Happy Reading
•
•
_"Hidup adalah seni tanpa penghapus"
❖❖❖
Dentingan sendok yang bergesekan dengan piring menjadi melodi di tengah keheningan yang meliputi kedua putra Argadana. Tidak ada obrolan yang tercipta. Kehangatan di antara mereka sudah lama padam di telan keadaan.Semua pelayan di rumah itu mengetahui adanya perang dingin di antara kakak beradik itu. Mereka tahu hanya kesalahpahaman yang menjadi penyebabnya. Tapi tidak ada yang berani meluruskan.
Jika kepala keluarganya saja hanya diam. Cenderung senang. Lantas atas dasar apa mereka berhak ikut campur.
Sementara itu di lain tempat, sama sekali tidak ada keheningan. kondisi kamar berantakan dengan si empu yang juga sama berantakannya. Dia terlambat bangun. Dan ini hari Senin, dimana dia harus datang lebih awal untuk mengikuti upacara di sekolahnya.
Kedua tangannya dengan lincah dia gunakan untuk mengerjakan dua hal sekaligus. Satu memoleskan bedak, satunya lagi di gunakan untuk menghubungi seseorang.
"Tolonginn gue" tidak ada basa-basi di detik sambungannya terhubung, dia langsung mengutarakan keinginannya.
"Aturannya salam dulu Neng Lura" protesan di sebrang terdengar.
"Jemput gue ya Zev sehari ini aja, gue minta tolong"
"Enggak ah gue bentar lagi berangkat. Biasa juga nebeng ke tukang angkot sambil genit-genit biar gak bayar"
"Aduh sungutnya di jaga ya dek jangan sembarangan" terdengar kekehan dan juga tolakan dari sebrang sana.
"Sahabat macam apa lo ini tega banget, awas aja gue mau cari sahabat baru yang bisa gue mintain tolong di mana dan kapan pun" bangun kesiangan membuat paginya di awali dengan uring-uringan dan sekarang sahabatnya itu dengan tega tidak ingin membantunya.
Dia sangat tahu cara Zevan mengendarai motor sangat bisa membuatnya terhindar dari kata terlambat ikut upacara. Anak itu selalu berhasil membuatnya berdekatan dengan Tuhan.
"Ayolah Zev bantuin gue" mohon si gadis yang masih sibuk memoles wajahnya supaya terlihat cantik.
"Okey...
"Yaudah cepet lo kesini, gue mau pake sepatu dulu" sela Lura yang langsung merasa senang.
"Gue otw kalau lo mau traktir jajan baso di kantin"
Bukan Zevan kalau tidak pandai memanfaatkan keadaan. "Anying duit lo aja lebih banyak ketimbang duit gue" protesan itu melayang karna memang benar adanya. Uang warna merah terasi selalu dia jumpai tengah nangring di dalam dompet sang sahabat.
"Yaudah kalau gak mau. Gue matiin ya mau berangkat dulu"
Kesal dalam hati makin bertambang setiap detik dia berbicara dengan sahabat yang tabiatnya seperti setan itu. "Yaudah buruan sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE (A_Secret)
Teen FictionAda banyak hal yang ingin Zevan ketahui dalam hidupnya. teka-teki yang selalu meneror dirinya terlalu rumit untuk di pecahkan. Zevan selalu mengikuti waktu, berharap di ujung sana terdapat tempat di mana dia bisa mendapatkan apa yang dia mau. Kehad...