Tokyo, Jepang ゚ ⋆ ゚ ☂︎ ⋆ ゚
Terpaan angin menerobos kedalam badanku, dinginnya Jepang membuat badanku menggigil. Salju turun bulan ini. Baju hangatku ternyata tak cukup tebal untuk melindungi dari dinginnya musim dingin di Jepang.
Tokyo sangat padat malam ini, sebentar lagi tahun baru ada banyak persiapan untuk menyambug malam puncak itu. Aku tak begitu tertarik. Aku memilih mempercepat langkah ku untuk sampai dengan cepat dihalte bus dan segera pulang. Itu kira-kira yang ku inginkan.
Aku duduk dikursi halte, kedua netra ku yang gelap memandang salju yang turun tiba-tiba, lagi. Dengan sepoi angin pelan yang membuat badanku kian menggigil. Tangan kananku menenteng plastik belanjaan ku, aku membeli ramen, daging, dan juga beberapa minuman soda, lalu titipan makanan kakak ku.
Aku sendiri disini, dengan kedua telingaku yang ku sumpali dengan airpods lalu ku dengarkan lagu-lagu favoriteku.
Lalu tiba saatnya lagu dari penyanyi favoriteku Coldplay - yellow. Mungkin ini hanya sekedar lagu. Namun, rasanya.... beda... beda ketika aku mendengarkan Yellow. Lagu milik band terkenal coldplay, yang lagu dengan judul itu pun pasti banyak yang mendengarkannya. Namun,
ada hal istimewa yang tak bisa ku jelaskan secara kata-kata, ada hal yang memang harus ku ketahui sendiri saja. aku tersenyum mengingatnya. masih tidak ada niatan untuk melupakannya atau memang tidak ingin ku lupakan?
aku menyimpannya dalam.
Yellow, si kuning favoriteku. Aku merindukannya.
Ku lanjut lantunan lagu tersebut sampai akhirnya musik berhenti yang membuatku menatap ponselku, aku mendecak kecal melihat hp ku mati karna lowbatt. Rupanya musik berhenti karna hp ku kehabisan batrai, sekarang yang ku lakukan hanya menunggu bus dengan bosan, huh?!
Namun, malam itu...
Kedua mataku memicing tak kala bus yang baru saja berhenti di depanku ini menurunkan satu penumpang yang sungguh tak asing dimataku. Bukan asing lagi. Tapi seseorang yang.... sangat dekat denganku.
Jantungku berdetak kencang, tak kala indra penglihatan kami saling bertubrukan. Aku tak salah lihat lagi. Dia. Dia Haruko????!
"Hinata Na."
Tubuhku lemas mendengar suaranya. Rasanya seperti mimpi. Mimpi! Ini pasti mimpi, Tuhan! Katakan padaku jika ini nyata?! Sudah dua tahun lamanya. Lamanya! Dia pergi menghilang dari ku dan saat ini Haruko berada dihadapanku.
Haruko. Laki-laki ku. Pria tampan dengan senyuman hangat. Laki-laki ku, yellowku, si kuningku yang selalu memberi ku kebahagiaan. Laki-laki yang ku abadikan dilagu favoriteku. Yellow.
Setelah membuatku hampir mati dan gila selama dua tahun dia baru kembali?
"Apakah kamu merindukan ku, Na?" tanyanya. suaranya, senyumnya, bahkan keadaannya saat ini sama sekali tak berubah. masih sama.
Sama seperti dulu.
Aku tak sanggup mengeluarkan sepatah kata apapun. Kedua bibirku terkatup. Syok berat ku alami. Aku hanya menegang, diam, dan tak mampu untuk bereaksi apa-apa.
Haruko....
Dia kekasihku, seseorang yang memiliki tempat tersendiri di dalam hidupku. Namun sekarang? Apa aku masih kekasihnya setelah ia meninggalkan ku tanpa kejelasan apa-apa? Ya, aku adalah korban ghosting paling sick sick sick!
Kisah sulit, rumit, dan sakit yang kini harus ku ingat kembali setelah dua tahun lamanya.
Haruko - titik kebahagiaan dan pusat segala keputusan hidupku yang telah ku dedikasikan seluruh cinta dan asa ku untuknya, Haruko.
"Aku kembali, Na." Haruko mendekat. Hal itu membuat aku semakin tak karuan. Aku reflek mundur yang membuat Haruko semakin mendekatkan tubuhnya.
"Na, kamu masih setia menunggu ku?"
Rasanya aku ingin langsung mengangguk secara cepat. Nyatanya, aku memang sudah gila karna lebih memilih menunggunya selama itu. Haruko adalah cerita fenomenalku, masa sekolahku, dan juga cinta muda yang kini kian abadi di hati beserta ingatanku. Tak mungkin aku melupakannya. Bahkan sampai saat ini, atau mungkin seterusnya, aku akan - terus mencintaimu, Haruko.
"Maaf Na. Tapi biarkan yang lain tahu." Haruko meraih tanganku tanpa permisi, dan aku masih tak bergeming. Bingung, campur, dan kali ini kalut. Sampai tak sadar jika bus tujuanku sudah melewati ku dan Haruko.
"Mari kita buka buku itu, Na. Biarkan orang mengerti kenapa aku pergi. Dan biarkan orang mengerti kenapa aku tetap kembali."
"Na, mari kita buka pelan-pelan yaa."
"Haruko." Suaraku parau menahan tangis. Lalu tanpa aba-aba, aku memeluk tubuhnya. Rindu menyayat hatiku, sakit. Rindu ini sangat sakit. Aku tak peduli lagi tentang sumpah serapah ku selama dua tahun lalu.
Aku memeluknya. Erat. Aku seperti.... takut kehilangan kembali?
"Aku rindu kamu, Haru."
"Aku sangat merindukan mu, Haruko."
"Aku merindukan kehangatan mu."
"My yellow."
Dan kini kan ku ceritakan apa yang telah kami lalui, apa yang telah kita perjuangkan...
Namun, ku harap jangan berharap lebih ya? Karna ini bukanlah ending dari kisah ini, dan sampai kembalinya Haruko disini pun aku juga tidak akan tahu,
akhir apa nantinya kisahku dan Haruko?
bukankah ini belum akhir yang sebenernya?
ო𝘺 ᥣ᥆О᥎ᥱᥱ⭑⚝࣭ ࣭⋆。𖦹°
Hallo, mari temani aku untuk mentutaskan kisah ini❤️🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yellow
Teen Fiction༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚ "Harsa ku rasa, tumbuh tak terduga, dahayumu memikat layaknya bunga matahari yang mekar menghangat." ๋࣭ ⭑⚝๋࣭ "Melihat senja ini bersama Haruko, laki-laki favoriteku. Telah berdedikasi menjadi kehangatan dan kebahagiaan, telah ku abadik...