33

64 11 0
                                    

Saat sampai candra hanya bisa menatap haikal iba. Karena posis haikal saat ini bersandar dengan mata yang terpejam. Dan juga mimik wajah yang tegang dan damai dengan menutupi rasa sakitnya.

hal ini sudah sering candra lihat saat haiakl mengeluh kesakitan. Tapi dirinya menutupinya dengan wajah tenang dalam tidur, namun menyimpai rasa sakit yang amat sangat sakit.

“kal bangun yok, kita pindah aja yah” haikal pun langsung membuka matanya saat candra
memanggilnya

“bang maaf ya, gue ngerepotin lo lagi”

“engga papa udah yok, kita berangkat sekarang”

“bang, jangan kasih tau bang johan yah. Nanti di aga fokus nanti sidangnya”

Candra yang mendengarnya pun hanya mengangguk. Karna memang benar jika johan, tio, dan hans sedang melaksanakan siding skripsinya. Sedangkan fahmi, cakra dan dirinya itu tahun depan. Dan saat ini candra sedang memapah haikal menuju dimana tempat mobilnya terparkir kan.

“masih kuat jalannya?”

“masih bang, lagian Cuma bentar lagi ini”

“tapi muka lo ga menunjukan kalo lo itu masih kuat kal… perut lo ga sakit kan? Kalo gitu mending sini gue gendong” tawar candra sembari jongkok kan badannya agar haikal dengan mudah menaiki badannya.

Hal tersebut di terima saja oleh haikal, dan itu percuma jika ia menolaknya. Karna itu semua tidak akan berhasil, mau segimana kerasnya ia menolak itu tidak akan di dengar kan oleh candra. Jadi mau tidak mau ia menerima nya.

“udah nyaman belum posisinya? Atau mau di ganti jadi gendong depan?”

“udah nyaman gini bang, ga usah di ganti-ganti lagi”

Mereka pun langsung melanjutkan tujuannya untuk menuju mobil. Namun saat ingin memasuki mobil candra menng berusaha untuk membangunkan haikal agar bangun, tak kunjung-kunjung bangun. Dan itu membuat candra membaringkan haikal di bangku penumpang.

Dan itu membuat candra mau tidak mau ia harus menelepon tian agar membantu nya dengan menjaga haikal di bangku penumpang, agar tidak jatuh -_-.

….Tut…. tut…. tut…..

“halo? Napa lo nelepon?”

“bang bisa ke parkiran dulu gak?”

“ngapain gue kesana? Emangnya kenapa?”

“haikal bang cepetan!”

“kenapa dia? Ya udah bentar gue kesana, lo jangan panik dulu yah”

“panik si udah dari tadi bang, plis deh lo jangan ngelawak deh. Lagi serius gini juga”

“ya kan bentar lagi gue mau kesana, santai aja kali lo jangan terlalu panik. Gue juga sama panik nya kalo misalnya ga ngelawak gue”

“ya deh yang penting lo cept dah kesini bang”
Setelah mengatakan itu candra pun langsung menutup telepon secara sepihak. Karena jika meladeni tian tidak akan ada beresnya.

Tian yang berada dalam ruanga naren pun ingin berpamitan untuk keluar. Namun yang membuat tian bingung adalah bagaimana ia membuat alasannya, namun belum juga ia memikirkan ada dewa yang sejak tadi memperhatikan tian dan juga gerak-geriknya.

“kenapa bang, dari tadi kaya ada yang bikin panik?” tian yang mendengarnya pun langsung menyahuti ucapan dewa

“gu-gue ini apa… aduh apa yah, kerjaan abang lagi berantakan jadi ya gini”

“oh gitu bang, mending pergi aja dah bang. Daripada nanti malah rumit kan ribet, sama sakalian bnag boleh ga tuh si cahya ikut. Soalnya atu dia kesian tidur di sana kaya orang ga punya rumah” mendengar ucapan rifky ia pun mengangguk dan ia pun lanjut berpamitan Bersama naren yang sedang memperhatikannya

haikal dan kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang