Gistara melempar tasnya kasar ke tempat tidurnya. Menghentak-hentakkan kakinya ke udara hingga satu sepatunya terlepas dan melayang ke sudut kamarnya. Gistara sangat kesal dan moodnya hancur seketika. Entahlah sampai sekarang ia masih bingung kenapa hatinya menolak ketika Bumi dekat dengan Sandhya. Padahal Sandhya adalah sahabat yang sangat ia sayangi. Seharusnya ia senang karena Bumi yang juga sahabatnya dekat dengan orang yang sudah ia kenal dengan baik. Tapi rasanya sangat kesal melihat perhatian Bumi yang selama ini hanya untuknya, kini terbagi.
Gistara menjatuhkan tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah di ranjang. Di kaki kanannya masih melekat sepatu. Gistara badmood gak karuan. Belum pernah ia merasa gelenyar aneh dan menyebalkan seperti ini. Tapi sudahlah. Mungkin ini hanya perasaannya saja. Tapi Gistara tak begitu bodoh untuk tidak berpikir bahwa hatinya bisa saja tersangka sedang jatuh cinta.
Gistara tidak sepenuhnya berbohong berkata ada urusan hari ini. Ia memang berencana untuk pergi belanja siang ini dan berniat mengajak Bumi ikut menemaninya. Tapi ya sudahlah, Bumi juga punya kehidupan sendiri. Tidak selamanya hal tentang Bumi bisa Gistara kontrol. Hari ini ia akan pergi belanja sendirian, hitung-hitung memperbaiki moodnya yang sedang rusak.
**
Mobil tesla putih melaju dengan kecepatan sedang membelah macetnya jalan raya Jakarta. Didalamnya terdengar alunan pelan lagu "Thats what i like - Bruno mars" sehingga sepasang remaja di dalamnya bersenandung kecil mengikuti lirik lagu, terkesan saling jawab-menjawab. Keduanya terlihat sangat menikmati perjalanan. Suasana begitu nyaman dan terasa mendebarkan.
"Lo suka Bruno mars juga?" Tanya Bumi sembari mematikan alunan musik.
Sandhya mengangguk antusias. "Bangettt. Bahkan ni ya, gue udah pesan tiket buat konser September mendatang."
"Serius? Gue juga suka tapi belum ada rencana buat ikut nonton konsernya." Ujar Bumi.
Sandhya menoleh. "Kenapa? Padahal seru banget denger lagu secara langsung dan rame- rame. Rugi banget kalo gak ikut!"
Bumi mengangguk setuju. "Iya sih, tapi kemarin-kemarin gue gak ikut bukan karena gak mau tapi karena gak ada temen."
"Oalah. Iya sih nonton konser Bruno enaknya harus ada temen biar teriak kencengnya lebih seru gitu. Omong-omong Gistara atau Arutala gak mau?" Tanya Sandhya bingung. Ia memandang Bumi yang begitu tampan saat fokus menyetir.
Bumi tertawa mengingat sesuatu. "Hahaha. Kalau Aru you know lah, dia gak masuk akalnya keramaian begitu. Tapi Gistara?"
Bumi tertawa lagi, membuat Sandhya ikut tertawa menantikan ucapan Bumi selanjutnya.
"Lo tau Gistara itu selera musiknya kpop atau dangdut. Dulu pernah gue ajak dia nonton konser Bruno mars, tapi gue bohong bilangnya konser via valen. Trus pas nyampe di sana dia nangis-nangis mukulin gue. Dia minta pulang tuh, padahal kan sayang tiketnya. Akhirnya dia nungguin gue deh kayak orang tolol karena gak tau satupun lagunya." Bumi tertawa mengingat kejadian 2 tahun lalu itu.
Sandhya ikut tertawa. "Hahaha iya ya, Gistara emang kocak banget. Pernah waktu di kelas mukanya sok cool gitu pake earphone, pas gue ambil satu dan dengerin eh lagi puterin lagu dangdut."
Bumi tertawa lagi menanggapinya. "Emang tu anak aneh dah."
Mobil itu berhenti hingga menimbulkan suara decitan pelan ban mobil, di depan sebuah rumah mewah bergaya klasik. Rumah itu tampak begitu asri dan nyaman. Ya. Itu adalah rumah Sandhya Geopatris. Anak konglomerat sekaligus putri tunggal di keluarga itu Patris.
Sandhya hendak membuka pintu mobil untuk turun namun dicegah oleh Bumi. Bumi segera berlari keluar membukakan pintu untuk Sandhya membuat Sandhya tersipu malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serein Whispers
Подростковая литератураBagaimana rasanya melihat sahabat yang selama ini sangat sayang dan perhatian kepadamu kini mencintai gadis lain dan kamu tidak boleh protes akan hal itu? ~Bumi kini mengalihkan seluruh perhatiannya pada senja dan tak lagi menghiraukan suara dan mel...