Happy reading...
Maura sedari tadi tidak berhenti mondar-mandir di depan rumah, bukan tanpa alasan dirinya seperti itu. Maura menunggu Skala yang belum pulang-pulang juga.
Ini sudah menunjukkan pukul empat sore. Bisa gawat jika Aska pulang ke rumah, tetapi Skala tidak ada di rumah.
"Maaa ayo masuk," ujar Aluna dari arah pintu.
"Kamu masuk aja Al, Mama nungguin abang,"
"Bentar lagi abang pulang Ma, tadi kan udah Aluna telfon," jelas Aluna.
Maura menatap Aluna.
"Abang bilang iya mau pulang?" tanya Maura.
"Iya Ma, tanya aja sama Asta tadi abang bilang mau pulang kok," Maura menghela napasnya lega setidaknya sedikit kekhawatiran pada dirinya sedikit menghilang.
Tidak lama kemudian ada suara mobil yang memasuki pekarangan rumah, Maura dan Aluna sontak menatap ke arah mobil tersebut.
"Itu mobil abang," ujar Aluna.
Maura bisa bernapas lega kali ini, tidak lama kemudian Skala keluar dari mobil tersebut.
"Skalaaa," panggil Maura seraya menatap Skala.
Skala menatap Maura, dan menyalami tangan Mamanya.
"Kenapa baru pulang sekarang kamu bang, mama khawatir," Skala bisa melihat raut khawatir pada wajah Mama-nya.
"Maaf Ma udah bikin Mama khawatir," ujar Skala.
"Abanggg ayo makan," ajak Aluna seraya menggeret lengan Skala, Skala menurut dan mengikuti langkah Aluna.
"Abang marahan sama Papa?" tanya Aluna.
"Kenapa emang hmm?" tanya Skala seraya tersenyum menatap Aluna.
"Jangan gitu Aluna nggak suka, jangan berantem lagi yaa," bujuk Aluna dengan mata yang penuh harap.
Skala lagi-lagi tersenyum tipis dia menganggukkan kepalanya.
"Asta mana dek?" tanya Skala.
"Asta tidur mana kayak orang mati nggak bisa dibangunin," dumel Aluna.
Maura mengikuti kedua anaknya yang menuju meja makan.
"Abang mau makan apa biar aku ambilin?" tanya Aluna, tangannya sudah memegang piring yang diletakkan di depan Skala.
"Tumben baik banget," Skala menyipitkan matanya.
"Enak aja tumben," Aluna tidak terima dengan ucapan Skala, Skala hanya tertawa karena hal itu.
"Bang setelah makan, mama mau bicara ya," ucap Maura yang di angguki Skala.
****
Maura saat ini berada di dalam kamar Skala duduk di tepi ranjang bersama Skala.
"Abang maunya gimana? tetep mau ambil prodi hukum?" tanya Maura.
"Iya Ma," jawab Skala.
"Mama nggak masalah nak, kamu ambil prodi hukum, tapi kamu tau kan papa kayak gimana," jelas Maura.
"Papa mau kamu ambil manajemen bisnis, itu bukan tanpa alasan Skala,"
"Mama bilang gini bukan karena mau belain papa kamu," jelas Maura lagi agar anaknya tidak salah paham akan perkataannya.
"Mama mau kasih kamu solusi, ikut tes tahun ini, kita lihat kamu masuk yang mana," ujar Maura.