𝑷𝒓𝒐𝒍𝒐𝒈𝒖𝒆

13 1 1
                                    

Senandung lagu yang diiringi suara merdu, kedua insan yang sedang duduk di sofa dengan luasnya rumah tersebut. Ia mencoba stabil ketika berada pada reff lagu tersebut. Mereka menyanyikannya dengan nada yang sesuai.

Setelah selesai menyanyi, Sendu bersandar pada bahu milik Wanabumi yang berada disampingnya.

"Na, kapan kita bisa jalan-jalan lagi?" Tanya Sendu. Ia teramat ingin pergi ke suatu tempat terindah, bukan juga dengan harga yang mahal tetapi dapat memberikan sebuah kenangan yang tak dapat di ukur harganya.

Wanabumi tersenyum saat mendengar pertanyaan sahabatnya, Sendu. Mereka sudah bersahabat lama sehingga tak jarang membuat kesan romantis.
Ia menanggapinya, "Ayo, sekarang kita jalan-jalan. Gue sudah tahu di mana tempatnya." Kemudian dirinya berdiri di susul Sendu yang kemudian langsung bergegas berjalan keluar.

Mereka berdua memutuskan untuk tidak memakai kendaraan, menurutnya berjalan berdua seperti sekarang lebih memberikan suatu kesan baginya. Sendu ingin setiap momentum penting dapat diingat melalui beberapa cara. Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat umum yaitu Taman Bunga.

Ketika sampai, Sendu perlahan memasukinya ditemani Wanabumi. Mereka berdua berjalan sembari membuka pembicaraan.

"Ndu, lihat ada mawar putih. Mirip sama Lo." Ucap Wanabumi sembari telunjuknya mengarah pada bunga mawar putih yang tertanam dengan sempurna dan dapat tumbuh cantik tanpa noda.

"Gue ga secantik ketika bunga itu mekar, Na." Sendu sebenarnya senang ketika dirinya dianggap cantik apalagi oleh seorang Wanabumi, lelaki incarannya yang selalu ingin ia gapai. Hati Sendu ketika di puji oleh lelaki tersebut secara tiba-tiba seperti bunga yang sedang bermekaran disertai cuaca yang baik.

"Gak ada yang bisa bantah ucapan Gue, Ndu." Wanabumi secara mutlak menolak ketika Sendu berbicara bahwa ia tak secantik sebagaimana bunga Mawar itu mekar. Rasanya Sendu adalah wanita yang sudah seharusnya ia jaga, gadis polos yang selalu bisa mengerti dirinya. Semua tentang Sendu adalah hal penting yang tak ingin Wanabumi lewati.

Gadis itu hanya mengulas senyuman cantik ketika lelaki disampingnya berbicara seperti itu. Jika saja hati Sendu dapat berbicara, bisa dipastikan Taman Bunga ini akan dipenuhi oleh teriakannya yang teramat senang.

Menelusuri kota Tasikmalaya hingga ke sebuah angkringan dengan hanya berjalan kaki.

Sorot mata Bumi secara tak sengaja mengarah pada jajanan kaki lima yaitu, Batagor. Ia bergegas membelinya dua bungkus tak lupa Batagor tersebut dipotong-potong lalu dimasukkan ke dalam plastik dan diisi oleh bumbu yang enak. Sementara Sendu, ia berdiri tak jauh dari di mana tempat Batagor berjualan.

Wanabumi selesai membelinya, ia kemudian berlari ke arah Sendu, namun, ia malah melihat gadis pujaan hatinya itu sedang tertawa bersama seorang laki-laki yang Bumi bahkan sama sekali tak mengenalnya. Sebuah tawa yang tidak pernah Sendu tunjukkan kepadanya. Sontak, ia berhenti berlari. Menyaksikan kejadian tersebut.

"Ndu, apa Lo pernah tahu seberapa cemburunya Gue ..." Batin Wanabumi ketika melihat kejadian tersebut. Ketika lelaki yang bersama Sendu pergi, ia segera menghampiri gadisnya.

*⁠・⁠゜゚↝
Sendu Aurellia.

*⁠・⁠゜゚↝Sendu Aurellia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(JANG WONYOUNG, IVE)

Wanabumi Mahagar.

(KIMURA MASAYA, INI)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(KIMURA MASAYA, INI)

- bagus ga si prolognya? kalo ada yang mau ditanya, tanya aja sob 🗿btw vote ya sob

Ini Kita, Bukan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang