𝑻𝒆𝒍𝒆𝒑𝒐𝒏 - ⓪②

0 0 0
                                    

Sepulang dari Sekolah, Sendu menunggu jemputan dari sebuah aplikasi Go-Jek. Ia memainkan handphone untuk menghalau rasa bosan. Secara tiba-tiba Sendu memiliki keinginan untuk memakan ice cream vanilla, seketika dirinya pergi ke suatu minimarket untuk mencari hal yang ia inginkan itu.

Setelah mendapatkan apa yang di inginkan, Sendu segera membayar di kasir. Kemudian, dirinya keluar dari minimarket dan duduk di bangku taman sembari menunggu jemputan. Setetes air turun dari langit namun ia merasa tidak kehujanan. Sendu menengok ke atas dan ternyata seseorang memayunginya.

"Raven?" Panggil Sendu dan di balas senyuman hangat oleh si pemilik payung. Ia merasa kedinginan namun Raven rela memayungi gadis di sampingnya hingga membuat dirinya kehujanan.

"Kalo menunggu Ojek itu terlalu lama, ayo pulang bersama Saya." Ajakan tiba-tiba dari lelaki tinggi, Wanabumi. Dirinya menjulurkan tangan dan Sendu menerimanya. Entah kondisi seperti apa sekarang, terdapat dua laki-laki yang berada bersama Sendu, melindungi dari air hujan yang bisa saja menyebabkan demam.

"Sendu di jaga, ya, Kak." Cemburu, memang. Raven berbicara gemetar ketika si cantik akan pulang bersama kakak kelasnya. Tetapi, semua ini demi kebaikan Sendu. Ia akan melindungi perempuan tersebut namun di kala bantuan lain yang lebih baik datang, dirinya tak bisa untuk tidak melepas gadis tersebut. Sebab, ia ingin yang terbaik untuk Sendu.

Kalimat Raven barusan hanya di acungi jempol oleh Wanabumi yang kemudian membukakan pintu mobil dan segera mengantar Sendu pulang ke tempat berkumpul bersama keluarganya, rumah. Wanabumi mengendarai kendaraan mobil dengan hati hati.

"Kak Bumi memangnya engga ada kegiatan lain? Secara Kakak adalah OSIS ..." Sendu membuka topik pembicaraan, mata cantiknya menatap rahang tegas milik Wanabumi.

"Tenang saja, semuanya sudah selesai." Wanabumi berbohong, ia sengaja mencuri kesempatan ketika Raven hanya menggunakan payung sebagai alat pelindungi untuk Sendu. Dirinya sedikit menatap kaca yang tergantung di tengah mobil untuk menatap keindahan perempuan tersebut.

"Kak Bumi, truk!" Jerit Sendu dan Wanabumi langsung membanting setir ke arah samping kanan, mereka selamat namun gadis di sampingnya gemetar hingga menangis. Lelaki tersebut kemudian menangkap kepala dengan jepit rambut hingga tersandar di dada bidang sosok laki laki jangkung.

Ia mengelus rambut dan punggung Sendu, tak menyangka dapat mengalami kejadian seperti ini. Wanabumi hampir saja gagal menjaga si cantik, jika saja dirinya gagal maka habislah sudah semangat untuk mengejar nilainya.

"Maaf, Kakak kurang fokus tadi ... Kamu pasti ketakutan, ya?" Bumi mencoba menenangkan hati dan pikiran gadis kecil tersebut. Orang-orang di luar mobil sibuk mengecek keadaan supir truk dan juga memastikan Wanabumi serta Sendu baik baik saja. Bagi lelaki yang kini memeluk tubuh kecil perempuan tersebut tak masalah jika mobilnya mengalami kerusakan karena menabrak pohon besar, ia merasa harus melindungi apapun yang berharga.

Sesampainya di depan rumah Sendu, perempuan cantik itu berterimakasih lalu pergi ke dalam rumah sementara Wanabumi di berikan kendaraan lain untuk pulang pasca kecelakaan tadi.

Sendu berjalan memasuki rumahnya, sang Ayah sudah duduk di sofa yang terlihat sama sekali tidak menunggu putrinya. Ia meminum secangkir kopi sembari menonton televisi. Bahkan lelaki paruh baya itu tak menyambut kepulangan putrinya, sama sekali tidak seperti seorang Ayah pada umumnya.

"Anak cantik sudah pulang, kehujanan gak tadi? Mandi dulu, gih!" Ibu tiri dari Sendu yang menyambut hangat putri sulungnya, ia membawakan handuk dan mengambil tas agar putrinya itu segera membersihkan dirinya.

"Seharusnya bantu ibu mu dan adik adik, baru kamu bisa mandi. Kamu juga sebagai ibu ajari dong putri sulung mu itu." Celetuk Gerald, Ayah dari Sendu. Ia sama sekali sudah tak ada ruang kosong di hatinya untuk memberikan kasih sayang kepada putri sulungnya.

"Sendu juga manusia, Yah. Dia pasti lelah, makanya biarin dia isi energinya dulu baru ajari adiknya." Balas Ranya kepada suaminya, ia ikut duduk di sofa untuk menonton acara televisi tersebut.

Sesuai mandi, Sendu membereskan kamarnya dan juga mengajari kedua adiknya yang masih Sekolah Dasar. Ia masih belum terbiasa dengan keluarga barunya apalagi mempunyai dua adik meskipun mereka penurut tetapi semua ini asing baginya. Hanya saja ia beruntung karena memiliki seorang Ibu tiri yang tidak kejam seperti di film-film dan malah menyayanginya lebih daripada Ayahnya.

Setelah selesai, ia berniat ingin istirahat di kamarnya. Namun, baru saja Sendu duduk pada kain lembut itu, handphone yang ia miliki tiba-tiba saja berdering tanda ada telepon masuk. Sendu menggeser ikon hijau untuk mengangkat telepon tersebut.

"Ndu, ini Saya, Wanabumi Mahagar. Di save, ya. Anu ... Catatan kamu ketinggalan di mobil Saya," Suara laki-laki khas milik Wanabumi. Ia menghubungi Sendu karena sebuah catatan milik gadis itu tak sengaja tertinggal. Catatan itu sangat lucu karena di hiasi beberapa stiker sehingga membuatnya lebih menarik. Bumi tidak berani untuk membukanya jadi ia inisiatif untuk menyimpannya saja.

"Besok aku ambil, catatannya jangan di buka, ya, Kak!" Sendu panik karena catatan itu di isi penuh oleh semua curhatannya, ia mengungkapkan semua isi hatinya pada catatan tersebut. Sementara Wanabumi hanya mengiyakan dan juga menyimpan catatan itu di tas miliknya.

Telepon kemudian di matikan secara sepihak, Sendu masih ada sedikit kepanikan karena itu adalah barang kesayangan miliknya yang di berikan oleh Ibu kandungnya sebelum orang tua Sendu bercerai.

Ini Kita, Bukan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang