Safira!" Gadis itu menangis dan berusaha untuk keluar dari kabut asap yang mengaburkan penglihatan nya. Safira terus meraung- raung dengan lelehan air mata yang terus mengalir. Tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan mata menarik jiwa Safira yang berada dialam bawah sadarnya.
"HAH!" Allena bangkit dari tidurnya dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Apa itu tadi? bi Wati? berarti gue masih hidup dan tubuh gue- hah! kenapa tubuh gue dipasang alat medis. Perasaan terakhir kali gue ga ngapa-ngapain deh." Gumam Allena dengan kening yang berkerut.
"Gue harus cepat nyelesaiin ini semua dan kembali ke raga gue. Walaupun disini gue dapet kasih sayang dari orangtua Allena dan bisa jalan lagi, tapi gue ga mau egois. Gue gabisa ninggalin bi Wati sendiri, lagi pula pasti raga Allena akan kembali, kan?" Allena terus bermonolog dan berpikir untuk membuat rencana.
Ayo bapak bapak ibu ibu kakek kakek nenek nenek di vote!!!
hhe bercanda
Makasi untuk yang udah baca⛄ and
Makasi sama yang udah vote
Tandai typo bebz!
goodbye prendd👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Transmigration
FantasySafira Atmaja Seorang gadis yang hanya bisa terduduk diatas kursi rodanya karna kecelakaan yang membuat kedua kaki nya diagnosis lumpuh seumur hidup. Ia hanya bisa menangis dan menyesali semua perbuatan yang telah ia lakukan selama ini. Di lain sis...