-6-

28 3 0
                                    

Reya masih belum bisa menceritakan tentang adik kelas itu pada Rara. Gadis itu masih belum tahu harus memulai ceritanya darimana.

"Kan gue udah bilang, jangan jemput gue." ucap Reya.

Hari ini dia berniat untuk naik angkutan umum karena berharap bisa papasan dengan Rara. Mengingat anak itu hari ini berangkat sendiri karena kakaknya dan ayahnya tidak bisa mengantar.

Tapi, bocah yang sekarang menjabat sebagai pacarnya itu sudah nangkring di depan rumahnya.

Semalam mereka sempat berdebat karena masalah ini. Reya sudah mengatakan berulang kali, bahkan kemarin sewaktu mereka pulang bersama. Tapi, River berakhir mendebat dan ngambek.

Reya merasa tidak enak karena sejak lelaki itu menyatakan kalau dirinya adalah pacarnya, dia selalu mengantar jemput dirinya setiap hari.

Dan River benar-benar tahu rumah Reya sebelum gadis itu memberinya patokan jalan hari itu.

River itu sedikit menakutkan.

"Kan udah gue bilang juga, Kak Rey. Gue bakal anter jemput lo tiap hari." Lelaki tinggi itu memonyongkan bibirnya.

River itu ingin selalu dekat dengan Reya untuk mengurangi rasa iri hatinya karena tidak bisa satu kelas dengan kakak kelasnya itu.

Lagi, dikelas itu. River memiliki dua saingan sekaligus.

"Gue yang nggak mau, Ree." balas Reya.

"Kak Reyyy..." River merengek.

Ditaboknya mulut River, "jangan kayak bocah." kesal Reya.

Yang ditabok semakin memonyongkan bibirnya. Sifat River itu beraneka macam. Lelaki itu bisa menjadi manja dalam hitungan detik, tapi dia juga bisa menjadi dewasa dalam sekejap.

Reya semakin yakin, kalau bocah yang sekarang menjadi pacarnya itu banyak diincar oleh gadis-gadis seangkatannya. Bahkan mungkin gadis-gadis dikelas River sendiri banyak yang tergila-gila.

"Loh belum berangkat?"

Suara itu datang dari ayah Reya yang baru membuka gerbang hendak mengeluarkan mobil.

Reya terkesiap kaget.

"Papa?"

"Om? Mau berangkat om?" River basa-basi.

Pria paruh baya itu terkikik ringan, "Iya nak. Oh iya nanti nitip sekalian bawa Reya pulang bareng ya? Om nggak bisa jemput." ucapnya kemudian.

Reya sampai lupa, River sudah meminta ijin bahkan memperkenalkan dirinya sebagai pacar waktu itu. Reya sudah takut setengah mati kalau bakal kena marah oleh Sang Papa. Tapi nyatanya, beliau malah menyambut River dengan senang hati.

"Siap om, tenang aja. Reya aman sama saya." jawab River tersenyum.

Gadis berambut sebahu itu mendengus.

Dia sangat curiga dengan Sang Papa. Karena sebelum ini, kalau dia ketahuan diantar oleh teman lelakinya, pasti akan kena marah habis-habisan. Tapi, bahkan kemarin River mengenalkan dirinya sebagai pacar dan Sang Papa hanya tersenyum tidak memarahinya.

Konspirasi apa ini?

"Pokoknya om titip Reya yaa." ucap pria paruh baya itu sebelum akhirnya pergi dengan mobilnya.

Reya kini memicing, menatap lelaki tinggi itu tajam. "Lo pakai guna-guna ke Papa gue ya?"

River sontak mendelik tak terima, "kok gitu ngomongnya? Jahat banget."

"Kenapa Papa gue nurut banget sama lo? Lo pasti pakai guna-guna kan?!" Reya masih tetap kekeuh.

"Enggak ish! Sembarangan banget kalau ngomong. Udah ayo naik, kita berangkat." ucap River.

YOUR EXIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang