Bab 5

1.2K 109 40
                                    

*
*
*

Sudah hampir dua minggu Leehan dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Leehan dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Taesan.

Leehan sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Taesan tidak pernah mengunjungi Leehan lagi. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya.

Leehan mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Taesan tidak melepaskannya? Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Leehan berniat membunuhnya, jadi dia menawan Leehan di sini karena menganggap Leehan ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Taesan tidak membunuhnya sekalian?

Beberapa lama terpaku di jendela, Leehan menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Taesan yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Leehan hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Taesan dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.
Kali ini Leehan melihat ada mobil bunga dan mobil katering. Apakah Taesan akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Leehan untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih membuka. Leehan bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya
Jaehyun yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya—tentu saja di bawah pengawasan Jaehyun.

Leehan tidak pernah berinteraksi dengan Jaehyun lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Leehan terlalu besar. Karena dialah Jaehyun dihajar oleh Taesan, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Jaehyun dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Jaehyun, Leehan disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Taesan mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Leehan lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri? Leehan memang tidak kenal dengan Jaehyun, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya.

“Leehan.”

Itu suara Taesan. Leehan terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Taesan lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Leehan yang sedang melamun sambil memandang Leehan yang sedang menatap ke luar jendela. Otomatis Leehan mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Taesan yang berkuasa memenuhi ruangan. Taesan melirik tangan Leehan yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Leehan baru menyadari ada orang lain di belakang Taesan, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.

“Ini Riwoo” gumam Taesan tenang, “Dia akan mempersiapkanmu untuk nanti malam,”

Setelah berkata begitu, Taesan melangkah mundur, membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar itu.

Mempersiapkannya untuk apa?

***

“Kau sebenarnya tampan dan cantik sekali, hanya saja kau tidak pandai berdandan,” Riwoo bergumam dengan suara gemulainya, memoles wajah Leehan yang masih memejamkan matanya di depan cermin.

"Aku laki-laki untuk apa berdandan?"

"Hanya agar penampilanmu lebih menarik" balas Riwoo dan diabaikan oleh Leehan.

Sementara Leehan masih memejamkan matanya, diam karena didandani oleh Riwoo. Kalau Taesan menyuruhnya didandani, maka dia pasti akan diperbolehkan untuk turun ke pesta yang diadakan Taesan. Hal itu berarti ada kesempatan baginya untuk melarikan diri dari rumah ini.

Sleep With The Devil | Gongfourz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang