12. Tiga dan Lima

10 1 2
                                    

Bangunan istana identik dengan marmer, batu, emas, kayu dan kerlap-kerlip kaca.

Di mana marmer aula kembali bersentuhan dengan alas sepatu Iyane, gaunnya melambai-lambai.

Terpancar perasaan senang yang begitu membucah dari jendela jiwa Iyane, tatkala bertemu tatap dengan sosok yang sejak awal masuk ke dunia ini ingin ia temui.

Kini beberapa orang dari akademi, juga satu-satunya perempuan di antara mereka, berdiri membentuk lingkaran.

"Saya ke sini ditemani tiga murid terbaik saya, dan perkenalkan, yang di sebelah kiri saya, namanya Henry."

Henry memilili rambut hitam yang agak kecokelatan jika dibandingkan dengan Adam, seperti, bekas disemir rambut? Senyumnya selalu terpatri di bibirnya, aura kedermawanannya sangat kuat, matanya sangat indah terutama jika tersenyum membuat siapapun yang melihatnya meleleh.

"Yang di sebelah kanan saya, Johan."

Murid bernama Johan memiliki rambut ikal dan kepirangan. Mukanya entah mengapa tampak begitu datar dan tatapannya redup, Iyani tidak pernah mendengar namanya juga.

Henry mengenakan pakaian yang tak serupa dengan Jayden dan Johan, setelan merah maroon dan kombinasi putih dengan renda di kerah. Sedangkan Johan dan Jayden mengenakan seragam Akademi mereka, vest berpola belah ketupat dengan nuansa biru malam.

"Dan yang berhadapan dengan Lady, namanya Jayden."

Jayden menatapnya lekat tanpa berkedip. Menelisik mencoba membaca apa yang terpampang di binar Iyane.

Dan Iyane ingin sekali berhambur memeluknya, tapi hal itu tak mungkin terjadi. Kecurigaan akan semakin membesar dan dapat membuat rencananya hancur dalam hitungan detik, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika orang lain mengetahui rahasia tentang mereka lebih dulu sebelum waktunya. Jayden juga belum mengenal Iyane sebagai saudara sedarah, bisa-bisa ia dikira orang gila yang memeluk berondong sembarangan.

Jayden memiliki rambut dan kulit yang identik sekali dengannya, bahkan bulu mata mereka serupa, dan hanya kali ini ia berharap semoga tidak ada yang menyadari hal itu.

Jacques berbalik menatap muridnya. "Dan ini Lady Iyane, beliau merupakan putri kedua dari Marquess Elias."

Ketiga muridnya menunjukkan kesopanannya dengan menunduk sedikit ke arah Iyane. Dan Iyane membalasnya dengan anggukan.

"Senang sekali aku dapat bertemu para pelajar terbaik di istana raja, apakah kalian bersenang-senang?" Iyane bertanya dengan bibir yang tertarik lebar menunjukkan antusiasnya.

Respon Henry sama antusiasnya, Johan tampak memilin rambut ikalnya dengan wajah tak terlalu berminat dan ... Jayden entah mengapa malah menatap ke arah lain gelisah, seakan ada yang mengganjal dalam pikirannya.

"Ada apa, Jayden?" tanya Iyane. Jayden yang terkejut karena Iyane mulai gelagapan.

"Ah, ti-tidak, pestanya cukup menarik, kok, Lady, hehe," jawabnya asal.

"Sesekali mampirlah ke kediaman Marquess sebagai teman saya, atau jadilah pemandu saya jika saya pergi ke Akademi lagi, saya akan merasa sangat senang jika kalian yang melakukannya."

Henry mengangguk cepat, begitu menggemaskan seperti anak anjing, Iyane merasa bersalah dulu pernah mencecarnya dengan ucapan yang buruk, tidak seharusnya Iyane begitu.

Henry ternyata jauh lebih lucu saat bertemu langsung dan membuat Iyane ingin menepuk pucuk kepalanya karena pesona Henry terlalu kental sampai jika dilihat telanjang mata rasanya begitu membutakan mata.

"Baik, Lady. Oh, iya, Lady juga pernah berkunjung ke kastil duke, kan?" tanya Henry penasaran, Henry pernah melihatnya di kastil tapi tidak berani mengganggu kegiatannya memantau, sehingga ini kesempatan yang baik buatnya menyapa dan bertanya.

"Benar sekali, saya beberapa kali berkunjung untuk melihat kegiatan pelatihan para calon count."

Iyane membayangkan kemegahan yang disajikan dari bangunan besar yang memiliki banyak menara tinggi dan arsitektur klasiknya, dominan terbuat dari pohon ek gelap.

Kemudian mereka melanjutkan perbincangan yang menostalgia, beberapa kisah tentang keseharian mereka di Akademi, juga cerita lucu tentang kegiatan mereka dan kekonyolan teman-temannya. Seperti Johan yang parkour melewati jurang saat kabur dari tim kedisiplinan. Jayden yang hampir ketiban sapi, dan Henry yang tak sengaja bereksperimen karet sintetis yang malah membuat seorang guru terpeleset.

Kemudian pembahasan kembali pada Iyane dan kegiatannya.

"Sebenarnya saya merasa ada hal yang unik sekali, kita tidak pernah bertemu dengan Lady sebelumnya, tetapi kita ternyata memiliki relasi yang cukup kuat, kan? Apalagi Jayden, kakaknya ternyata merupakan ajudan Lady, benar, kan?" tanya Henry.

Tiba-tiba saja Henry membahas hal tersebut, Iyane terkejut pada benang merah yang ditarik olehnya secara sempurna, barangkali dirinya terlalu mencolok untuk misi yang seharusnya tak nampak. Ia mencoba menutupi keterkejutannya.

"Kebetulan yang luar biasa juga, ketika tahu saya ditakdirkan bertemu kalian, di istana, dan bukan di Akademi," lanjut Iyane.

Lambat laun mereka akan tahu sendiri soal rahasia Iyane, dan yang bisa Iyane lakukan hanya terus berusaha berjalan pada jalurnya, sebaik mungkin supaya kondisi mereka bisa tetap stabil sehingga tidak ada momentum di mana hal yang ia hindari terjadi, seperti benih-benih BL.

'Kumohon Henry, Jayden, jadilah normal di cerita kali ini dan buat aku tidak mengkhawatirkan kalian sehingga aku bisa pulang dengan damai!'

755 Kata

Menjadi Kakak dari Protagonis - IyaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang