Bab 01 : Boleh Berteman?

140 15 1
                                    

[ The story is just made up, if there are similarities in places, names and so on, it's not intentional. ]

“ hari dimana kedua Netra kita saling memandang, saya pikir di hari itu juga saya mulai jatuh pada paras mu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

hari dimana kedua Netra kita saling memandang, saya pikir di hari itu juga saya mulai jatuh pada paras mu. ” - Arthur.


—————




Pukul tiga sore, dimana para murid telah memasuki waktu jam pulang sekolah, melepas lelah saat sampai di rumah seusai berkutat dengan mata pelajaran ketika di sekolah. Namun tidak bagi seorang Kallael, pemuda manis itu tengah melangkah ringan menyusuri trotoar yang sepi, ia tidaklah langsung pulang, ada janji dengan Navy untuk kembali membantu pemuda itu bekerja pada toko nya. Yah lagipula Kallael senang saja, selain dapat uang ia jadi lebih bisa produktif.

Dalam kebisuan yang hanya di isi oleh suara dari beberapa laju kendaraan yang berlalu lalang, Kallael bisa mendengar bahwa sebuah suara mesin motor yang berhenti tepat di sisi-nya, ia mendongak kala penasaran, lantas di samburt oleh seseorang yang kini baru saja melepaskan helm yang di kenakan lalu memandangnya dengan sebuah senyuman tipi. "Kak Arthur? "

“Kallael... Lu pulang sendiri? ”Arthur bertanya dengan niat berbasa-basi, pandangan nya tidaklah beralih sedikitpun dari seorang Kallael yang kini terlihat mengangguk hingga surai halus nya bergoyang dengan halus. “iya kak, kakak ada perlu sesuatu sama aku? ”pemuda tampan itu memberikan gelengan singkat yang membuat Kallael memandang nya dengan kilas pertanyaan pada wajah manis itu. “engga, sejujurnya pas tadi gw lihat lu pulang sendirian sambil jalan kaki, gw mau nawarin buat pulang bareng.... Gimana mau engga? ”

“ah engga usah kak, lagipula tujuan aku bukan langsung ke rumah. ”

Arthur terlihat mengatupkan sejenak bibirnya, sebelum kembali membalas jawaban Kallael atas tawaran nya tadi.

“toko yang waktu itu? ”ada sedikit pias keterkejutan yang hadir pada wajah manis seorang Kallael, sebelum pemuda itu mengangguk dengan rasa canggung terselip di sana. “iya kak, makanya kakak engga perlu mengantar aku, lagi pula bagaimana kalau ada yang melihat kakak nganterin aku, nanti malah ada berita buruk perihal kakak yang terlihat bareng sama aku. ” Kallael jelas tahu bagaimana reputasi seorang Arthur pada khalayak umum, Madhava bercerita banyak tentang Arthur dan teman-temannya lebih dari Gabriel yang seolah tidak ingin tahu menahu lagi perihal Raja. Bagi Kallael Arthur terlampau tinggi untuk hanya sekedar bertegur sapa dengan dirinya, ia merasa teramat kecil dan begitu tidaklah pantas bahkan hanya untuk menatap wajah dengan pahatan tangan dewa milik seorang Arthur.

“Kallael. Berita buruk apa yang harus di sebar luaskan akan sebuah niat menjalin pertemanan? Dimana letak kesalahan dari perihal ingin berkenalan dan berteman sama lu? Itu bukan dosa Kallael.” Arthur menjawab perkataan pemuda manis itu dengan raut wajah yang tergambar lembut, jauh sekali dengan kepribadian Arthur sehari-hari. Vitur wajah tegas dengan tulang hidung yang tinggi, mata yang bagaikan jelaga malam tajam nan teduh secara bersamaan kini tengah memandang nya, seolah hanya ada Kallael yang terkunci dalam pandangan netra malam nya.

Cinta dan Dunia [ Sunsun ]Where stories live. Discover now