06. Auralaska 2

953 91 10
                                    

Happy Reading...
Hujan turun begitu derasnya keluarga Geralditama sedang berada di ruangan keluarga lengkap bersama dengan anak-anak mereka.

"Asta Aluna ini udah malem kalian harus tidur," suruh Aska.

Aluna yang sedang memakan camilannya itu menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan Asta yang masih asik dengan game di handphone-nya.

"Nanti dulu Pa," saut Asta.

"Aluna sana tidur udah malem lho ini," ujar Maura.

Aluna menghela napasnya pelan.

"Iya Ma," jawab Aluna pada akhirnya.

"Asta kamu juga," ucap Maura.

"Iyaa-iya Ma," ujar Asta seraya mematikan handphone-nya.

"Abang nggak sekalian?" tanya Aluna.

"Abang nanti dulu mama sama papa mau bicara," ujar Aska. Keduanya mengangguk mengerti lantas segera meninggalkan ruangan keluarga.

Skala menatap kedua orangtuanya, dia tahu apa yang akan di bahas orangtuanya.

"Skala gimana keputusan kamu?" tanya Aska.

"Masih belum aku pikirin Pa," jawab Skala.

"Kok belum dipikirin bang, bentar lagi tes masuk univ udah dibuka lho," saut Maura.

"Skala nggak minat kuliah tahun ini," ujar Skala.

"Skala papa nggak suka kalau kamu bercanda," ucap Aska.

"Aku nggak bercanda Pa,"

"Mau ngapain kamu kalau nggak kuliah hmm?" tanya Aska tegas. Maura memegang tangan Aska mencoba menahan amarah Aska.

"Abang mau nunda kuliah dulu?" tanya Maura dengan nada yang halus.

"Iya Ma," jawab Skala.

"Mama boleh tau alasannya?" tanya Maura kembali.

"Nggak ada alasannya Ma. Skala cuma mau nunda aja," jawab Skala, Maura menghela napasnya pelan.

"Tahun ini kamu harus kuliah Skala papa nggak setuju sama kamu yang nunda kuliah, papa udah tentuin kampus dan jurusan kamu,"

"Kamu ambil manajemen bisnis," tegas Aska.

"Itu Papa yang mau bukan aku," ujar Skala dengan nada sedikit emosi.

"Oke-oke sebentar, mama tanya abang kalau kuliah mau ambil prodi apa?" tanya Maura,

"Hukum,"

Aska menghembuskan napasnya kasar.

"Nggak ada, papa nggak setuju!" tegas Aska.

"Aska biar aku yang bicara sama Skala ya," ucap Maura seraya menatap Aska, Aska melepaskan tangan Maura dengan kasar.

"Kamu itu pewaris utama perusahaan papa Skala, seharusnya kamu ngerti hal itu,"

"Papa ngertiin Skala? Enggak kan?"

"Skala!!" bentak Aska.

"Aska udah! Kenapa jadi berantem gini, kita bicara lagi nanti!"

"Skala kamu ke kamar sekarang," perintah Maura, tanpa menunggu lama Skala langsung beranjak dari tempatnya.

Maura menatap Aska.

"Aska apa salahnya kita dengerin Skala dulu, kita tanya baik-baik hmm," ujar Maura.

Aska menghela napasnya kasar dia beranjak begitu saja meninggalkan Maura, Maura sangat menyadari bahwa sifat Aska sangat lah keras kepala begitu juga dengan Skala.

AURALASKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang