Bagian 4 : Sebuah Pertemuan

21 3 1
                                    

Suasana hati Azura pagi ini cukup membaik karena kejadian kemarin malam bersama Kenan. Abangnya memang pandai dalam mengembalikan moodnya yang cukup buruk akibat ulah bundanya.

Gadis bersurai cokelat itu berjalan dengan santai dan tenang melewati koridor sekolah yang terihat masih sepi. Karena waktu masih menunjukkan pukul 06.30 WIB sedangkan MPLS hari kedua baru akan dimulai pukul 07.30 WIB itu artinya masih ada satu jam lagi untuk Azura bersiap untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Daripada bosan menunggu, Azura memilih untuk menggerakkan kakinya berjalan berkeliling mengamati SMA Garuda dan menikmati udara yang sangat segar.

Bangunan yang megah dan modern. Dengan gerbang utama sekolah yang dilengkapi sistem keamanaan otomatis siap menyambut kedatangan siswa-siswinya. Lobi dan area masuk dengan desian minimalis serta layar digital yang dengan siap menampilkan informasi terbaru dan terkini. Ruang kelas dengan interior yang modern dilengkapi berbagai fasilitias yang cukup lengkap. Seperti meja ergonomis, AC, loker pribadi, papan tulis digital, dan tentunya masih banyak lagi.

SMA garuda juga memiliki halaman dan taman yang sangat luas dengan tumbuhan hijau yang mengitarinya. Keasrian tamannya menciptakan ketenangan yang dapat menggugah siswa-siswinya untuk bersantai atau sekedar untuk membaca buku.

Azura tak henti-hentinya mengamati dengan penuh kagum dengan sekolah berstandar Internasional itu. Hingga pandangannya jatuh pada ruang musik yang ada dihadapannya. Rasa penasaran menghantui pikiran Azura. Tanpa berpikir panjang Azura langsung masuk ke dalam.

Kosong dan sedikit berdebu.

Itulah yang menggambarkan ruangan musik SMA Garuda sekarang ini. Banyak alat musik di ruangan ini, seperti piano, gitar, biola, dan beberapa alat musik lainnya. Perlahan kaki mungil Azura melangkah mendekati piano yang tertutup dengan kain putih.

Azura membukanya secara perlahan dan mengusap perlahan piano itu. Tangan mungilnya berusaha menekan beberapa note piano, mencoba memainkan nada yang pernah dia pelajari sebelumnya. Hingga akhirnya gadis cantik itu tenggelam ke dalam melodi yang dia mainkan. Sepertinya Azura sangat menikmatinya. Tanpa dia sadari bahwa ada orang lain selain dirinya di ruangan itu.

Permainan Azura sepertinya membuat tidur orang itu terusik.

"Siapa lo?" Tanya orang itu.

Azura tersentak mendengar suara orang lain di ruangan ini.

"Kamu siapa?" Bukan menjawab. Azura malah melontarkan pertanyaan yang sama. Bulu-bulu tangannya seketika berdiri.

Apa dia mengira bahwa orang itu adalah...

"Hantu ya kamu?"

"Jangan ganggu aku please!"

"Aku gak berniat sama sekali ganggu kamu. Tolong pergi"

"HUSSS SANA SANAA!!" Ujar Azura dengan kedua matanya yang ia tutup menggunakan kedua tannya.

Orang yang dikira hantu oleh Azura hanya memutar bola matanya malas. Di era modern sekarang ini masih aja percaya dengan hantu. Bukannya pergi, dia semakin mendekat ke arahnya.

PLAK!

Satu jitakan yang cukup keras mendarat di kepala Azura. Reflek gadis itu langsung memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit. Dia pun perlahan membuka matanya.

"Halu nya udah?"

"Lo ngapain disini? Ganggu orang tidur tahu gak?"

Azura menoel noel lengan orang yang dikira hantu oleh dirinya. Sedikit basah dan bertekstur kasar.

Kok hantu bisa berkeringat ya? Tak lupa ia juga melihat ke bawah. Ternyata kaki orang itu masih menapak di lantai. Oh ternyata orang bukan hantu. Pikir Azura saat ini.

Diary AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang