Bagian 3 : Kakak dan Adik

25 2 1
                                    

Malam ini Kota Jakarta cukup dingin. Angin sepoi-sepoi dengan lembut menyapa hingga menembus  ruangan yang  terlihat begitu sunyi, hanya ditemani oleh gemerlapnya cahaya lampu. Dibawah langit yang berhias bintang-bintang bersinar terang, terlihat seorang gadis cantik tengah menyaksikan indahnya pemandangan langit dibalik kaca jendela kamarnya.

Tak lupa tangan lentiknya menorehkan goresan demi goresan tulisan di setiap halamannya, seolah olah ia tengah menumpahkan semua rasa yang ia derita. Disetiap kata yang di torehkan menyimpan luka yang ia pendam. Tanpa banyak orang yang tahu. Mereka yang menghakimi hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti.

Sesekali Azura berhenti menulis, menetralisir rasa sesak di dalam dadanya. Mengingat kembali kejadian siang tadi dimana bundanya marah padanya karena pulang bersama Kenan, abangnya. Apakah setiap hal kecil harus menjadi masalah?

Bukan hanya itu yang menjadi beban pikirannya. Dia juga merasa dirinya lah yang menjadi penyebab bunda dan abangnya bertengkar. Apakah memang benar dirinya adalah sumber masalah dikeluarganya sendiri?

Namun apa salahnya? Rasanya begitu lelah. 


Lelah selalu dihakimi.

Lelah harus menjadi yang terakhir.

Lelah harus diam tanpa berbuat apa apa.


Mata indah gadis itu kini mulai memanas. Azura adalah harapan terakhir orang tuanya. Tapi kenapa hanya dia yang selalu menghadapi masa masa sulit?  Kenapa dia yang selalu menjadi bayang bayang kakaknya? Kenapa dia tidak diberi kesempatan untuk menjadi dirinysa sendiri? Kenapa dan Kenapa?

Pertanyaan itu terus terputar di kepala Azura. Bahkan sampai sekarang belum ada satupun  yang terjawab. Pena yang ia genggam kemudian menorehkan sesuatu.

Dear Diary.

Bantu aku untuk menghadapi situasi sulit ini. Jangan lelah untuk mendengarkan semua keluh kesahku. Ku ucapkan terimakasih untukmu yang selalu ada dan menjadi saksi atas ceritaku. Aku menyayangimu Diaryku. 

Tulisan itu menjadi bagian akhir dari cerita Azura malam ini. Sesekali gadis itu menatap langit. Hingga membuat senyum tipis terbit di wajah cantiknya. Azura kembali menutup bukunya dan beralih mengambil benda pipih di dekat nakas tempat tidurnya.

Azura mengernyitkan dahinya ketika ia melihat ada notif masuk di layar handphonenya. Ada pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Azura tersenyum tipis setelah tahu siapa pengirim pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azura tersenyum tipis setelah tahu siapa pengirim pesan tersebut. Azura baru ingat kalau dia dan Kiara bertukar nomor di kantin pagi tadi. Selesai membalas pesan dari teman barunya itu dan menyimpan nomer di daftar kontaknya, Azura pun meletakkan handphonenya kembali.

Pandangan gadis itu beralih menatap sekelilingnya. Kamar ini begitu sepi dan sunyi. Tapi dia sangat menyukainya. Kamar yang didekorasi dengan kehangatan dan kenyamanan di dalamnya. Tempat favorit Azura di rumah ini.

Diary AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang