"Eh eh itu acara classmeet buat abis semesteran jadi nggak sih?"
"Jadi lah, masa enggak. Udah direncanain juga dari kita masuk kelas."
"Eh tadi Bu Sri nyariin siapa deh? Gue lihat udah depan kelas kita pagi-pagi gini."
"Biasalah langganan BK siapa lagi?"
"WOI WOI AWAS ANJENGG, GUE MAU NYAPU!!!"
"EH JANGAN DI HAPUS ELAH, BELUM GUE CATEETT!!!"
Pagi-pagi buta kelas 12 MIPA 2 sudah geger dengan berbagai pembahasan dan kegiatan. Kelas ini selalu menjadi kelas paling heboh padahal baru juga masuk semester pertama.
Gadis berambut sebahu itu menghembuskan napasnya. Akhirnya, pr yang semalam jadi juga. Dia tutup bukunya dan menutup buku yang dia gunakan untuk menyontek tadi.
"Makasih sengkuuu~" ucapnya pada gadis behidung mancung di sampingnya.
"Iyesss asbeskuuu~" balas gadis itu memutar bola matanya malas.
"Rey!!"
Gadis berambut sebahu itu menoleh karena merasa terpanggil.
"Kenapa?" tanyanya.
Andrea Kavindra. Gadis yang tidak begitu pintar, tapi juga tidak bodoh. Suka mata pelajaran Bahasa Indonesia benci setengah mati dengan Matematika. Prestasi Non akademik tidak ada alias pas-pasan. Tidak ada yang menarik. Dia hanya gadis yang ingin lulus sekolah dengan baik saja.
Tidak berniat untuk membuat satu sekolah mengingatnya juga. Karena merepotkan pikirnya.
"Lo masih ada Jersey basket lo nggak?" tanya gadis yang memanggilnya tadi. Rambutnya pendek, lebih pendek darinya.
"Ada sih kayaknya. Kenapa emang?" balas Andrea.
"Besok bawa boleh? Gue mau minjem buat adek kelas." ujarnya.
Dulu waktu Andrea masih kelas sepuluh dan sebelas, dia aktif sekali mengikuti ekstrakulikuler yang ada. Tapi, semenjak naik kelas duabelas dia jadi malas ikut apa-apa. Nyatanya, sekarang dia keluar dari ekstra basket.
Padahal pertandingan sudah di depan mata. Permainannya juga sudah lumayan bagus karena dia sudah menguasai beberapa teknik terlebih dahulu ketimbang yang lain. Hanya saja, dia selalu salah penempatan.
"Kalau ada ya tapi, soalnya seinget gue cuma ada atasnya doang. Celananya sering gue pake jadi kotor." balas Andrea.
Gadis tadi mengangguk, "nggak papa. Celananya ntar gue cariin ke yang lain."
Awalnya, Andrea tidak ingin keluar dari eskul itu. Cuma untuk ikut pertandingan yang akan diadakan waktu itu, persiapannya sangat banyak dan juga memerlukan banyak uang. Jadi, dia memilih untuk mundur. Karena saat itu belum ada uangnya.
"Okey, ntar chat lagi ya. Takut lupa gue."
Gadis itu mengacungkan jempolnya kemudian berlalu dari sana.
Teman sebangku Andrea alias si hidung mancung itu mendengus.
"Mau amat lo dipinjem sama dia. Dia kan minjem buat adek kelas." ucapnya.
"Ya biarin sih, nggak gue pake juga."
"Nggak takut ilang?"
"Ya gue kan udah nggak make?"
"Yakin lo ikhlas?"
"Lo doain Jersey gue ilang?"
"Nggak sih."
Andrea mencebik kesal, teman sebangkunya ini memang sering sekali membuatnya marah dan emosi.
Oh iya, nama gadis mancung itu Amara. Panggilannya Rara. Dia sudah berteman dengan Andrea sejak masuk ke sekolah ini pertama kali. Sebelumnya mereka tidak terlalu dekat karena dulu sewaktu SMP mereka selalu tidak satu kelas.
