#3 TRIAL 1: Labirin

151 31 0
                                    

Tak perlu waktu lama, Beomgyu dan Taehyun sudah berada di depan sebuah pintu berwarna putih perak. Mengetuk beberapa kali, Beomgyu membaca tulisan didepan pintu. PLAYER Choi Yeonjun. Setiap pintu tertulis nama setiap orang yang berada di sana, Beomgyu menyadarinya ketika berjalan tadi.

Knok~
Bunyi pintu terbuka memperlihatkan Yeonjun pria yang lebih tinggi 8 cm dari Beomgyu.

" Beomgyu kau baik-baik saja? " Layaknya orang yang baru bertemu setelah berpisah 10 tahun, Yeonjun memeluk si adik erat begitu melihatnya. Tak lupa Yeonjun juga memutar Beomgyu seperti ibu yang mengecek anak kecil.

" Bisakah kalian berbicara di dalam saja, kalian terlihat memalukan "
Mengintruksi kakak beradik, Taehyun mengeluh menatap sekeliling, orang-orang yang ada di ruang tamu lantai 4 menatap kearah mereka.

Yeonjun mengerti, mempersilahkan mereka masuk kedalam. Namun Taehyun dengan sopan menolak, mengatakan ada sesuatu yang harus ia lakukan dan hanya mengantar Beomgyu kesana.

" Wow, kamar kak Yeonjun dua kali lebih luas dari milikku "
menjatuhkan dirinya pada kasur. Beomgyu betul-betul terkejut melihat ada ruang tamu kecil didalam sana. Inikah perbedaan lantai 3 dan 4?

Dari pada iri karena ia berada dilantai 3, Beomgyu justru penasaran siapa MASTER yang memilih Yeonjun. 'semoga bukan orang aneh' harap Beomgyu. Kakaknya mungkin cerdas tapi lemah pada penilaian, lebih tepatnya mudah kasihan.

" Kemari dan makan "
Yeonjun membawa nampan berisi cemilan serta minuman pada meja. Dengan senang hati Beomgyu menghampiri.

Ingin fokus makan, tapi helaan nafas kasar dari Yeonjun tak bisa Beomgyu abaikan. Meski sudah berusaha terlihat baik-baik saja, Beomgyu tahu kakaknya masih gelisah.

"  kak kau sudah menghela nafas 5 kali, apa yang kakak pikirkan? "

" Kamu memperhatikannya?, maaf mengusik mu " secara alami kedua tangan Yeonjun menyatu, sikap yang biasa ia tunjukkan saat sedang bimbang. " Menurutmu apa yang akan terjadi pada kita Beomgyu? "

"..." Beomgyu terdiam sebelum menjawab.

Sejenak beomgyu lupa, ia tidak sama dengan kakaknya. Tenang dalam situasi dimana kau bisa mati kapan saja, bukanlah sifat umum yang dimiliki oleh semua orang. Wajar bagi Yeonjun untuk merasa cemas dan gelisah, ini adalah hal terburuk yang pernah Yeonjun alami selama 23 tahun hidupnya. Justru Beomgyu harus bersyukur kakaknya tidak memiliki trauma akibat semua yang terjadi.

" Aku tidak bisa mengatakan kita akan baik-baik saja kak. Tapi aku yakin kita bisa melakukan yang terbaik dan keluar dari tempat ini "
Ekspresi Beomgyu begitu sendu mengatakannya. Dia bukan peramal yang bisa mengetahui masa depan, andaipun ia peramal tidak ada kepastian apakah itu ramalan baik atau buruk yang akan ia lihat. Beomgyu hanya bisa melakukan yang terbaik untuk menjaga Yeonjun.

" Maaf kakak sudah membuat suasana menjadi sedih " Yeonjun menundukkan kepala siap untuk menitipkan cairan bening dari kelopak matanya.

" Eyyy siapa yang sedih, aku tidak sedih"  memamerkan senyuman terbaik miliknya. "Anggap saja kita sedang bermain game. Jadi mulai besok kita harus latihan fisik untuk berjaga-jaga" lanjutnya mengepalkan tangan tanda semangat.

Melihat Beomgyu yang tiba-tiba semangat, Yeonjun tanpa sadar tersenyum. Adiknya sangat sangat ceria dan menggemaskan. Apa yang harus ia lakukan untuk melindungi adik kecilnya, akan Yeonjun pikiran nanti. Saat ini Yeonjun hanya ingin menikmati momen kebersamaan mereka, karena setiap detik sangat berharga.

Cahaya senja datang begitu cepat, kemudian berganti gelap. Beomgyu harus kembali ke kamarnya sesuai aturan battlefield. Tidak boleh ada yang berkeliaran diluar saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Show Time: Battlefield Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang