Sebenarnya Reya malas berangkat ke sekolah sejak hari itu. Semua manusia disekolahannya jadi selalu mempertikan gerak-geriknya dan itu membuatnya risih. Bahkan ada yang sampai melabraknya di kamar mandi karena tidak terima.
Lagian itu bukan salah Reya, tidak ada yang mau didekati oleh berandal sekolah tanpa prestasi seperti itu kan?
Apa bagusnya sih didekati berandalan tanpa prestasi? Menang tampang doang? Reya tidak habis pikir. Kenapa para manusia lebih tepatnya gadis-gadis disana sangat gila.
"Tumben telat?"
Reya meletakkan tanya di kursi kemudian duduk dengan lesu. Rara yang bertanya hanya mempertikan Reya. Biasanya dia yang lebih telat dari Reya, tapi kini malah sebaliknya.
"Males." jawab Reya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.
Rara menghela napas. Sejak kejadian itu, teman sebangkunya ini jadi tidak ada semangat untuk bersekolah. Katanya terlalu menjadi pusat perhatian karena hal sepele sangat menyebalkan.
Rara akui, memang benar. Dan itu pasti sangat mengganggu Reya yang sudah terbiasa dengan kesendiriannya.
Reya berangkat sekolah saja sudah membuat Rara senang. Seenggaknya gadis berambut sebahu itu masih ada niat untuk belajar disini.
"Sakit?"
Plak!
Reya reflek menampar tangan yang baru saja menyentuh kepalanya itu dengan keras. Rara sampai terlonjak kaget. Begitu pun dengan yang lain. Beberapa anak sampai memperhatikannya.
Gadis itu mendongak, dia tertawa ringan. "Lo lagi?" ucapnya.
Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, "gue tanya. Lo sakit?"
"Gue nggak butuh pertanyaan sampah lo." balas Reya.
Sejujurnya Reya tidak ingin berucap demikian. Tapi, dia sudah lelah dengan segala hal yang Ia alami sejauh ini. Cara lembut malah semakin membuat lelaki itu menjadi. Tapi, cara kasar seperti ini juga semakin membuatnya senang. Diabaikan malah semakin mengusik kehidupannya.
Sial, kepala Reya ingin meledak.
Lelaki itu tertawa, "Mau gue anter ke uks?"
"Gue bilang nggak butuh pertanyaan sampah lo, anjing." Reya emosi.
Gadis itu bangkit lalu pergi dari sana begitu saja. Dia putuskan akan membolos kelas pagi ini, dan berdiam diri di dalam perpustakaan.
"Lo tuh bisa nggak sih, sehari nggak ganggu Reya?" itu suara Rara.
Lelaki itu kembali tertawa. "Nggak bisa."
"Lo tuh harusnya sadar diri, lo itu dikenal satu sekolah. Lo cuma bencana buat Reya. Kalau lo cuma main-main sama dia, mending lo berhenti deh." balas Rara. Dia mewakili Reya menyuarakan isi hati gadis itu.
"Kalau gue serius?" Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya.
Kini gantian, Rara yang tertawa mendengar ucapan Lelaki itu.
"Gue nggak lihat itu di wajah lo. Malah sebaliknya, Hans."
****
Menyalakan AC, lalu menyalakan televisi. Mengambil novel random, Reya mengambil posisi di meja depan televisi. Baguslah dia tidak sengaja bertemu dengan pengurus perpustakaan di depan tadi. Dia bisa masuk dan membawa kuncinya.
Kini dia bisa bersantai sambil nonton televisi disini. Tidak tahu apa motivasi sekolahannya meletakkan televisi didalam perpustakaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/372496257-288-k259322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR EXIST
Teen FictionKehidupan yang awalnya tenang dan damai berubah 180° sejak lelaki berandal di kelasnya itu mulai mengusik Reya. Lelaki yang terkenal karena sangking begajulan dan buruk sifatnya itu tiba-tiba mulai merusak kehidupan damai Andrea Kavindra tanpa menge...