"Lo kalau buat gue emosi mulu gue doain biar diganggu sama makhluk nyebelin yang pernah ada beneran."
"Jangan gitu dong doanya. Ntar balik ke lo lagi."
"Mana bisa balik ke gue?!"
"Banyak tahu mitos yang bilang gitu. Makanya kalau doa tuh yang baik-baik aja, Rey. Apalagi kalau buat gue, hehhe." Rara nyengir.
Oh iya, manusia disini memanggil Andrea dengan Reya. Jadi, singkatnya mereka memanggil gadis berambut pendek itu dengan Rey.
"Monyet." Kesal Andrea.
****
Pelajaran sejarah selesai, kini Reya dan Rara tengah duduk dikantin langganan mereka dengan masing-masing semangkuk soto dan es teh manis. Meskipun sejujurnya Reya tidak suka manis, tapi karena pelajaran Sejarah begitu pahit ya jadi dia memutuskan untuk memesan es teh manis katanya.
Sebenernya ada beberapa gadis lain yang sering nongkrong bareng mereka, hanya saja mungkin ada urusan eskul atau yang lainnya. Jadi, mereka hanya berdua saja.
Reya menyuap sotonya, "Gue nggak ngerti kenapa itu guru Sejarah ngincer gue mulu."
"Lo anak emas," tawa Rara menyeruput es tehnya.
"Anak emas mbahmu! Gue diincer buat jadi kelinci percobaan ye bajing!" Reya sedikit emosi.
Rara hampir saja terlonjak karena kaget. "Ya gue cuma bercanda?!"
Reya mendengus.
Gadis itu memilih untuk meminum es tehnya.
Disinilah kejadian tidak terduga dan tidak pernah ada dibayangan hidupnya selama ini itu terjadi. Lelaki itu berdiri di pintu kantin dengan senyuman anehnya menatap Reya. Perlahan berjalan mendekati Reya lalu menyerukan namanya.
"Rey!"
"Rey!"
Reya mendengar seruan itu, tapi karena dia mengenal suaranya. Dia memilih untuk lanjut meminum es tehnya sampai habis.
Lelaki berpenampilan urakan itu mulai dekat dengan tempat duduk yang Reya dan Rara tempati.
Baju sekolah dikeluarkan, rambut acak-acakan, kancing teratas dibiarkan terbuka, plester di dahi kirinya. Sangat mencerminkan anak berandal disekolahan kan?
"Sombong lo," lelaki itu duduk tepat di depan Reya.
Reya menelan salivanya dengan paksa. Dia sedikit ngeri cowok urakan ini tiba-tiba duduk di depannya dengan jarak yang lumayan dekat. Reya spontan memundurkan tubuhnya.
"Apasih lo."
"Gue panggil dari depan pintu, lo budeg?" tanya lelaki itu, menarik mangkuk soto Reya lalu mengaduknya.
Hampir saja Reya menggebrak meja kantin, soto yang baru beberapa sendok Ia makan....
"Bajingan."
Gadis itu hanya mengucapkan satu kata jelek, lalu pergi tanpa mengajak Rara sangking kesalnya.
Rara yang bingung hanya bisa terburu-buru mengikuti Reya yang sudah melesat di depan sana.
Lelaki urakan itu tersenyum kemenangan. Mengusak rambutnya lalu berlalu dari kantin. Meninggalkan banyak tanda tanya pengunjung kantin hari itu.
Dan meninggalkan musibah baru untuk Andrea Kavindra.
____________
NARASI GW KAKU BGT GK SI?
MMF UDH LUPA CARA NYA NULISSIBUK KERJA ://
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR EXIST
Teen FictionKehidupan yang awalnya tenang dan damai berubah 180° sejak lelaki berandal di kelasnya itu mulai mengusik Reya. Lelaki yang terkenal karena sangking begajulan dan buruk sifatnya itu tiba-tiba mulai merusak kehidupan damai Andrea Kavindra tanpa menge...