bab 2

191 17 0
                                    

Surawisesa berserta keluarganya sudah berada di alun-alun Padjajaran, rakyat Padjajaran juga sudah berkumpul. Mereka sangat antusias akan kenaikkan salah satu anak Prabu Sliwangi dan beberapa sangat berharap jika Kian Santanglah yang akan menjadi raja tetapi harapan meraka musnah kala tidak ada raden mereka di antara keluarganya

"Dimanakah Raden Kian Santang?" Tanya warga ke warga lainnya

"Sepertinya yang akan menjadi raja Padjajaran Raden Surawisesa, Raden Kian Santang tidak ada bahkan Nyimas Rengganis juga tak ada di antara keluarga Padjajaran" bisik salah satu rakyat

"Kenapa tidak Raden Kian Santang yang akan menjadi raja? Pemerintahan Raden Surawisesa sangatlah buruk... kita pasti tidak bahagia" ujar warga lainnya

Ucapan-ucapan Rakyat Padjajaran pada pengharapan Kian Santanglah menjadi raja membuat para keluarganya merasa iba akan Surawisesa, dirinya juga biasa saja menghadapi para rakyat Padjajaran. Wajar juga jika ia kemarin memerintah wilayah Padjajaran sangat buruk sebab hawa jahatnya yang mengatur. Suasana juga semakin tak kondusif, sebagian rakyat memilih untuk pergi penyebabnya tidak ada Kian Santang disana, mereka kecewa akan pemilihan Prabu Sliwangi terhadap pewaris selanjutnya

"Rakyatku, mohon untuk tidak meninggalkan alun-alun ini. Acara akan sebentar lagi di mulai!" Seru Senopati Armayasa

Sejak Kian Santang sakit, jabatan senopati di gantikan dengan pendekar yang sangat sakti di tanah pasundan ini. Tugas kerajaan di kerjakan sangat baik oleh Armayasa yang akan membuatnya menjadi senopati terpercaya Surawisesa dan Sliwangi. Rakyat Padjajaran seketika terdiam ketika Prabu Sliwangi memasuki alun-alun dengan menggunakan jubah yang di pakaikan ketika beranjak tidur. Suara lonceng berbunyi yang menandakan akan segera acara akan segera di mulai

"Aku bukanlah raja kalian, Bersumpahlah akan mengabdi pada putraku Surawisesa dan ikuti semua perintahnya"

"Aku tak sudi memiliki raja buruk seperti Surawisesa! Jadikan Raden Kian Santang sebagai raja!" Teriak salah satu warga, panah mengenai salah satu warga yang tadi berteriak. Ia tumbang di sertai rakyat berhamburan tak terkendali...rakyat tadi lekas di bawa oleh para prajurit untuk di obati

"Putraku Kian Santang tidak ingin menjadi raja. Ku mohon, jangan salahkan nanda Surawisesa. Kalian tidak memberikan kesempatan untuk kedua kalinya? Semua manusia akan berubah untuk memperbaiki kesalahannya... ku mohon, berikan nanda Surawisesa kesempatan kedua." Ujar Subang Larang dengan nada tinggi dan ia sedikit berteriak untuk di dengar para warga

Merekapun terdiam, mereka sangat mengerti akan ratu mereka jika sudah angkat bicara. Tetapi tetap saja, raja Padjajaran yang di inginkan hanyalah Raden Kian Santang

Pelaksanaan pengangkatan Surawisesa berjalan dengan penuh kekecewaan, bukan apa mereka hanya tidak siap jika harus ada kekerasan lagi. Pajak akan di pungut sangat tinggi, stok makanan juga langka...mereka sungguh tak siap.

Semua rakyat juga menyaksikan Prabu Sliwangi menatap Surawisesa dengan tatapan penuh pengharapan. Rakyat akhirnya menerima dengan perasaan kecewa karna sekarang bukan Prabu Sliwangi lagi yang berkuasa, sekarang anaknya.

"Kami bersumpah akan mengabdi setia pada Padjajaran dan setia pada raja baru Padjajaran, Prabu Anom Surawisesa." Kata para rakyat, mereka tak bersungguh-sungguh dalam sumpahnya

Suasana menjadi hening kala prabu menghanturkan sembahnya kepada putranya, Keluarga Padjajaran juga ikut menunduk guna menghormati Surawisesa

"Aku, Prabu Anom Surawisesa akan menjalankan pemerintahan Padjajaran seadil-adilnya. Akupun juga akan meningkatkan ekonomi dan pertahanan selayaknya raka Kian Santang lakukan." Sumpah Surawisesa

Prahara PadjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang