Bab 7

1K 97 12
                                    

Kalo ada typo atau nama yang belum diganti mohon ditandai di paragrafnya biar langsung di koreksi

*
*
*

Taesan menggandeng tangan Leehan dengan formal ketika memasuki restaurant. Sang kepala restaurant sendiri yang menyapa mereka dan mengantarkan mereka berdua ke meja yang sudah disiapkan.

Taesan tampak akrab dengan kepala restaurant itu, dan Leehan melihat kepala restaurant, seorang lelaki Perancis dengan logat Perancis yang kental. Sesekali Taesan berbicara dalam bahasa Perancis yang lancar dan tersenyum menanggapi perkataan kepala restaurant itu.

Dari informasi yang pernah didapat Leehan, Kakek Taesan adalah orang Italia dan ibunya keturunan Perancis. Mungkin ini sebabnya Taesan lancar berbahasa Perancis, meskipun itu bukan urusannya. Leehan cepat-cepat mengalihkan pikirannya dari Taesan. Ketika kepala restaurant itu pergi, Taesan menarikkan kursi untuk Leehan dan duduk di depan Leehan.

“Restaurant ini milik ibuku,” Taesan menatap kepergian kepala restaurant itu, “Francoise adalah asisten ibuku sejak lama, dia mencintai restaurant ini seperti mencintai hidupnya”

Leehan terdiam menatap Taesan. Orangtua Taesan juga telah meninggal, itu yang dia tahu, tetapi entah kenapa, informasi tentang orang tua Taesan itu tersimpan rapat, jauh sekali hingga tidak ada seorangpun yang bisa menggalinya.

Seorang pelayan datang dan Taesan memesan lagi dalam bahasa Perancis yang fasih. Ketika hidangan pembuka datang, Leehan terpesona dengan tampilannya, Taesan menjelaskan bahwa makanan itu adalah L'imperial de saumon marine yang ternyata adalah filet salmon asap. Ditemani dengan Creme, potongan jeruk citrus, dan Roti Baggue. Penyajiannya begitu indah, seperti hamparan padang pasir di atas piring lengkap dengan suasana eksotisnya.

Leehan menyuap untuk pertama kalinya dan mendesah, merasakan crème itu meleleh di mulutnya dan menciptakan cita rasa yang bercampur baur antara rasa manis dan kelembutan yang nikmat.

Tak disadarinya bahwa Taesan menatap ekspresinya itu dengan tatapan kelaparan. Suasana hati Taesan luar biasa buruknya, hasratnya yang tidak terlampiaskan membuatnya frustrasi luar biasa. Dia amat sangat ingin meledak di dalam tubuh Leehan.

Taesan memesan anggur Chardonnay sebagai teman makan mereka, sambil berharap malam ini Leehan sedikit mabuk sehingga mengendorkan pertahanannya. Tetapi pikiran bercinta dengan Leehan dalam kondisi mabuk sama sekali tidak menyenangkannya. Dia ingin anak itu sukarela, melingkarkan pahanya di tubuhnya, ketika tubuh mereka bersatu. Saat itu akan datang pada akhirnya, kalau Taesan mau bersabar dan menundukkan Leehan yang keras ini pelan-pelan.

Hidangan utama datang, yakni Parmentier de canard et son bouquet de verdure, hidangan daging bebek yang dipanggang hingga cokelat muda dan berminyak bersama dengan kentang lembut yang dihancurkan, dan disajikan bersama semangkuk salad. Rasanya luar biasa lezat dengan paduan bumbu-bumbu yang tidak biasa dan khas, membuat Leehan terpesona akan citarasa masakan khas Prancis ini. Pantas saja restaurant ini dianugerahi lima bintang.

“Kau menyukainya?,” dalam cahaya lampu yang temaram, Taesan tampak lebih lembut. Garis kejam di bibirnya tampak memudar dan itu membuatnya tampak lebih santai. Leehan ingin membantah, tetapi tidak ingin merusak suasana indah ini. Terkurung selama berminggu-minggu di dalam kamar terkutuk itu dan sekarang entah kenapa Taesan berbaik hati membawanya keluar meskipun dengan pengawalan ketat—Leehan sempat melirik ke arah pengawal-pengawal Taesan yang berdiri seperti biasa di akses pintu keluar.

Leehan menganggukkan kepalanya. Dia memang sangat menikmati semua ini, bukan hanya makanan meskipun makanan di rumah Taesan tidak kalah nikmatnya tetapi bisa makan dengan pemandangan bebas, bukan pintu kamar dan ruangan yang selalu terkunci sangat menyenangkannya.

Sleep With The Devil | Gongfourz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang