Prolog: You Don't Get to Tell Me About Sad

12 1 2
                                    

Langkah Ulsa yang tadinya berlari cepat, sekarang kian melemah. Perempuan jangkung yang baru saja selesai bermain basket dengan gebetannya tertatih-tatih mengejar derap cepat sahabatnya.

"Rika!" teriak Ulsa memanggil dengan napas tersengal hebat. Tiba-tiba ujung sepatu keds Ulsa tersandung kerikil dan langsung ambruk.

Mendengar suara gaduh di belakangnya, Rika langsung menoleh dan terhenyak melihat sahabatnya sudah bersimpuh di atas jalan aspal. "Kan udah gue bilang enggak usah temenin gue pulang! Batu, sih!" gerutu Rika sesampainya ia tepat di hadapan Ulsa yang merintih kesakitan. Saat ini temannya itu sudah beralih duduk dan memperlihatkan kedua lututnya yang berdarah.

"Gue harus ngasih tahu lo, Rik! Jangan terima Surya jadi pacar lo ... aw!" pekik Ulsa. Sedetik kemudian menggigit bibir bawahnya untuk menghalau suara kesakitan yang akan keluar dan membuatnya kembali fokus mencegah sahabatnya berhubungan romantis dengan Bayi Besar Nepo sekolah mereka. "Besok lo harus tarik jawaban lo tadi ke Surya! Tolak sebelum lo berakhir jadi babunya kayak mantan-mantannya yang lain!"

Rika menekan tisu basah yang ia gunakan membersihkan luka Ulsa. Jelas saja mengundang raungan hebat dari mulut sang empu. "Gue enggak bakal jadi babu tuh cowok. Lagipula gue enggak jawab apa-apa karena gue yang ngajak jadian, bukan Surya."

Kedua mata Ulsa yang tadinya sayu karena menahan sakit langsung melotot horror.

"Apa-apaan?!" jeritnya. Namun, lagi, Rika menekan tisu basah di lutut Ulsa. Teriakan gadis yang berpostur lebih bongsor kembali menggema dan menjadikan mereka pusat perhatian para pejalan kaki, tetapi Rika tidak peduli.

Satu hal yang gadis remaja SMA itu ingatkan pada diri sendiri adalah jangan terpaku pada keberhasilan orang lain untuk mengukur kebahagiaan.

Keegan, sahabat di tahun pertama SMA Pelita Harapan sekaligus laki-laki pertama yang mencuri hatinya, bisa terus melejit di layar televisi berkat usaha dan media mengincar status keluarga besar ayahnya. Akan tetapi, Rika berbeda. Rika tidak takut dinilai dan dihakimi orang lain. Ia pernah merasakan patah hati yang lebih sakit daripada kepergian seseorang.       

Hukum Realitas - A Novelette [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang