3. Dua Jalan yang Terlihat Satu

47 2 2
                                    

Banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya yang kecil, tetapi satu-satu, setelah dirinya terpuruk selama sebulan kemarin, ia akan berusaha menyelesaikannya, entah soal kembali ke dimensinya, maupun soal Jayden, adiknya yang baik dan bodoh itu.

Iyane sudah memiliki rencana tentang si chord keramat, setelah memikirkan Jayden seharian, kini dia akan mencoba memikirkan cara untuk kembali ke dimensinya juga, alat musik mungkin bisa membantunya, tapi di zaman ini belum ada gitar akustik, jadi dia akan mencoba dari alat musik yang lain.

Iyane dan Cein kini sedang berjalan-jalan di pusat wilayah Marchy, Iyane benar-benar telah keluar dari kehidupan kamarnya itu demi melaksanakan misi-misinya, dan pagi ini ia berinisiatif mengajak Cein kemari, atas izin dari pasangan Marquess-Marchioness of Marchy tentunya.

"Cein, aku ingin pergi ke Toko Kue Lotus, sudah lama aku tidak ke sana."

"Baik, My Lady. Tempatnya cukup jauh, tidakkah My Lady sebaiknya menggunakan kereta kuda saja?"

"Aku baik-baik saja, Cein, aku ingin berjalan kaki, sudah lama aku tidak keluar mencari angin dan langsung melihat langit tanpa sekat apa-apa."

Cein sepertinya sependapat, walau Iyane berjalan dengan gaun ketat di pinggang dan membesar dan berat di kakinya.

Di sela perjalan, Iyane memikirkan sesuatu yang penting, dirinya butuh tenaga seorang asisten untuk melancarkan misi-misinya, di keluarganya ada seorang ajudan, tapi rasanya Iyane tak mampu memita tolong padanya karena dirinya terikat dengan tugas Papa Elias. Cein? dia pelayan pribadinya, Iyane tidak mau membuatnya merangkap pekerjaan, walau Iyane yakin Cein mampu mempelajarinya jika diperlukan. Haruskah dia meminta asisten langsung kepada Papa Elias yang sudah dia pintai kado kemarin?

Kalau saja Iyane bukan seorang Lady, Iyani akan berani mengacak rambutnya frustasi di depan umum.

Sebentar, dia dapat ide baru soal ini.

"Cein, siapkan kereta kudaku saat aku memesan kue di Toko Kue Lotus."

"Baik, My Lady."

Kringg

Lonceng pintu berdering seiring dengan Iyane menapaki kakinya ke dalam ruangan yang hangat, aroma vanila, mentega dan cokelat memenuhi seisi toko tersebut memberikan efek euforia untuk Iyane si Penyuka Manis.

Dipikir-pikir Iyani sudah seperti satu dengan Iyane, karena sifat mereka tidak jauh berbeda, Iyani bisa mengerti Iyane dengan sangat baik, terutama hobi dan kegemarannya, makanan dan seleranya tentang barang persis dengan Iyani seperti saat ini, seakan kehadiran Iyane adalah untuk Iyani, begitu juga sebaliknya, walau Iyani masih belum paham kenapa dirinya tiba-tiba ada di dunia novel, tapi dia yakin, dia pasti menemukan alasannya, setidaknya setelah dia mencoba menyelesaikan misi-misinya.

Iyane melangkah ke arah rak kaca berisi aneka kue dan roti dengan topping nyaris berbeda satu sama lain.

"Siang, Lady Iyane, sudah lama tidak menyapa Anda di toko," sapa Sir Louis Ernest Ladour, pemilik toko kue ini yang ternyata berdiri di hadapan Iyane, Iyane terlalu fokus terhadap isi rak tadi.

"Siang, Sir Louis, senang sekali melihat toko Anda masih sama persis dengan yang ada di ingatan Saya, Saya berharap dari lubuk yang terdalam, usaha Anda akan selalu berjaya, Sir Louis."

"Anda terlalu baik, Lady, terima kasih."

"Justru aku yang berterima kasih karena Anda sudah membuat kue-kue yang luar biasa."

"Senang mendengarnya, kue mana yang membuat Anda tertarik, Lady?"

"Saya ingin kue ini—sampai ke kue ini, masing-masing tiga, dibungkus dengan tiga kotak berbeda."

Menjadi Kakak dari Protagonis - IyaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang