bab 4

73 5 0
                                    

Tetapi Secara tiba-tiba semua rakyat berlutut di hadapan Walangsungsang "Kami sangat setuju Kerajaan Angkasa menjadi Cirebon, kami merasa jikalau gusti prabu Walangsungsang sangat pantas menjadi raja kami" kata para warga serempak

Walangsungsang tersenyum lebar ketika mendengar warga Angkasa "Terimakasih rakyatku, mulai sekarang kalian panggillah aku sebagai Cakrabuana...bukan Walangsungsang."

"Sandika gusti prabu Cakrabuana"

"Ini ada rezeki untuk kalian... berdirilah kalian semua. Kita sesama manusia tidak boleh saling berlutut. Kalian menghormati diriku tidak sepantasnya seperti ini, cukup menaati peraturanku dan pemerintahanku. Di hadapan tuhanku, aku bukanlah seorang raja tetapi hanya seorang hamba yang memiliki banyak dosa. Allah mengampuni semua hamba-hambanya tanpa terkecuali, Tuhanku, Allah, selalu memberikanku ampunan mengapa aku tidak memberikan ampunan bagi kalian jika melanggar salah satu peraturanku ataupun membuat kesalahan?" Ujar Cakrabuana dengan segala rendah hatinya, ia membagikan 5 keping emas setiap orangnya

Sebagian warga ikutan terkagum dengan dermawanan rajanya, mereka berpikir bahwa agama Islam mengajarkan para penganutnya untuk rendah hati dan membuat hati para hambanya sangat lembut tetapi sebagian lagi tidak mengubris Walangsungsang karna memegang teguh agama nenek moyang mereka.

Setelah membagikan kepingan emas, Walangsungsang membalikkan kudanya lalu berlalu pergi meninggalkan kota raja di ikuti Jakapurana dan Endang Geulis

Yap, kalian ga salah baca. Sekarang Walangsungsang lagi pdkt'an

______

"Bagaimana nyimas? Apa dirimu menerima tawaran lamaranku? Aku sangat mencintaimu sejak awal kita bertemu... aku akan berusaha mendapatkan hatimu walau kenyataannya sangat susah" ujarnya pelan

"Maaf, pangeran hud juga telah melamarku lebih dulu. Engkau terlambat sebab aku menerima lamaran Pangeran Hud"

"Pikirkan baik-baik nyimas, bagaimana dengan keluargamu jika mengikuti pangeran Hud? Ku mohon... jangan melihat latar belakang keluargaku"

Rara Santang menggelengkan kepalanya "Tidak Yudakara! Aku masih dalam pendirianku untuk menikahi Sultan Hud daripada dirimu!" Ia berdiri tetapi Yudakara lekas memegang lengannya

"Ku mohon... pikirkan baik-baik, pertunangan dirimu dan pangeran Hud bisa di batalkan..." ucap Yudakara dengan mata yang berbinar

Rara Santang melepaskan gengaman laki-laki di depannya "AKU TIDAK MAU, KAU TULI?" Ia langsung pergi meninggalkannya di ikuti oleh cucu Nyai Rompang itu

Tetapi saat ia tidak melihat kedepan, ia menabrak seseorang berjubah putih. Rara Santang menoleh keatas "Pangeran?" Ia bersembunyi di belakang tubuhnya

Melihat perempuannya ketakutan dengan sigap ia melindunginya "Siapa kau, kisanak? Mengapa menganggu calon istriku?" Tanya sang pangeran

"Rupanya kau Pangeran Hud calon suami nyimas Rara Santang? Perkenalkan namaku Yudakara kekasih nyimas Rara Santang"

"Apakah itu benar Nyimas?"

"B-benar tetapi Yudakara telah menghilang! Dia tidak pernah muncul sejak 4 tahun silam tetapi sungguh aku sudah tidak mempunyai rasa untuknya...." kata Rara Santang yang masih bersembunyi di belakang sang pangeran

"Sudah dengar bukan? Sekarang pergilah! Nyimas Rara Santang sudah tidak menyukaimu lagi."

"Tidak mau!"

Yudakara lekas mengeluarkan sabit kembarnya, Rara Santang menampilkan mimik terkejutan

"S-sabit kembar? Bukankah itu pusaka milik rai Kian Santang? Bagaimana bisa Yudakara mengambilnya?" Gumamnya 

Prahara PadjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang