Bab 10

764 70 15
                                    

Kalau ada typo atau nama yang belum diganti mohon ditandai nanti bakal langsung dikoreksi
-
-
-
-

Leehan tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Taesan bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Leehan tertarik, tetapi dia akan memuaskan Taesan kalau dia mengikuti Taesan untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Taesan, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti Taesan.

“Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini”

Api menyala di mata Taesan, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri,
“Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku,” suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.

***

Setelah puas menikmati hujan, Leehan masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Taesan, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Leehan tidak yakin kalau Taesan akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

“Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?” suara di kegelapan itu mengagetkan Leehan. Dia menajamkan matanya dan melihat Taesan duduk di sana, di keremangan kamarnya.

“Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?,” Leehan berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Taesan, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.

Leehan berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Taesan. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Leehan melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Taesan selama menunggunya.

Apakah lelaki itu mabuk?

Jantung Leehan mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Taesan sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

“Apa yang kau lakukan disini Taesan?”
Taesan mendengus dan menatap Leehan dengan tajam.

“Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras itu memutuskan untuk melawanku”

Leehan mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Taesan bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Taesan tersenyum melihat tingkah Leehan,
“Kau seperti kelinci ketakutan lagi Leehan, apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau … melemparkanmu dari balkon lagi?,” Taesan menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Leehan.

“Apakah kau mabuk Taesan?,” Leehan melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Leehan ingin melarikan diri dari Taesan. Dia pasti bisa melakukannya.

“Seorang Han Taesan tidak pernah mabuk,” Taesan melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap endap mengincar mangsanya. “Dan kau…. Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Leehan”

Leehan tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Taesan kehilangan kesabarannya, karena itulah Leehan langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Taesan sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.
Taesan mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Leehan bisa merasakan kejantanan Taesan yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Taesan sudah menahannya di semua sisi.

Sleep With The Devil | Gongfourz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang